Cek Fakta Debat Capres AS

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 13:02 WIB
loading...
Cek Fakta Debat Capres AS
Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengikuti debat capres pamungkas di Nashville. Foto/ABC News
A A A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden saking berhadapan dalam debat calon presiden kedua - dan terakhir - pada Kamis malam di Nashville.

Topik yang dibahas dalam debat pamungkas ini termasuk memerangi Covid-19, keluarga Amerika, ras di Amerika, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.

Berikut adalah cek fakta terkait apa yang dikatakan para kandidat selama debat 90 menit seperti dilansir dari ABC News, Jumat (23/10/2020).


Trump mengatakan dia diberitahu oleh DNI (Dinas Intelijen Nasional) bahwa baik Iran dan Rusia ingin dia kalah dalam pemilihan

KLAIM TRUMP: "Melalui John Ratcliffe, yang luar biasa, DNI. Dia mengatakan satu hal yang umum bagi mereka berdua (Rusia dan Iran), mereka berdua ingin Anda kalah karena tidak ada orang yang lebih tangguh dengan Rusia - di antara sanksi. Tidak ada yang lebih tangguh terhadap Rusia dari saya."

PERIKSA FAKTA: Meskipun tidak jelas apakah direktur intelijen nasional Trump, John Ratcliffe, mengatakan kepadanya secara pribadi bahwa Rusia berharap dia akan kalah dalam pemilu yang akan datang, pernyataan seperti itu akan bertentangan dengan apa yang telah ditentukan oleh komite intelijen AS.

Pada bulan Agustus, Kantor Direktur Intelijen Nasional menilai bahwa Rusia menggunakan berbagai tindakan untuk terutama merendahkan mantan Wakil Presiden Biden dan apa yang dilihatnya sebagai 'kemapanan' anti-Rusia. Kantor tersebut tidak pernah menyatakan secara terbuka bahwa Rusia berharap Biden akan kalah dalam pemilihan mendatang.

Adapun Iran, kantor tersebut mengatakan pihaknya menyebut negara itu dalam upaya campur tangannya berusaha untuk merusak institusi demokrasi AS, Trump, dan untuk memecah belah negara itu sebelum pemilu 2020.

Ratcliffe dalam konferensi pers Rabu malam mengungkapkan baik Iran dan Rusia baru-baru ini memperoleh data pendaftaran pemilih dalam upaya mereka untuk ikut campur dalam pemilu 2020, dan Iran secara terpisah berada di belakang serangkaian email ancaman yang ditemukan akan dikirim minggu ini ke pemilih Demokrat, "yang katanya" dirancang untuk mengintimidasi pemilih, memicu keresahan sosial, dan merusak Presiden Trump.(Baca juga: Akses Data Pemilih, AS Tuding Iran dan Rusia Coba Kacaukan Pilpres )

Tetapi para pemimpin Partai Demokrat berpendapat Ratcliffe mungkin telah meningkatkan motivasi Iran terkait dengan Trump dan sebaliknya negara itu berusaha lebih luas untuk menabur kekacauan dalam proses demokrasi AS.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0821 seconds (0.1#10.140)