Pilpres Amerika Serikat, Investor Lebih Berpihak ke Trump atau Biden?
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Persepsi yang selama ini dibangun yakni Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lebih difavoritkan para investor dan pengusaha dibandingkan rivalnya Joe Biden dari Partai Demokrat. Trump dengan latar belakang pengusaha lebih bisa memahami keinginan pengusaha dan pemegang kapital.
Namun demikian, politik latar belakang tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Biden juga menjadi harapan baru bagi investor dan pengusaha untuk menumbuhkan optimisme.
Selama Ini, investor AS memang dikenal sebagai pendukung utama Partai Republik. Tren saat ini justru berubah ketika banyak investor AS justru lebih senang denga Biden. Sejak lama,Wall Street memang memiliki dua perhatian utama kepada pemilu AS. Mereka khawatir suksesi kekuasaan jika Trump kalah akan berhasil dengan kisruh dan dia menolak kekalahan. Namun, mereka juga khawatir jika Demokrat akan menghasilkan kebijakanyang merugikan ekonomi. (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)
Skenario yang diinginkan Wall Street sebenarnya adalah terpilihnya kembali Trump . Catatan ekonomi Trump memang impresif. S&P 500, indeks saham ternama AS, naik 50% sejak dia berkuasa, meskipun pandemic corona. Saham Dow Jones dan Nasdaq juga mencapai rekor terbaru. Namun, secara keseluruhan ekonomi AS masih mengerang karena dampak corona. Trump tidak mampu mengatasi virus corona, stimulus kedua yang dijalankanjuga tidak efektif. Kebijakan Trump juga tidak memiliki dampak terhadap popularitas di kalangan pemilih. Dalam jajak pendapat, suaranya terus menurun. Namun, Trump tetap popular di kalangan investor.
Survei yang dilaksanakan firma manajemen kekyaaan UBS pada September lalu menemukan para investor lebih mendukung Trump kebijakan ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan. Sedangkan Biden lebih unggul dalam bidang pengelolaan Covid-19, kebijakan luar negeri dan perawatan kesehatan.
Namun, sebulan kemudian segalanya berubah. Itu terjadi setelah debat presiden yang pertama dan Trump terinfeksi virus corona. Itu diperkirakan bisa mengubah pendapat investor.
Goldman Sachs menyebutkan "gelombang biru" bisa saja terjadi pada November mendatang. Itu menunjukkan bagaimana Demokrat bisa menguasai Gedung Putih dan Kongres. "Gelombang biru meningkatkan pemahaman terhadap prediksi kita," papar kepala ekonomi Goldman Sachs, Jan Hatzius, dilansir Channel News Asia.
Moody’s Analytics memprediksi kepemimpinan Biden jika berkuasa akan menciptakan 7 juta lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran diperkirakan akan menurun sekitar 4% pada pertengahan 2022. Tingkat pengangguran di AS saat ini mencapai 7,9%. (Baca juga: Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)
Keyakinan para investor mengenai kemenangan Biden karena jumlah kasus virus corona terus bertambah. Itulah yang menjadikan alasan kenapa Biden bisa dengan mudah menang melawan Trump. Meskipun mereka khawatir Biden akan menaikkan pajak lebih tinggi dibandingkan Biden.
Namun demikian, politik latar belakang tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Biden juga menjadi harapan baru bagi investor dan pengusaha untuk menumbuhkan optimisme.
Selama Ini, investor AS memang dikenal sebagai pendukung utama Partai Republik. Tren saat ini justru berubah ketika banyak investor AS justru lebih senang denga Biden. Sejak lama,Wall Street memang memiliki dua perhatian utama kepada pemilu AS. Mereka khawatir suksesi kekuasaan jika Trump kalah akan berhasil dengan kisruh dan dia menolak kekalahan. Namun, mereka juga khawatir jika Demokrat akan menghasilkan kebijakanyang merugikan ekonomi. (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)
Skenario yang diinginkan Wall Street sebenarnya adalah terpilihnya kembali Trump . Catatan ekonomi Trump memang impresif. S&P 500, indeks saham ternama AS, naik 50% sejak dia berkuasa, meskipun pandemic corona. Saham Dow Jones dan Nasdaq juga mencapai rekor terbaru. Namun, secara keseluruhan ekonomi AS masih mengerang karena dampak corona. Trump tidak mampu mengatasi virus corona, stimulus kedua yang dijalankanjuga tidak efektif. Kebijakan Trump juga tidak memiliki dampak terhadap popularitas di kalangan pemilih. Dalam jajak pendapat, suaranya terus menurun. Namun, Trump tetap popular di kalangan investor.
Survei yang dilaksanakan firma manajemen kekyaaan UBS pada September lalu menemukan para investor lebih mendukung Trump kebijakan ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan. Sedangkan Biden lebih unggul dalam bidang pengelolaan Covid-19, kebijakan luar negeri dan perawatan kesehatan.
Namun, sebulan kemudian segalanya berubah. Itu terjadi setelah debat presiden yang pertama dan Trump terinfeksi virus corona. Itu diperkirakan bisa mengubah pendapat investor.
Goldman Sachs menyebutkan "gelombang biru" bisa saja terjadi pada November mendatang. Itu menunjukkan bagaimana Demokrat bisa menguasai Gedung Putih dan Kongres. "Gelombang biru meningkatkan pemahaman terhadap prediksi kita," papar kepala ekonomi Goldman Sachs, Jan Hatzius, dilansir Channel News Asia.
Moody’s Analytics memprediksi kepemimpinan Biden jika berkuasa akan menciptakan 7 juta lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran diperkirakan akan menurun sekitar 4% pada pertengahan 2022. Tingkat pengangguran di AS saat ini mencapai 7,9%. (Baca juga: Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)
Keyakinan para investor mengenai kemenangan Biden karena jumlah kasus virus corona terus bertambah. Itulah yang menjadikan alasan kenapa Biden bisa dengan mudah menang melawan Trump. Meskipun mereka khawatir Biden akan menaikkan pajak lebih tinggi dibandingkan Biden.