Pilpres Amerika Serikat, Investor Lebih Berpihak ke Trump atau Biden?
loading...
A
A
A
"Pengendalian Covid menjadi salah satu hal penting untuk membantu ekonomi AS," kata Angela Mancini, konsultan risiko global Control Risks. "Pada saat bersamaan kota juga melihat pengakuan bahwa jika kamu mengambil pajak yang lebih tinggi bisa dialokasikan ke hal yang produktif, contohnya pengembangan energi terbaru dan infrastruktur untuk penggunaan jangka panjang," katanya. Menurut Mancini, itu bisa berdampak pada jangka panjang untuk ekonomi dan menguntungkan investor.
Juni lalu, Morgan Stanley memperingatkan investor tentang dampak penurunan pajak yang menjadi kebijakan Trump oleh Partai Demokrat. Apa yang dilakukan Biden dikhawatirkan akan merusak investasi dan perekrutan tenaga kerja baru. Namun, para pengamat pasar menyatakab para politikus bisa mewujudkan janji kampanye dalam beberapa tahun.
Song Seng Wun, ekonom CIMB Private Banking, mengatakan adanya upaya kontraproduktif memberlakukan pajak tinggi pada bisnis dan pelanggan jika ekonomi tidak membaik. Dia memberikan contoh pada Jepang di mana ketika pajak konsumsi finaikkan pada Oktober 2018, kemudian ditambah pandemi korona yang menekan ekonomi. Jika Demokrat menang pada pemilu AS, maka kebijakan fiskal akan terkalibrasi hebat. (Baca juga: Covid-19 Sebabkan Otak Menua 10 Tahun)
Isu lainnya adalah ketika para investor lebih memilih menunggu seiring masih terjadinya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Vasu Menon, direktur eksekutif strategi investasi OCBC Bank, mengatakan Biden tidak akan mengubah kebijakan Washington terhadap China secara radikal.
Salah satu kebijakan yang bisa berbeda adalah penggunaan tarif. Menon mengatakan, Trump menggunakan tarif bisa meredam China karena China menjafi ancaman. "Saya pikir Biden mungkin tidak akan melakukan itu. Dia tidak akan menggunakan tarif. Dia berpikir hal itu kontraproduktif," jelasnya.
Dalam pandangan Nigel Green, pendiri deVere Group, mengungkapkan pasar kini lebih berpihak kepada Biden saat ini. Mereka juga lebih mendukung Demokrat agar menang pemilu. Perubahan itu menunjukkan perubahan sikap Wall Street yang dikenal sangat konservatif.
Perubahan itu juga disebabkan janji miliaran dolar investasi pada perekonomian AS, namu Biden tetap berjanji untuk menaikkan pajak dan mengaturnya. “Sejak kemenangan Demokrat adalah negative untuk pasar, tetapi pendekatan konservatif tetap diutamakan,” kata Green. (Baca juga: Dengan Kondisi Sekarang, Habib Rizieq Diimbau Jangan Pulang Dulu)
Stabilitas dan keamanan juga merupakan dua hal yang diinginkan oleh para investor, seperti diungkapkan pemimpin firma konsultasi keuangan Signum Global Advisors. “Orang hanya sudah lelah,” kata Myers kepada NPR. Meskipun pasar saham mencapai rekor tertinggi, tetapi Wall Street tidak menyukai gaya kepemimpinan Trump. ”Sangat sulit untuk membuat keputusan alokasi modal jangka Panjang karena kamu tidak mengetahui apa yang akan dilakukan Gedung Putih,” katanya.
Gelombang biru memang menjadi dilemma bagi investor. Dalam scenario tersebut, Demokrat bisa menguasai Kongres dan Gedung Putih. Nantiny, kebijakan stimulus ekonomi bisa diakselerasikan dengan baik. Apalagi demi pemulihan ekonomi AS, investor juga kini siap menerima kenaikan pajak AS dan pengetatan regulasi. Kebijakan yang masuk akal dan mendinginkan ketegangan dengan China juga akan membutuhkan banyak biaya.
Dukungan Investor ke Kampanye Capres
Juni lalu, Morgan Stanley memperingatkan investor tentang dampak penurunan pajak yang menjadi kebijakan Trump oleh Partai Demokrat. Apa yang dilakukan Biden dikhawatirkan akan merusak investasi dan perekrutan tenaga kerja baru. Namun, para pengamat pasar menyatakab para politikus bisa mewujudkan janji kampanye dalam beberapa tahun.
Song Seng Wun, ekonom CIMB Private Banking, mengatakan adanya upaya kontraproduktif memberlakukan pajak tinggi pada bisnis dan pelanggan jika ekonomi tidak membaik. Dia memberikan contoh pada Jepang di mana ketika pajak konsumsi finaikkan pada Oktober 2018, kemudian ditambah pandemi korona yang menekan ekonomi. Jika Demokrat menang pada pemilu AS, maka kebijakan fiskal akan terkalibrasi hebat. (Baca juga: Covid-19 Sebabkan Otak Menua 10 Tahun)
Isu lainnya adalah ketika para investor lebih memilih menunggu seiring masih terjadinya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Vasu Menon, direktur eksekutif strategi investasi OCBC Bank, mengatakan Biden tidak akan mengubah kebijakan Washington terhadap China secara radikal.
Salah satu kebijakan yang bisa berbeda adalah penggunaan tarif. Menon mengatakan, Trump menggunakan tarif bisa meredam China karena China menjafi ancaman. "Saya pikir Biden mungkin tidak akan melakukan itu. Dia tidak akan menggunakan tarif. Dia berpikir hal itu kontraproduktif," jelasnya.
Dalam pandangan Nigel Green, pendiri deVere Group, mengungkapkan pasar kini lebih berpihak kepada Biden saat ini. Mereka juga lebih mendukung Demokrat agar menang pemilu. Perubahan itu menunjukkan perubahan sikap Wall Street yang dikenal sangat konservatif.
Perubahan itu juga disebabkan janji miliaran dolar investasi pada perekonomian AS, namu Biden tetap berjanji untuk menaikkan pajak dan mengaturnya. “Sejak kemenangan Demokrat adalah negative untuk pasar, tetapi pendekatan konservatif tetap diutamakan,” kata Green. (Baca juga: Dengan Kondisi Sekarang, Habib Rizieq Diimbau Jangan Pulang Dulu)
Stabilitas dan keamanan juga merupakan dua hal yang diinginkan oleh para investor, seperti diungkapkan pemimpin firma konsultasi keuangan Signum Global Advisors. “Orang hanya sudah lelah,” kata Myers kepada NPR. Meskipun pasar saham mencapai rekor tertinggi, tetapi Wall Street tidak menyukai gaya kepemimpinan Trump. ”Sangat sulit untuk membuat keputusan alokasi modal jangka Panjang karena kamu tidak mengetahui apa yang akan dilakukan Gedung Putih,” katanya.
Gelombang biru memang menjadi dilemma bagi investor. Dalam scenario tersebut, Demokrat bisa menguasai Kongres dan Gedung Putih. Nantiny, kebijakan stimulus ekonomi bisa diakselerasikan dengan baik. Apalagi demi pemulihan ekonomi AS, investor juga kini siap menerima kenaikan pajak AS dan pengetatan regulasi. Kebijakan yang masuk akal dan mendinginkan ketegangan dengan China juga akan membutuhkan banyak biaya.
Dukungan Investor ke Kampanye Capres