Pilpres Amerika Serikat, Biden Lebih Difavoritkan Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) bukan hanya menjadi perhatian rakyat di Negeri Paman Sam semata. Tapi, penduduk di berbagai belahan dunia juga memberikan perhatian kepada Calon presiden (capres) dari Partai Demokrat Joe Biden dan calon petahanan Presiden Donald Trump.
Dunia berpikir kalau Biden akan mengonsolidasikan aliansi AS dalam menata tatanan dunia jika memenangkan pemilu presiden. Sedangkan Presiden Donald Trump cenderung akan melanjutkan kebijakannya yang telah mengubah tatanan dunia dan menjauhkan AS dari aliansinya. Siapa yang terpilih memenangkan pemilu AS bulan depan akan mempengaruhi tatanan dunia dan perkembangan geopolitik yang berdampak pada banyak negara di dunia. (Baca: 4 Golongan Manusia yang Tertipu dengan Ilmu)
Siapa capres yang difavoritkan oleh negara-negara lain baik aliansi AS atau rival AS? Jawabannya pun beragam. Aliansi AS umumnya cenderung mendukung Biden. Tapi, rival AS justru lebih menjagokan Trump karena fokusnya ke dalam negeri sehingga peran internasional AS tetap akan berkurang selama pemerintahan Trump. Baik Trump dan Biden tetap memiliki plus dan minus, tetapi Biden cenderung lebih menunjukkan keteraturan, sedangkan Trump memang pemimpin yang sulit ditebak dalam hal diplomasi.
Biden segera akan berkonsultasi dengan sekutu utama AS sebelum memutuskan kebijakan luar negeri. Dia juga akan berkoordinasi tentang keputusan kebijakan perang dagang dengan China. Itu dikarenakan Biden ingin memperkuat perlawanan terhadap Beijing jika dia terpilih sebagai presiden. Biden juga akan merevisi banyak agenda kebijakan luar negeri Trump yakni “America First” seperti pemberlakuan tarif perdagangan terhadap Eropa dan Kanada.
“Kegagalan pemerintahan Trump adalah menjadikan AS sendirian,” kata Jeffrey Prescott, mantan penasehat luar negeri pada pemerintahan Barack Obama. Tidak jelas apakah Biden akan mencabut kebijakan perang dagang terhadap China. “Dia (Biden) tidak akan mengambil posisi prematur sebelum kita memang bisa berkuasa. Namun, Biden sepertinya akan berkonsultasi dengan koalisi sebagai hal penting,” paparnya.
Ketegangan perang dagang menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Beijing. Selain itu, AS dan China juga bersitegang dalam hal virus korona, Hong Kong, pencurian hak kekayaan intelektual, hak asasi manusia (HAM), dan Laut China Selatan. (Baca juga: Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra)
China memang menjadi isu sentral dalam kampanye presiden. Dalam kampanyenya, Trump mengklaim Biden akan mengambil pendekatan yang lunak kepada China. Tapi, Biden menyatakan dirinya akan bertindak tegas terhadap China dibandingkan Trump dan tidak khawatir menggunakan benteng perdagangan ketika masuk akal. Misalnya, pemberlakuan tarif bajak dan alumnium bagi China akan tetap diterapkan.
Ketika Trump disebut sebagai “boneka (Presiden Rusia Vladimir) Putin” karena terlalu lunak terhadap Moskow, Biden justru menunjukkan sinyal kalau dia akan bertindak tegas terhadap Rusia. “Faktanya adalah saya akan berhadapan langsung dengan Putin. Kita tidak akan mengikuti apa yang sudah dilakukan Trump. Dia (Trump) adalah bonekanya Putin,” ujarnya.
