Dokter Pilih Eksodus, Lebanon di Tepi Jurang Krisis Kesehatan

Minggu, 15 November 2020 - 23:20 WIB
loading...
A A A
Ghazi Zaatari, Wakil Dekan Fakultas dan Ketua Departemen Patologi & Kedokteran Laboratorium AUB, mengatakan, dia khawatir eksodus akan dipercepat.

“Selama 10 tahun terakhir kami berusaha keras untuk merekrut sekitar 220 anggota fakultas, dan sekarang sangat mengecewakan melihat banyak dari mereka yang kami pekerjakan pergi lagi,” ungkapnya.

Para dokter di Lebanon, jelasnya, meskipun dibayar relatif baik, umumnya berpenghasilan lebih rendah daripada di luar negeri. Selama setahun terakhir mereka telah melihat pendapatan riil turun karena devaluasi 80 persen dalam mata uang.

(Baca: Kepala Keamanan Lebanon Kunjungi Suriah untuk Bebaskan Warga AS )

Hassan mengatakan, negara sedang mencari bantuan internasional untuk menopang gaji para dokter yang terdepresiasi untuk memperlambat eksodus. Namun, Boulos dan Zaatari mengatakan, uang bukanlah masalah utama.

“Uang adalah masalah, tapi kurangnya kepercayaan dan kepercayaan pada kepemimpinan politik (untuk) masa depan yang aman, terjamin dan sukses adalah faktor yang sangat besar,” kata Zaatari.

“Saya adalah salah satu dari mereka yang kembali pada pertengahan 90-an dengan keyakinan bahwa ada janji untuk masa depan yang lebih baik dan rencana rekonstruksi, hanya untuk menemukan bahwa 20 tahun kemudian semuanya runtuh dan janji itu adalah janji palsu. Kami banyak dirampok," tukasnya.
(esn)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1803 seconds (0.1#10.140)