Biden: Tak Ada yang Akan Hentikan Transisi Kekuasaan di AS

Rabu, 11 November 2020 - 08:12 WIB
loading...
Biden: Tak Ada yang...
Presiden AS terpilih Joe Biden. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden menegaskan tidak ada yang akan menghentikan transfer kekuasaan di pemerintahan AS.

Penegasan Biden itu muncul setelah Presiden Donald Trump mengatakan tanpa bukti bahwa pemilu diwarnai kecurangan dan beberapa sekutu dari Partai Republik mendukung penyelidikan.

Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Republik Mitch McConnell mendukung hak Trump mengajukan gugatan hukum atas kemenangan Biden di beberapa negara bagian medan pertempuran seperti Pennsylvania. Beberapa senior Partai Republik berusaha menabur keraguan tentang hasil pemilu tersebut.



Biden mendapatkan lebih dari 270 suara Electoral College yang dia butuhkan untuk mengambil alih kursi kepresidenan dengan memenangkan Pennsylvania pada Sabtu setelah empat hari penghitungan yang menegangkan. (Baca Juga: Biden Ogah Ambil Langkah Hukum Muluskan Transisi Kekuasaan AS)

Proses penghitungan suara lebih lama dari biasanya karena ada lonjakan surat suara yang dikirim lewat pos karena pandemi virus corona. (Lihat Infografis: Penuh Rintangan, Bisakah Joe Biden Menjadi Presiden Hebat?)

Biden mengatakan dalam pidatonya di Delaware bahwa timnya sedang mendorong pembentukan pemerintahan baru untuk mengambil alih kekuasaan pada Hari Pelantikan, 20 Januari 2021, apa pun yang terjadi. (Lihat Video: Terkait Status Habib Rizieq, Ini Penjelasan Polisi)

"Kami akan pergi, bergerak bersama, secara konsisten, menyusun administrasi kami, Gedung Putih, dan meninjau siapa yang akan kami pilih untuk posisi Kabinet, dan tidak ada yang akan menghentikan itu," tutur Biden.

Biden: Tak Ada yang Akan Hentikan Transisi Kekuasaan di AS


Biden juga mengatakan "memalukan" bahwa Trump tidak mengakui hasil pemilu tersebut.

Klaim pemerintahan Trump itu semakin menjadi-jadi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo memperkirakan "pemerintahan Trump kedua.

Pernyataan Pompeo itu sangat bertentangan dengan panggilan telepon ucapan selamat antara Biden dan para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Irlandia.

"Seluruh Partai Republik telah ditempatkan dalam posisi dengan beberapa pengecualian yang cukup diintimidasi oleh presiden yang sedang menjabat, tetapi hanya ada satu presiden pada satu waktu," ujar Biden yang tertawa ketika ditanya tentang pernyataan Pompeo.

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan dia berbicara dengan Biden pada Selasa melalui telepon tentang bekerja sama.

“Saya berharap memperkuat kemitraan antara negara kita dan untuk bekerja dengannya dalam prioritas bersama kita, dari menangani perubahan iklim, mempromosikan demokrasi dan membangun kembali lebih baik dari pandemi,” tweet Johnson.

Presiden Turki Tayyip Erdogan juga memberi selamat kepada Biden, mantan wakil presiden di era Barack Obama yang sekarang akan mengambil alih Gedung Putih.

Mengambil pertanyaan dari media untuk pertama kalinya sejak kemenangannya, Biden ditanya apa yang akan dia katakan jika Trump menonton. Biden berkata, "Presiden, saya berharap dapat berbicara dengan Anda. ”

Para hakim telah membatalkan gugatan hukum pemilu di Michigan dan Georgia. Para ahli hukum mengatakan upaya hukum Trump memiliki sedikit peluang untuk mengubah hasil pemilu.

Kampanye Trump dan Partai Republik sebagian besar telah menggugat masalah prosedural dalam penghitungan suara dan belum menunjukkan bukti penipuan dalam tuntutan hukum mereka.

Jaksa Agung William Barr yang ditunjuk Trump mengepalai Departemen Kehakiman, pada Senin mengatakan kepada jaksa federal untuk "mengejar tuduhan substansial" tentang penyimpangan dalam pemungutan suara dan penghitungan surat suara.

Itu melanggar kebijakan departemen sebelumnya yang tidak melakukan penyelidikan terbuka terhadap dugaan kecurangan pemilu sampai penghitungan ulang disimpulkan dan hasilnya disertifikasi.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Benarkah Perusahaan...
Benarkah Perusahaan Satelit China Dukung Houthi Yaman Perangi AS?
Rakyat Swiss Minta Pembelian...
Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya
Mahasiswa Indonesia...
Mahasiswa Indonesia Ditahan AS, Jadi Korban Kebijakan Imigrasi Trump
Jenderal AS Ini Sudah...
Jenderal AS Ini Sudah Tak Sabar Ingin Mengebom Iran, tapi...
Dulu Menentang, Sekarang...
Dulu Menentang, Sekarang Arab Saudi Dukung Kesepakatan Nuklir Iran-AS, Mengapa?
China Desak AS Akhiri...
China Desak AS Akhiri Perang Dagang, tapi Juga Siap Meladeni
Approval Rating Donald...
Approval Rating Donald Trump Terjun ke Titik Terendah
Paus Fransiskus Meninggal...
Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Bagaimana Vatikan Memilih Pemimpin Gereja Katolik Baru?
Ucapan Para Pemimpin...
Ucapan Para Pemimpin Dunia atas Wafatnya Paus Fransiskus
Rekomendasi
Pengacara Hedon, Rakyat...
Pengacara Hedon, Rakyat Tekor Rp60 Miliar untuk Menyapu Rp17,7 Triliun
Beasiswa Garuda 2025...
Beasiswa Garuda 2025 Diluncurkan, Kuliah S1/D4 Gratis dan Ada Uang Saku Bulanan
Sinopsis Buku RA Kartini...
Sinopsis Buku RA Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang, Simak Yuk
Berita Terkini
5 Fakta Fahda binti...
5 Fakta Fahda binti Falah, Istri Raja Salman dan Ibu dari Putra Mahkota Arab Saudi
25 menit yang lalu
Dunia Berduka, Lonceng...
Dunia Berduka, Lonceng Gereja-gereja Berdentang untuk Paus Fransiskus
1 jam yang lalu
Para Pemimpin Timur...
Para Pemimpin Timur Tengah Ungkap Duka Mendalam atas Wafatnya Paus Fransiskus
2 jam yang lalu
Pemukim Israel Culik...
Pemukim Israel Culik 2 Anak Palestina, Mengikat Mereka di Pohon hingga Pingsan
2 jam yang lalu
Benarkah Perusahaan...
Benarkah Perusahaan Satelit China Dukung Houthi Yaman Perangi AS?
3 jam yang lalu
3 Tujuan Rusia Menempatkan...
3 Tujuan Rusia Menempatkan Pesawat Tempur di Biak Papua
4 jam yang lalu
Infografis
Kapal Induk Kedua Tiba...
Kapal Induk Kedua Tiba di Timur Tengah, AS Serius Ancam Iran
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved