Trump Didesak Pecat Bos CIA atas Tuduhan Biarkan Kecurangan Pilpres AS

Selasa, 17 November 2020 - 06:12 WIB
loading...
Trump Didesak Pecat Bos CIA atas Tuduhan Biarkan Kecurangan Pilpres AS
Direktur CIA Amerika Serikat, Gina Haspel. Foto/REUTERS/CIA
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump didesak agar memecat Direktur CIA Gina Haspel atas tuduhan turut serta membiarkan kecurangan pemilihan presiden (pilpres) 3 November. Desakan ini disampaikan pengacara presiden, Sidney Powell.

Menurut Powell, bos CIA tersebut telah mengabaikan peringatan tentang perangkat lunak pemungutan suara yang ia klaim "dirancang untuk mencurangi" pilpres AS.

"Mengapa Gina Haspel masih ada di CIA berada di luar pemahaman saya. Dia harus segera dipecat," kata Powell kepada Fox News. (Baca: Donald Trump Akhirnya Akui Biden Menang Pilpres AS )

Perangkat yang dimaksud Powell adalah perangkat lunak Dominion Voting Systems yang digunakan di beberapa negara medan pertempuran utama selama Hari Pemilu.

Dia merujuk pada serangkaian "whistleblower" yang katanya dapat mengonfirmasi bahwa perangkat lunak Dominion seolah-olah digunakan untuk menarik "jutaan" suara yang mendukung Trump.

Ketika ditanya tentang bukti, Powell mengklaim bahwa dia memiliki "banyak cara untuk membuktikannya". "Tetapi (saya) tidak akan memberi tahu di televisi nasional apa saja yang kita miliki," ujarnya, yang dilansir Sputniknews, Selasa (17/11/2020).

Pernyataannya menggemakan komentar yang dibuat oleh Presiden Donald Trump dalam rangkaian tweet terbarunya, di mana dia secara khusus mengkritik apa yang dia gambarkan sebagai "Dominion Voting Systems yang dimiliki radikal kiri".

"AS tidak dapat mengizinkan hasil palsu mail-in-election 2020 untuk berdiri," kata Trump. (Baca juga: Setelah Akui Biden Menang Pilpres AS, Trump Mentweet: Saya Menang! )

Klaim itu muncul setelah presiden men-tweet bahwa rivalnya dari Partai Demokrat Joe Biden "menang karena pilpres dicurangi". Namun, dalam tweet selanjutnya, dia mengatakan bahwa dirinya "tidak mengakui apa-apa", karena rivalnya dari Partai Demokrat hanya menang di mata "media berita palsu".

Sementara itu, pihak Dominion, dalam pernyataan yang diterbitkan di situsnya secara tegas menyangkal pernyataan palsu tentang masalah peralihan suara dengan sistem pemungutan suara tersebut.

Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga mendukung pernyataan Dominion. "Tidak ada bukti bahwa sistem pemungutan suara menghapus atau menghilangkan suara, mengubah suara, atau dengan cara apa pun dikompromikan," kata badan tersebut.

Sebelumnya, pengacara tim kampanye Trump; Jay Sekulow; menuntut penghitungan ulang di setiap negara bagian yang menggunakan perangkat lunak Dominion yang dia klaim salah memberikan 6.000 suara kepada calon presiden Partai Demokrat di satu wilayah Michigan selama pemilihan.

"Jika 30 negara bagian telah menggunakan perangkat lunak yang terbukti ada kesalahan 6.000 suara di satu wilayah pemungutan suara...pengacara harus...menuntut penghitungan ulang manual. Proses pengadilan pasca-pemilu penting untuk melindungi integritas proses pemilu, kata presiden, dan terus terang melindungi konstitusi," kata Sekulow.

Trump telah berulang kali menuduh Dominion Voting Systems Corporation bertanggung jawab atas perangkat lunak mesin penghitungan suara yang keliru "membalik" suara ke Demokrat.

Dia juga menyatakan bahwa "gangguan" pada mesin pemungutan suara yang dilaporkan di beberapa tempat pemungutan suara pada Hari Pemilihan adalah bukti dari Partai Demokrat yang mencoba untuk "mencuri" suara darinya selama penghitungan suara di negara bagian utama.

Presiden menolak untuk mengakui kemenangan Biden, yang sebelumnya menyatakan dirinya sebagai presiden terpilih dan saat ini terlibat dalam pembentukan tim transisi, meskipun penghitungan resmi belum diumumkan.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)