Demonstran Bangladesh: Macron Teroris Terbesar di Dunia

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 18:12 WIB
loading...
Demonstran Bangladesh: Macron Teroris Terbesar di Dunia
Demonstran mengecam Presiden Prancis di Dhaka, Bangladesh. Foto/REUTERS
A A A
DHAKA - Puluhan ribu Muslim yang berunjuk rasa di Bangladesh menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai teroris terbesar di dunia.

Mereka juga menyerukan boikot terhadap produk-produk Prancis. Unjuk rasa ini digelar setelah pembunuhan dilakukan oleh seorang migran asal Tunisia di satu gereja Prancis.

Prancis merupakan tempat bagi komunitas Muslim terbesar di Eropa. Kini Prancis melancarkan perang melawan ideologi Islam dan memperkirakan negaranya akan mengalami lebih banyak serangan.



“Macron memicu Islamophobia. Dia tidak tahu kekuatan Islam. Dunia Muslim tidak akan membiarkan ini sia-sia. Kami akan bangkit dan berdiri dalam solidaritas melawan dia,” tegas demonstran Akramul Haq yang berkumpul di Dhaka, pada Jumat (30/10). (Baca Juga: Prancis: Perang Melawan Ideologi Islam Berarti Lebih Banyak Serangan)

Prancis menaikkan kewaspadaan keamanannya ke level tertinggi pada Kamis setelah seorang pria bersenjatakan pisau meneriakkan “Allahu akbar” memenggal kepala seorang wanita di satu gereja dan membunuh dua orang lagi sebelum ditembak dan dibawa pergi oleh polisi. (Lihat Infografis: Charlie Hebdo Kembali Berulah; Pajang Kartun Cabul Erdogan)

"Kami tidak akan memberikan dasar apa pun," kata Macron di luar gereja di kota Nice. (Lihat Video: Hawa Panas Keluar dari Lantai Mesjid, Gegerakan Warga di Tangerang)

Macron bersumpah akan mengerahkan ribuan tentara lagi untuk menjaga tempat-tempat seperti tempat ibadah dan sekolah.

“Prancis telah diserang atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan," ujar Macron.

Sumber di peradilan Prancis mengatakan seorang pria berusia 47 tahun telah ditahan pada Kamis malam karena dicurigai melakukan kontak dengan pelaku serangan itu.

Kekerasan itu terjadi saat meningkatnya kemarahan Muslim atas pembelaan Prancis atas hak menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad. Unjuk rasa muncul mengecam Prancis di berbagai negara mayoritas Muslim.

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan, “Muslim berhak marah dan membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu."

Tokoh senior pemerintah Malaysia, Abdul Hadi Awang, mengatakan komentar Macron tidak dapat dibenarkan. "Pernyataan presiden Prancis itu memperlihatkan kebenciannya terhadap Islam dan pengikutnya," kata Abdul Hadi, pemimpin partai Islam Malaysia, PAS.

Serangan pada Kamis terjadi kurang dari dua pekan setelah seorang guru sekolah menengah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang penyerang berusia 18 tahun. Pelaku tidak terima karena guru itu menunjukkan kartun yang menghina Nabi Muhammad di kelas.

Prancis telah mengalami serangkaian serangan militan, mulai dari pengeboman dan penembakan pada 2015 di Paris yang menewaskan 130 orang hingga serangan 2016 di Nice yang menewaskan 86 orang saat seorang militan mengendarai truk menabrak kerumunan orang di pinggir laut saat merayakan Hari Bastille.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1660 seconds (0.1#10.140)