Korban Covid-19 Menurun, Negara di Asia Tenggara Perlonggar Lockdown

Jum'at, 08 Mei 2020 - 10:32 WIB
loading...
Korban Covid-19 Menurun, Negara di Asia Tenggara Perlonggar Lockdown
Foto/Istimewa
A A A
KUALA LUMPUR - Berbagai negara di Asia Tenggara mulai memperlonggar lockdown atau karatina wilayah untuk mencegah penyebaran virus corona. Malaysia, Singapura, Thailand, hingga Vietnam menerapkan pelonggaran karena telah mengalami penurunan jumlah kasus infeksi Covid-19.

Pemerintah Malaysia kemarin mengizinkan warga bisa bepergian ke pusat kota untuk pertama kalinya sejak isolasi wilayah diberlakukan selama enam pekan. Warga yang hendak makan di restoran pun diperbolehkan dengan ketentuan menjaga jarak.

Chin Seng Fatt, warga Malaysia yang mengelola kedai kopi selama 20 tahun, memisahkan meja dengan jarak dua meter. “Jika hari normal bisa melayani 50 orang, sekarang hanya bisa menunggu dan melihat saja,” katanya dilansir Channel News Asia.

Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan pelonggaran lockdown pada Jumat lalu. “Mayoritas perusahaan bisa beroperasi kembali,” katanya. Pada Senin lalu, Malaysia melaporkan sebanyak 55 kasus Covid-19. Jumlah kasus pasien yang meninggal dunia mencapai 105 orang.

Akibat pelonggaran itu, lalu lintas di Kuala Lumpur meningkat 30% dibandingkan dengan saat sebelum isolasi wilayah. Namun, tak semua negara bagian dipelonggar, beberapa wilayah di Kedah, Sabah, Pahang, Penang, Kelantan, dan Sarawak tetap menjalankan isolasi wilayah. Khusus Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan hanya mengizinkan industri vital yang beroperasi.

Sementara itu, Pemerintah Thailand juga sudah memperlonggar lockdown pada Senin lalu setelah beberapa pekan isolasi wilayah. Restoran di Bangkok mewajibkan pelanggan untuk menjaga jarak. Para pegawai salon mengenakan peralatan medis ketika memotong rambut pelanggannya. Bisnis di Bangkot juga mulai bergeliat.

Misalnya, di Restoran Hanji yang melayani masakan khas Taiwan, menempatkan plastik sebagai pembatas antara pelanggan satu dengan lainnya. Itu seseuai dengan anjuran dari Pemerintah Thailand. “Awalnya pelanggan merasa aneh. Tapi, nantinya juga akan terbiasa,” kata Soranan, 30, pegawai restoran.

Jumlah kasus pasien virus korona di Thailand hanya 2.987 orang dengan 54 orang kematian. Namun, para pejabat Thailand menyatakan mereka sangat berhati-hati memberlakukan pelonggaran lockdown karena menghindari bangkitnya kembali wabah korona gelombang kedua.

Sementara itu, jutaan anak sekolah di Vietnam pada Senin lalu telah kembali ke sekolah. Hal itu setelah Vietnam tidak lagi dilaporkan adanya penularan Covid-19 di negara tersebut. Di sebuah sekolah di Hanoi, sekolah menengah pertama memberlakukan pemeriksaan suhu tubuh siswa sebelum memasuki kelas. Itu terjadi setelah siswa diliburkan selama tiga bulan.

“Saya sangat senang bisa bersekolah karena di rumah sangat membosankan,” kata Pham Anh Kiet, siswa berusia 11 tahun. Di kelas, tempat duduk siswa juga diberi jarak dan diwajibkan memakai masker.

Hanya saja, menurut Nguyen Xuan Khang, kepala sekolah di Hanoi, sangat sulit mengatur siswa untuk tetap menjaga jarak ketika waktu istirahat. “Anak-anak sangat aktif. Sulit mengatur anak-anak agar tetap menjaga jarak,” katanya.

Selain mewajibkan siswa mengenakan masker, Nguyen juga mengatakan, sekolahnya mewajibkan siswa untuk kerap mencuci tangan.

Sebanyak 22 juta siswa dan mahasiswa di Vietnam diliburkan sejak Januari lalu. Khusus untuk skeolah dasar dan taman kanak-kanak akan kembali mulai pengajaran pada pekan depan. Kalau kampus sudah mulai memberlakukan pengajaran langsung. Di Vietnam hanya dilaporkan 271 kasus dan tidak ada korban meninggal. Tidak ada kasus penyebaran Covid-19 dalam dua pekan terakhir.

Kalau Pemerintah Singapura melalui Menteri Kesehatan Gan Kim Yong mengungkapkan, pencabutan isolasi sebagian atau circuit breaker jika sudah tidak ada kasus baru di wilayah tertentu. Faktor jumlah kasus Covid-19 menjadi parameter utama untuk menentukan pelonggaran lockdown.

“Jumlah kasus sangat penting. Kita harus menjamin tidak ada transmisi virus korona di masyarakat,” kata Gan.

“Kasus Covid-19 harus benar-benar nol atau satu digit setiap harinya dan bukan hanya satu hari, tetapi jangka waktu yang lama," katanya.

Kebanyakan kasus virus korona dialami para pekerja migran yang tinggal di asrama. “Ada kekhawatiran risiko penularan kasus Covid-19 dari para pekerja migran ke populasi lebih luas,” katanya.

Pemerintah Singapura juga sedang mempertimbangkan pembukaan kembali perbatasan. “Kita juga mengkaji penularan Covid-19 di negara lain,” kata Gan. Untuk upaya kembali pembukaan perbatasan, Gan mengatakan hal itu dilakukan secara skala kecil dan selektif.

Jumlah kasus Covid-19 di Singapura mencapai 18.778 orang dengan jumlah korban meninggal mencapai 18 orang. Singapura selalu mengevaluasi secara komprehensif respons penanganan pandemi korona itu. “Kajian penanganan pandemi itu dilakukan pada waktu yang tepat," kata pemimpin gugus tugas penanganan Covid-19, Lawrence Wong. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1330 seconds (0.1#10.140)