Sistem Pertahanan Rudal Berbasis Laut AS Sukses Hancurkan ICBM
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berhasil mencegat dan menghancurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) tiruan dalam uji coba terbaru sistem pertahanan rudal berbasis laut. Hal itu diungkapkan Departemen Pertahanan AS.
Uji coba dengan ICBM yang diluncurkan dari lokasi uji coba rudal AS di Kepulauan Marshall dilakukan pada Selasa pagi waktu setempat. Pentagon mengatakan dalam siaran persnya bahwa rudal Standard Missile-3 (SM-3) Block IIA yang diluncurkan dari kapal perusak AS di laut mencegat dan menghancurkan target.
"Ini adalah pencapaian luar biasa dan tonggak penting untuk program Aegis BMD SM-3 Blok IIA," kata Direktur Badan Pertahanan Rudal AS (MDA), Wakil Laksamana Jon Hill.
"Departemen (Pertahanan AS) sedang menyelidiki kemungkinan untuk menambah sistem Pertahanan Midcourse berbasis di darat dengan menerjunkan sensor tambahan dan sistem senjata untuk melindungi dari perkembangan tak terduga dalam ancaman rudal," tambahnya.
"Kami telah menunjukkan bahwa kapal yang dilengkapi BMD Aegis yang dilengkapi dengan rudal SM-3 Block IIA dapat mengalahkan target kelas ICBM, yang merupakan langkah dalam proses penentuan kelayakannya sebagai bagian dari arsitektur untuk pertahanan berlapis di tanah air,"tukas Hill seperti dikutip dari Yonhap, Rabu (18/11/2020).
Departemen Pertahanan AS mengatakan tes itu menandai uji penerbangan keenam dari sebuah kapal yang dilengkapi pertahanan rudal balistik Aegis menggunakan peluru kendali SM-3 Block IIA. Pentagon menambahkan tes itu awalnya dijadwalkan akan diadakan pada bulan Maret tetapi ditunda karena pembatasan yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19.
Pentagon tidak menyebutkan nama negara mana pun yang mungkin menjadi sumber ancaman rudal, tetapi banyak yang percaya sistem pertahanan rudal yang ditingkatkan sebagian besar dirancang untuk melindungi AS dari rudal Korea Utara (Korut).(Baca juga: Buntut Parade Militer Korut, Jepang akan Tingkatkan Sistem Pertahanan Rudal )
"Keberhasilan uji coba Selasa kemungkinan akan menarik minat khusus dari Korea Utara, yang pengembangan rudal balistik jarak antarbenua dan senjata nuklir adalah alasan utama Pentagon berusaha untuk mempercepat pembangunan sistem pertahanan misilnya selama dekade terakhir," tulis Associated Press dalam laporannya terkait uji coba tersebut.
Pyongyang terus mempertahankan moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang diberlakukannya sejak akhir 2017 lalu.
Namun, banyak yang percaya bahwa negara komunis itu dapat melakukan provokasi militer, mungkin melibatkan peluncuran ICBM, untuk menguji pemerintahan baru AS di bawah Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang.
Korut memperkenalkan ICBM terbesarnya yang kemungkinan memiliki jangkauan yang lebih jauh daripada rudal lainnya pada parade militer 9 Oktober lalu yang menandai peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa.(Baca juga: Korea Utara Pamerkan Rudal Balistik Antar Benua 'Monster' )
Uji coba dengan ICBM yang diluncurkan dari lokasi uji coba rudal AS di Kepulauan Marshall dilakukan pada Selasa pagi waktu setempat. Pentagon mengatakan dalam siaran persnya bahwa rudal Standard Missile-3 (SM-3) Block IIA yang diluncurkan dari kapal perusak AS di laut mencegat dan menghancurkan target.
"Ini adalah pencapaian luar biasa dan tonggak penting untuk program Aegis BMD SM-3 Blok IIA," kata Direktur Badan Pertahanan Rudal AS (MDA), Wakil Laksamana Jon Hill.
"Departemen (Pertahanan AS) sedang menyelidiki kemungkinan untuk menambah sistem Pertahanan Midcourse berbasis di darat dengan menerjunkan sensor tambahan dan sistem senjata untuk melindungi dari perkembangan tak terduga dalam ancaman rudal," tambahnya.
"Kami telah menunjukkan bahwa kapal yang dilengkapi BMD Aegis yang dilengkapi dengan rudal SM-3 Block IIA dapat mengalahkan target kelas ICBM, yang merupakan langkah dalam proses penentuan kelayakannya sebagai bagian dari arsitektur untuk pertahanan berlapis di tanah air,"tukas Hill seperti dikutip dari Yonhap, Rabu (18/11/2020).
Departemen Pertahanan AS mengatakan tes itu menandai uji penerbangan keenam dari sebuah kapal yang dilengkapi pertahanan rudal balistik Aegis menggunakan peluru kendali SM-3 Block IIA. Pentagon menambahkan tes itu awalnya dijadwalkan akan diadakan pada bulan Maret tetapi ditunda karena pembatasan yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19.
Pentagon tidak menyebutkan nama negara mana pun yang mungkin menjadi sumber ancaman rudal, tetapi banyak yang percaya sistem pertahanan rudal yang ditingkatkan sebagian besar dirancang untuk melindungi AS dari rudal Korea Utara (Korut).(Baca juga: Buntut Parade Militer Korut, Jepang akan Tingkatkan Sistem Pertahanan Rudal )
"Keberhasilan uji coba Selasa kemungkinan akan menarik minat khusus dari Korea Utara, yang pengembangan rudal balistik jarak antarbenua dan senjata nuklir adalah alasan utama Pentagon berusaha untuk mempercepat pembangunan sistem pertahanan misilnya selama dekade terakhir," tulis Associated Press dalam laporannya terkait uji coba tersebut.
Pyongyang terus mempertahankan moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang diberlakukannya sejak akhir 2017 lalu.
Namun, banyak yang percaya bahwa negara komunis itu dapat melakukan provokasi militer, mungkin melibatkan peluncuran ICBM, untuk menguji pemerintahan baru AS di bawah Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang.
Korut memperkenalkan ICBM terbesarnya yang kemungkinan memiliki jangkauan yang lebih jauh daripada rudal lainnya pada parade militer 9 Oktober lalu yang menandai peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa.(Baca juga: Korea Utara Pamerkan Rudal Balistik Antar Benua 'Monster' )
(ber)