Kelompok Ekstrimis Tunisia Klaim Serangan Pisau di Gereja Prancis
loading...
A
A
A
TUNIS - Tunisia sedang menyelidiki keberadaan kelompok Al Mahdi, setelah kelompok itu dilaporkan mengaku bertanggung jawab atas serangan di gereja Nice , Prancis . Tersangka serangan di Nice sendiri berasal dari Tunisia, namun keluarganya menegaskan dia bukanlah seorang ekstremis.
Divisi kontra-terorisme dari kantor kejaksaan umum Tunisia telah memerintahkan penyelidikan apakah sel yang diduga teroris, Al Mahdi di Tunisia selatan, itu nyata, dan jika demikian apakah itu memainkan peran apa pun dalam serangan hari Kamis di Nice.
Kantor pers Tunisia TAP melaporkan bahwa penyelidikan tersebut dipicu oleh sebuah postingan di media sosial di mana seseorang yang mengaku sebagai bagian dari kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan pisau yang menewaskan tiga orang seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (30/10/2020).
Tersangka dalam insiden tersebut adalah seorang migran Tunisia yang baru saja tiba di Prancis dari Italia. Remaja berusia 21 tahun, yang diidentifikasi sebagai Ibrahim Issaoui, ditembak dan terluka parah oleh polisi setelah diduga melakukan serangan di gereja Notre Dame di kota itu. Polisi mengklaim bahwa mereka menemukan beberapa bilah pisau, dua ponsel dan salinan al Quran di TKP.
Pemerintah Prancis menggambarkan serangan itu sebagai tindakan terorisme Islam.(Baca juga: Macron: Serangan Pisau di Nice Serangan Teroris Islam )
Keluarganya di Tunisia, bagaimanapun, bersikeras bahwa Issaoui tidak menunjukkan tanda-tanda ekstremisme. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, saudara perempuannya mengatakan bahwa dia datang ke gereja pada Kamis pagi segera setelah tiba di Nice dan berencana untuk tidur di dekatnya. Dalam video call dengan keluarganya, Issaoui dikabarkan mengatakan bahwa dia berencana untuk tidur di gedung di seberang gereja.
Seluruh keluarga sekarang sedang diselidiki, dan telepon mereka telah disita oleh petugas keamanan Tunisia.(Baca juga: Pelaku Penyerangan Gereja di Prancis Berhasil Ditangkap Hidup-hidup )
Pada hari Jumat, polisi Prancis menahan seorang pria berusia 47 tahun yang dilaporkan melakukan kontak dengan tersangka sehari sebelum serangan itu.
Pemerintah Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam dan mengatakan negara itu harus bersiap untuk serangan lebih lanjut di tanahnya.
Divisi kontra-terorisme dari kantor kejaksaan umum Tunisia telah memerintahkan penyelidikan apakah sel yang diduga teroris, Al Mahdi di Tunisia selatan, itu nyata, dan jika demikian apakah itu memainkan peran apa pun dalam serangan hari Kamis di Nice.
Kantor pers Tunisia TAP melaporkan bahwa penyelidikan tersebut dipicu oleh sebuah postingan di media sosial di mana seseorang yang mengaku sebagai bagian dari kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan pisau yang menewaskan tiga orang seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (30/10/2020).
Tersangka dalam insiden tersebut adalah seorang migran Tunisia yang baru saja tiba di Prancis dari Italia. Remaja berusia 21 tahun, yang diidentifikasi sebagai Ibrahim Issaoui, ditembak dan terluka parah oleh polisi setelah diduga melakukan serangan di gereja Notre Dame di kota itu. Polisi mengklaim bahwa mereka menemukan beberapa bilah pisau, dua ponsel dan salinan al Quran di TKP.
Pemerintah Prancis menggambarkan serangan itu sebagai tindakan terorisme Islam.(Baca juga: Macron: Serangan Pisau di Nice Serangan Teroris Islam )
Keluarganya di Tunisia, bagaimanapun, bersikeras bahwa Issaoui tidak menunjukkan tanda-tanda ekstremisme. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, saudara perempuannya mengatakan bahwa dia datang ke gereja pada Kamis pagi segera setelah tiba di Nice dan berencana untuk tidur di dekatnya. Dalam video call dengan keluarganya, Issaoui dikabarkan mengatakan bahwa dia berencana untuk tidur di gedung di seberang gereja.
Seluruh keluarga sekarang sedang diselidiki, dan telepon mereka telah disita oleh petugas keamanan Tunisia.(Baca juga: Pelaku Penyerangan Gereja di Prancis Berhasil Ditangkap Hidup-hidup )
Pada hari Jumat, polisi Prancis menahan seorang pria berusia 47 tahun yang dilaporkan melakukan kontak dengan tersangka sehari sebelum serangan itu.
Pemerintah Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam dan mengatakan negara itu harus bersiap untuk serangan lebih lanjut di tanahnya.
(ber)