Embargo Senjata Diperpanjang, Iran Akan Beri Respon Menghancurkan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Teheran siap memberikan respons yang menghancurkan jika embargo senjata terhadap Iran diperpanjang. Ancaman itu dilontarkan langsung oleh Presiden Iran Hassan Rouhani.
Rouhani menambahkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah melakukan kesalahan bodoh dengan keluar dari Kesepakatan Nuklir 2015 dengan Teheran.
"Jika Amerika ingin kembali ke kesepakatan, (negara) itu harus mencabut semua sanksi terhadap Teheran dan mengimbangi pengenaan kembali sanksi," ujar Rouhani.
"Iran akan memberikan tanggapan yang menghancurkan jika embargo senjata di Teheran diperpanjang," tegas Rouhani seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (6/5/2020).
Ancaman Rouhani ini seolah mempertegas pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi sebelumnya. Mousavi mengatakan bahwa Iran akan menentang segala upaya Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata di negara itu. (Baca: Iran: Langkah AS Perpanjang Embargo Senjata Ilegal )
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah berjanji bahwa Washington akan melakukan segala daya untuk memperluas langkah-langkah hukuman yang ditempatkan kepada Teheran.
AS telah menegakkan kebijakan yang disebut tekanan maksimum terhadap Iran sejak 2018 ketika menarik diri dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) atau kesepakatan nuklir.
Pada 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) bersama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, AS, Jerman, dan Uni Eropa. Perjanjian itu mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dan menurunkan cadangan uraniumnya dengan imbalan bantuan sanksi, termasuk mencabut embargo senjata lima tahun setelah kesepakatan di adopsi.
Pada tahun 2018, AS meninggalkan kebijakan perdamaiannya di Iran, menarik diri dari JCPOA dan menghantam industri perminyakan negara itu dengan sanksi.
Rouhani menambahkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah melakukan kesalahan bodoh dengan keluar dari Kesepakatan Nuklir 2015 dengan Teheran.
"Jika Amerika ingin kembali ke kesepakatan, (negara) itu harus mencabut semua sanksi terhadap Teheran dan mengimbangi pengenaan kembali sanksi," ujar Rouhani.
"Iran akan memberikan tanggapan yang menghancurkan jika embargo senjata di Teheran diperpanjang," tegas Rouhani seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (6/5/2020).
Ancaman Rouhani ini seolah mempertegas pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi sebelumnya. Mousavi mengatakan bahwa Iran akan menentang segala upaya Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata di negara itu. (Baca: Iran: Langkah AS Perpanjang Embargo Senjata Ilegal )
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah berjanji bahwa Washington akan melakukan segala daya untuk memperluas langkah-langkah hukuman yang ditempatkan kepada Teheran.
AS telah menegakkan kebijakan yang disebut tekanan maksimum terhadap Iran sejak 2018 ketika menarik diri dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) atau kesepakatan nuklir.
Pada 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) bersama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, AS, Jerman, dan Uni Eropa. Perjanjian itu mengharuskan Iran untuk mengurangi program nuklirnya dan menurunkan cadangan uraniumnya dengan imbalan bantuan sanksi, termasuk mencabut embargo senjata lima tahun setelah kesepakatan di adopsi.
Pada tahun 2018, AS meninggalkan kebijakan perdamaiannya di Iran, menarik diri dari JCPOA dan menghantam industri perminyakan negara itu dengan sanksi.
(ber)