Jejak Digital Ungkap Pemenggal Guru Prancis Menentang Arab Saudi
loading...
A
A
A
“Takutlah (pada) Allah dan pelajari apa yang Allah firmankan dan Nabi SAW lakukan dan katakan,” tulis pengguna Twitter Mehdi Issa menggunakan nama akun @FRAPPAZ69.
Tangkapan layar akun Anzorov yang diambil oleh akun "JihadiThreatMonitor" menunjukkan bahwa akun@tchetchene_270 dibuat pada bulan Juni dan memiliki 129 pengikut dan mengikuti 40 akun.
Beberapa waktu setelah 13 September dan sebelum 16 Oktober, Anzorov menghapus thread-nya soal Arab Saudi. Tweet terakhir yang diketahui Anzorov kirim adalah foto kepala Paty dengan pesan bertuliskan: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dari Abdullah, Hamba Allah, Untuk Macron, pemimpin orang-orang kafir, saya mengeksekusi salah satu anjing neraka Anda yang berani meremehkan (Nabi) Muhammad, tenangkan rekan-rekannya sebelum Anda dijatuhkan hukuman yang keras."
Guru yang dipenggal sejatinya juga telah menjadi sasaran ancaman online karena telah menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad di kelas. Ribuan orang berkumpul di Paris untuk memberi penghormatan setelah kematiannya. (Baca juga: Arab Saudi Kutuk Pemenggalan Kepala Guru Prancis )
Arab Saudi adalah salah satu negara pertama yang mengutuk serangan pada hari Jumat tersebut, di mana Kementerian Luar Negeri Kerajaan men-tweet bahwa mereka mengutuk dan mencela serangan penikaman teroris yang terjadi di pinggiran Ibu Kota Prancis, Paris yang merenggut nyawa seorang warga negara Prancis.
Liga Dunia Muslim (MWL) yang berbasis di Makkah juga mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai "insiden teroris."
“Dr Al-Issa (pemimpinn MWL) menegaskan bahwa praktik kekerasan dan terorisme dikriminalisasi dalam semua hukum ketuhanan dan diklasifikasikan dalam tingkat tertinggi pelecehan kriminal, menyerukan untuk mengintensifkan upaya untuk memberantas terorisme dan mengalahkan ideologi intelektual ekstremis yang memotivasi kejahatan ini," bunyi pernyataan MWL diterbitkan melalui Saudi Press Agency.
Juru bicara kedutaan Rusia di Paris Sergei Parinov mengatakan Anzorov dan keluarganya tiba di Prancis ketika Anzorov berusia enam tahun dan meminta suaka. Anzorov diberi izin dan tidak memiliki kontak dengan kedutaan Rusia.
Tangkapan layar akun Anzorov yang diambil oleh akun "JihadiThreatMonitor" menunjukkan bahwa akun@tchetchene_270 dibuat pada bulan Juni dan memiliki 129 pengikut dan mengikuti 40 akun.
Beberapa waktu setelah 13 September dan sebelum 16 Oktober, Anzorov menghapus thread-nya soal Arab Saudi. Tweet terakhir yang diketahui Anzorov kirim adalah foto kepala Paty dengan pesan bertuliskan: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dari Abdullah, Hamba Allah, Untuk Macron, pemimpin orang-orang kafir, saya mengeksekusi salah satu anjing neraka Anda yang berani meremehkan (Nabi) Muhammad, tenangkan rekan-rekannya sebelum Anda dijatuhkan hukuman yang keras."
Guru yang dipenggal sejatinya juga telah menjadi sasaran ancaman online karena telah menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad di kelas. Ribuan orang berkumpul di Paris untuk memberi penghormatan setelah kematiannya. (Baca juga: Arab Saudi Kutuk Pemenggalan Kepala Guru Prancis )
Arab Saudi adalah salah satu negara pertama yang mengutuk serangan pada hari Jumat tersebut, di mana Kementerian Luar Negeri Kerajaan men-tweet bahwa mereka mengutuk dan mencela serangan penikaman teroris yang terjadi di pinggiran Ibu Kota Prancis, Paris yang merenggut nyawa seorang warga negara Prancis.
Liga Dunia Muslim (MWL) yang berbasis di Makkah juga mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai "insiden teroris."
“Dr Al-Issa (pemimpinn MWL) menegaskan bahwa praktik kekerasan dan terorisme dikriminalisasi dalam semua hukum ketuhanan dan diklasifikasikan dalam tingkat tertinggi pelecehan kriminal, menyerukan untuk mengintensifkan upaya untuk memberantas terorisme dan mengalahkan ideologi intelektual ekstremis yang memotivasi kejahatan ini," bunyi pernyataan MWL diterbitkan melalui Saudi Press Agency.
Juru bicara kedutaan Rusia di Paris Sergei Parinov mengatakan Anzorov dan keluarganya tiba di Prancis ketika Anzorov berusia enam tahun dan meminta suaka. Anzorov diberi izin dan tidak memiliki kontak dengan kedutaan Rusia.
(min)