Anggaran Pendidikan dan Kesehatan Disunat, Gedung Kongres Guatemala Dibakar
loading...
A
A
A
GUATEMALA CITY - Aksi demonstrasi terhadap Presiden Guatemala Alejandro Giammattei dan parlemen meletus setelah anggaran belanja negara untuk pendidikan dan kesehatan tahung 2021 dipotong. Ratusan pengunjuk rasa membobol gedung Kongres Guatemala dan membakar sebagian bangunan.
Aksi protes itu terjadi ketika sekitar 7.000 orang berdemonstrasi di depan Istana Nasional di Ibu Kota Guatemala City menentang pemotongan anggaran. Menurut pengunjuk rasa keputusan itu dinegosiasikan dan disahkan oleh legislator secara rahasia sementara negara Amerika Tengah itu terganggu oleh dampak angin topan dan pandemi Covid-19.
Video di media sosial menunjukkan kobaran api keluar dari jendela gedung legislatif. Menurut laporan media, otoritas keamanan menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa dan ada yang terluka.
Giammattei mengutuk aksi pembakaran tersebut di akun Twitter-nya.
"Siapa pun yang terbukti berpartisipasi dalam tindakan kriminal akan dihukum dengan kekuatan hukum penuh," tweetnya seperti dilansir dari TRT, Minggu (22/11/2020).
Dia menulis bahwa dia mendukung hak orang untuk memprotes."Tetapi kami juga tidak dapat mengizinkan orang untuk merusak properti publik atau pribadi," cetusnya.
Presiden Guatemala mengatakan telah bertemu dengan berbagai kelompok untuk menyampaikan perubahan anggaran yang kontroversial tersebut.
Ketidakpuasan telah meningkat atas anggaran 2021 di media sosial dan bentrokan meletus selama demonstrasi pada hari Jumat. Warga Guatemala marah karena anggota parlemen menyetujui anggaran sebesar USD65.000 untuk membayar makanan mereka sendiri, tetapi memotong dana untuk pasien virus Corona dan badan hak asasi manusia.(Baca juga: Satpam Pukuli Pria Kulit Hitam Hingga Tewas, Kerusuhan Pecah di Brasil )
Wakil Presiden Guillermo Castillo telah menawarkan untuk mengundurkan diri, mengatakan kepada Giammattei bahwa kedua pria tersebut harus mengundurkan diri dari posisi mereka “demi kebaikan negara.” Dia juga menyarankan untuk memveto anggaran yang telah disetujui, memecat pejabat pemerintah dan berusaha lebih menjangkau berbagai sektor di seluruh negeri.
Giammattei tidak menanggapi secara terbuka usulan itu dan Castillo tidak membagikan reaksi presiden terhadap usulannya. Castillo sendiri mengatakan dia tidak akan mengundurkan diri sendirian.
Rencana pengeluaran dinegosiasikan secara rahasia dan disetujui oleh kongres sebelum Rabu pagi. Pembahasan itu juga berlalu ketika negara tersebut terganggu oleh dampak badai Eta dan Iota, yang membawa hujan lebat ke sebagian besar Amerika Tengah.
Pimpinan Gereja Katolik Roma di Guatemala juga meminta Giammattei untuk memveto anggaran pada hari Jumat.(Baca juga: 37 Demonstran Uganda Tewas setelah Calon Presiden Wine Ditangkap )
“Itu adalah pukulan yang licik bagi rakyat karena Guatemala berada di antara bencana alam, ada tanda-tanda korupsi pemerintah, klientelisme dalam bantuan kemanusiaan,” kata Jordan Rodas, jaksa hak asasi manusia negara itu.
Dia mengatakan anggaran tersebut tampaknya menguntungkan kementerian yang secara historis menjadi tempat korupsi.
Aksi protes itu terjadi ketika sekitar 7.000 orang berdemonstrasi di depan Istana Nasional di Ibu Kota Guatemala City menentang pemotongan anggaran. Menurut pengunjuk rasa keputusan itu dinegosiasikan dan disahkan oleh legislator secara rahasia sementara negara Amerika Tengah itu terganggu oleh dampak angin topan dan pandemi Covid-19.
Video di media sosial menunjukkan kobaran api keluar dari jendela gedung legislatif. Menurut laporan media, otoritas keamanan menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa dan ada yang terluka.
Giammattei mengutuk aksi pembakaran tersebut di akun Twitter-nya.
"Siapa pun yang terbukti berpartisipasi dalam tindakan kriminal akan dihukum dengan kekuatan hukum penuh," tweetnya seperti dilansir dari TRT, Minggu (22/11/2020).
Dia menulis bahwa dia mendukung hak orang untuk memprotes."Tetapi kami juga tidak dapat mengizinkan orang untuk merusak properti publik atau pribadi," cetusnya.
Presiden Guatemala mengatakan telah bertemu dengan berbagai kelompok untuk menyampaikan perubahan anggaran yang kontroversial tersebut.
Ketidakpuasan telah meningkat atas anggaran 2021 di media sosial dan bentrokan meletus selama demonstrasi pada hari Jumat. Warga Guatemala marah karena anggota parlemen menyetujui anggaran sebesar USD65.000 untuk membayar makanan mereka sendiri, tetapi memotong dana untuk pasien virus Corona dan badan hak asasi manusia.(Baca juga: Satpam Pukuli Pria Kulit Hitam Hingga Tewas, Kerusuhan Pecah di Brasil )
Wakil Presiden Guillermo Castillo telah menawarkan untuk mengundurkan diri, mengatakan kepada Giammattei bahwa kedua pria tersebut harus mengundurkan diri dari posisi mereka “demi kebaikan negara.” Dia juga menyarankan untuk memveto anggaran yang telah disetujui, memecat pejabat pemerintah dan berusaha lebih menjangkau berbagai sektor di seluruh negeri.
Giammattei tidak menanggapi secara terbuka usulan itu dan Castillo tidak membagikan reaksi presiden terhadap usulannya. Castillo sendiri mengatakan dia tidak akan mengundurkan diri sendirian.
Rencana pengeluaran dinegosiasikan secara rahasia dan disetujui oleh kongres sebelum Rabu pagi. Pembahasan itu juga berlalu ketika negara tersebut terganggu oleh dampak badai Eta dan Iota, yang membawa hujan lebat ke sebagian besar Amerika Tengah.
Pimpinan Gereja Katolik Roma di Guatemala juga meminta Giammattei untuk memveto anggaran pada hari Jumat.(Baca juga: 37 Demonstran Uganda Tewas setelah Calon Presiden Wine Ditangkap )
“Itu adalah pukulan yang licik bagi rakyat karena Guatemala berada di antara bencana alam, ada tanda-tanda korupsi pemerintah, klientelisme dalam bantuan kemanusiaan,” kata Jordan Rodas, jaksa hak asasi manusia negara itu.
Dia mengatakan anggaran tersebut tampaknya menguntungkan kementerian yang secara historis menjadi tempat korupsi.
(ber)