Peserta Sakit Misterius, Johnson & Johnson Setop Tes Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
NEW JERSEY - Johnson & Johnson (J&J) menghentikan sementara tes klinik calon vaksin Covid-19 karena sakit yang tak dapat dijelaskan dialami oleh peserta uji coba.
Penundaan ini pun mengakibatkan terganjalnya upaya mengatasi pandemi global Covid-19. "Peserta tes yang sakit itu telah diperiksa oleh dewan pemantau keselamatan dan data independen serta dokter klinik perusahaan," ungkap pernyataan J&J.
J&J menyatakan penghentian semacam itu normal dalam uji coba besar yang dapat melibatkan puluhan ribu orang. "Penghentian studi dalam pemberian dosis calon vaksin itu berbeda dari ketentuan otoritas kesehatan," papar J&J.
Langkah J&J itu mirip dengan yang dilakukan AstraZeneca Plc pada September lalu. AstraZeneca Plc menghentikan tes tahap akhir eksperimen vaksin covid yang dikembangkan bersama Universitas Oxford karena sakit yang tak dapat dijelaskan pada seorang peserta studi di Inggris.
Meski tes di Inggris, Brasil, Afrika Selatan dan India telah kembali dilakukan, tes di AS masih dihentikan untuk menunggu review dari regulator. (Baca Juga: Cari Alternatif Vaksin Covid-19, Menlu RI Sambangi Inggris dan Swiss)
Profesor penyakit infeksi di Sekolah Kedokteran Universitas Vanderbilt Dr William Schaffner menyatakan, "Semua orang waspada karena apa yang terjadi dengan AstraZeneca. Membutuhkan waktu sepekan untuk mengumpulkan informasi," kata dia. (Lihat Video: Gubernur Jatim Hadiri Upacara HUT Jatim ke-75)
"Ini akan menjadi kejadian serius. Jika ini sesuatu seperti kanker prostat, diabetes tak terkontrol atau serangan jantung, mereka tidak akan menghentikannya untuk semua alasan itu. Ini sepertinya kejadian neurologi (saraf)," ungkap dia. (Lihat Infografis: Truk Monster Pembawa Rudal Raksasa Milik Korea Utara)
Bulan lalu, J&J menyatakan calon vaksin Covid-19 menghasilkan respon imun kut melawan virus corona pada tes klinik tahap awal hingga menengah, setelah perusahaan memulai tes akhir pada 60.000 orang yang hasilnya diharapkan pada akhir tahun ini atau awal 2021.
J&J menolak menjelaskan tentang penyakit yang terjadi karena masalah privasi. Mereka menyatakan beberapa peserta studi mendapatkan placebo dan tidak selalu jelas apakah orang yang mengalami kejadian serius dalam tes klinik itu menerima placebo atau perawatan.
Stat News melaporkan, penghentian tes dilakukan setelah dokumen dikirim ke peneliti luar yang menyatakan aturan penghentian telah terpenuhi.
Penundaan ini pun mengakibatkan terganjalnya upaya mengatasi pandemi global Covid-19. "Peserta tes yang sakit itu telah diperiksa oleh dewan pemantau keselamatan dan data independen serta dokter klinik perusahaan," ungkap pernyataan J&J.
J&J menyatakan penghentian semacam itu normal dalam uji coba besar yang dapat melibatkan puluhan ribu orang. "Penghentian studi dalam pemberian dosis calon vaksin itu berbeda dari ketentuan otoritas kesehatan," papar J&J.
Langkah J&J itu mirip dengan yang dilakukan AstraZeneca Plc pada September lalu. AstraZeneca Plc menghentikan tes tahap akhir eksperimen vaksin covid yang dikembangkan bersama Universitas Oxford karena sakit yang tak dapat dijelaskan pada seorang peserta studi di Inggris.
Meski tes di Inggris, Brasil, Afrika Selatan dan India telah kembali dilakukan, tes di AS masih dihentikan untuk menunggu review dari regulator. (Baca Juga: Cari Alternatif Vaksin Covid-19, Menlu RI Sambangi Inggris dan Swiss)
Profesor penyakit infeksi di Sekolah Kedokteran Universitas Vanderbilt Dr William Schaffner menyatakan, "Semua orang waspada karena apa yang terjadi dengan AstraZeneca. Membutuhkan waktu sepekan untuk mengumpulkan informasi," kata dia. (Lihat Video: Gubernur Jatim Hadiri Upacara HUT Jatim ke-75)
"Ini akan menjadi kejadian serius. Jika ini sesuatu seperti kanker prostat, diabetes tak terkontrol atau serangan jantung, mereka tidak akan menghentikannya untuk semua alasan itu. Ini sepertinya kejadian neurologi (saraf)," ungkap dia. (Lihat Infografis: Truk Monster Pembawa Rudal Raksasa Milik Korea Utara)
Bulan lalu, J&J menyatakan calon vaksin Covid-19 menghasilkan respon imun kut melawan virus corona pada tes klinik tahap awal hingga menengah, setelah perusahaan memulai tes akhir pada 60.000 orang yang hasilnya diharapkan pada akhir tahun ini atau awal 2021.
J&J menolak menjelaskan tentang penyakit yang terjadi karena masalah privasi. Mereka menyatakan beberapa peserta studi mendapatkan placebo dan tidak selalu jelas apakah orang yang mengalami kejadian serius dalam tes klinik itu menerima placebo atau perawatan.
Stat News melaporkan, penghentian tes dilakukan setelah dokumen dikirim ke peneliti luar yang menyatakan aturan penghentian telah terpenuhi.
(sya)