Namun, China sendiri tidak bisa mendukung salah satu capres karena semuanya tetap menganggap Beijing sebagai musuh AS. Ketika Trump dianggap tidak bisa diprediksi dalam kebijakannya terhadap China, demikian juga dengan Biden yang juga tetap akan keras terhadap Beijing. (Baca juga: SMA Double Track, Terobosan Jatim untuk Tekan Pengangguran)
Dunia berpikir kalau Biden akan mengonsolidasikan aliansi AS dalam menata tatanan dunia jika memenangkan pemilu presiden. Sedangkan Presiden Donald Trump cenderung akan melanjutkan kebijakannya yang telah mengubah tatanan dunia dan menjauhkan AS dari aliansinya. Siapa yang terpilih memenangkan pemilu AS bulan depan akan mempengaruhi tatanan dunia dan perkembangan geopolitik yang berdampak pada banyak negara di dunia. (Baca: 4 Golongan Manusia yang Tertipu dengan Ilmu)
Siapa capres yang difavoritkan oleh negara-negara lain baik aliansi AS atau rival AS? Jawabannya pun beragam. Aliansi AS umumnya cenderung mendukung Biden. Tapi, rival AS justru lebih menjagokan Trump karena fokusnya ke dalam negeri sehingga peran internasional AS tetap akan berkurang selama pemerintahan Trump. Baik Trump dan Biden tetap memiliki plus dan minus, tetapi Biden cenderung lebih menunjukkan keteraturan, sedangkan Trump memang pemimpin yang sulit ditebak dalam hal diplomasi.
Biden segera akan berkonsultasi dengan sekutu utama AS sebelum memutuskan kebijakan luar negeri. Dia juga akan berkoordinasi tentang keputusan kebijakan perang dagang dengan China. Itu dikarenakan Biden ingin memperkuat perlawanan terhadap Beijing jika dia terpilih sebagai presiden. Biden juga akan merevisi banyak agenda kebijakan luar negeri Trump yakni “America First” seperti pemberlakuan tarif perdagangan terhadap Eropa dan Kanada.
“Kegagalan pemerintahan Trump adalah menjadikan AS sendirian,” kata Jeffrey Prescott, mantan penasehat luar negeri pada pemerintahan Barack Obama. Tidak jelas apakah Biden akan mencabut kebijakan perang dagang terhadap China. “Dia (Biden) tidak akan mengambil posisi prematur sebelum kita memang bisa berkuasa. Namun, Biden sepertinya akan berkonsultasi dengan koalisi sebagai hal penting,” paparnya.
Ketegangan perang dagang menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Beijing. Selain itu, AS dan China juga bersitegang dalam hal virus korona, Hong Kong, pencurian hak kekayaan intelektual, hak asasi manusia (HAM), dan Laut China Selatan. (Baca juga: Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra)
China memang menjadi isu sentral dalam kampanye presiden. Dalam kampanyenya, Trump mengklaim Biden akan mengambil pendekatan yang lunak kepada China. Tapi, Biden menyatakan dirinya akan bertindak tegas terhadap China dibandingkan Trump dan tidak khawatir menggunakan benteng perdagangan ketika masuk akal. Misalnya, pemberlakuan tarif bajak dan alumnium bagi China akan tetap diterapkan.
Ketika Trump disebut sebagai “boneka (Presiden Rusia Vladimir) Putin” karena terlalu lunak terhadap Moskow, Biden justru menunjukkan sinyal kalau dia akan bertindak tegas terhadap Rusia. “Faktanya adalah saya akan berhadapan langsung dengan Putin. Kita tidak akan mengikuti apa yang sudah dilakukan Trump. Dia (Trump) adalah bonekanya Putin,” ujarnya.
Namun, China sendiri tidak bisa mendukung salah satu capres karena semuanya tetap menganggap Beijing sebagai musuh AS. Ketika Trump dianggap tidak bisa diprediksi dalam kebijakannya terhadap China, demikian juga dengan Biden yang juga tetap akan keras terhadap Beijing. (Baca juga: SMA Double Track, Terobosan Jatim untuk Tekan Pengangguran)