Korut Punya Fasilitas Rudal Baru Dekat Bandara Pyongyang
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) dilaporkan memiliki fasilitas baru terkait program rudal balistiknya di dekat Bandara Internasional Pyongyang. Begitu bunyi laporan lembaga think tank yang berbasis di Washington.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengutip citra satelit komersial menunjukkan fasilitas dan struktur bawah tanah dekat Bandara Pyongyang memiliki kapasitas untuk mengakomodasi rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar di Korut. Rudal ini diyakini para ahli mampu menyerang wilayah manapun di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan CSIS yang diterbitkan pada hari Selasa waktu setempat, fasilitas ini telah dibangun sejak 2016 dan mencakup sejumlah fitur penting, termasuk terminal kereta api tertutup yang luar biasa besar. Ada juga bangunan yang dihubungkan oleh akses drive-through. Fasilitas ini juga relatif dekat dengan pabrik komponen rudal balistik di daerah Pyongyang.
"Secara keseluruhan, karakteristik ini menunjukkan bahwa fasilitas ini kemungkinan dirancang untuk mendukung operasi rudal balistik," bunyi laporan itu, menyebutnya sebagai Fasilitas Pendukung Rudal Balistik Sil-li seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/5/2020).
Terletak di sudut barat daya Bandara Internasional Pyongyang - sekitar 17 km barat laut ibukota Korut - menurut CSIS fasilitas Sil-li mencakup area sekitar 442.300 meter persegi.
"Sebuah bangunan teluk tinggi di dalam fasilitas itu cukup besar untuk menampung rudal balistik antarbenua Hwasong-15 yang ditinggikan dan, oleh karena itu, keseluruhan varian rudal balistik Korea Utara yang terkenal," kata laporan itu.
"Fasilitas ini telah dibangun di sebelah fasilitas bawah tanah yang ukurannya kemungkinan juga cukup besar untuk dengan mudah mengakomodasi semua rudal balistik Korea Utara yang diketahui dan peluncur serta kendaraan pendukungnya," sambung laporan itu.
Laporan itu juga mengatakan bangunan-bangunan itu dihubungkan oleh jaringan jalan luas yang bisa membantu memindahkan truk besar dan peluncur rudal balistik.
Kedutaan Korut di Beijing tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar terkait laporan tersebut.
Ketika ditanya tentang laporan itu pada jumpa pers reguler di Seoul, juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel) mengatakan tidak pantas untuk berkomentar.
Negosiasi yang bertujuan membongkar program nuklir dan rudal Korut terhenti setelah pertemuan tingkat kerja dengan Amerika Serikat (AS) runtuh pada tahun lalu.
Pada tahun 2018, Korut mengatakan telah menutup situs uji coba nuklir Punggye-ri, dan tahun lalu pihaknya menawarkan untuk membongkar kompleks nuklirnya di Yongbyon dengan imbalan pencabutan lima resolusi utama PBB selama pertemuan puncak yang gagal antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dengan Presiden AS Donald Trump di Vietnam.
Tetapi para ahli dan pejabat AS mengatakan dengan tidak adanya kesepakatan denuklirisasi, Korut terus memperluas gudang senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korut juga memperingatkan akan memikirkan kembali moratorium uji coba senjata nuklir dan peluncuran ICBM yang diberlakukan secara sepihak.
Pada akhir pekan lalu Korut dan Korsel terlibat baku tembak di sekitar pos penjaga. Ini meningkatkan ketegangan sehari setelah media pemerintah Korut menunjukkan Kim Jong-un mengunjungi sebuah pabrik, kemunculan pertamanya di depan umum sejak menghilang pada 11 April lalu.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengutip citra satelit komersial menunjukkan fasilitas dan struktur bawah tanah dekat Bandara Pyongyang memiliki kapasitas untuk mengakomodasi rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar di Korut. Rudal ini diyakini para ahli mampu menyerang wilayah manapun di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan CSIS yang diterbitkan pada hari Selasa waktu setempat, fasilitas ini telah dibangun sejak 2016 dan mencakup sejumlah fitur penting, termasuk terminal kereta api tertutup yang luar biasa besar. Ada juga bangunan yang dihubungkan oleh akses drive-through. Fasilitas ini juga relatif dekat dengan pabrik komponen rudal balistik di daerah Pyongyang.
"Secara keseluruhan, karakteristik ini menunjukkan bahwa fasilitas ini kemungkinan dirancang untuk mendukung operasi rudal balistik," bunyi laporan itu, menyebutnya sebagai Fasilitas Pendukung Rudal Balistik Sil-li seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/5/2020).
Terletak di sudut barat daya Bandara Internasional Pyongyang - sekitar 17 km barat laut ibukota Korut - menurut CSIS fasilitas Sil-li mencakup area sekitar 442.300 meter persegi.
"Sebuah bangunan teluk tinggi di dalam fasilitas itu cukup besar untuk menampung rudal balistik antarbenua Hwasong-15 yang ditinggikan dan, oleh karena itu, keseluruhan varian rudal balistik Korea Utara yang terkenal," kata laporan itu.
"Fasilitas ini telah dibangun di sebelah fasilitas bawah tanah yang ukurannya kemungkinan juga cukup besar untuk dengan mudah mengakomodasi semua rudal balistik Korea Utara yang diketahui dan peluncur serta kendaraan pendukungnya," sambung laporan itu.
Laporan itu juga mengatakan bangunan-bangunan itu dihubungkan oleh jaringan jalan luas yang bisa membantu memindahkan truk besar dan peluncur rudal balistik.
Kedutaan Korut di Beijing tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar terkait laporan tersebut.
Ketika ditanya tentang laporan itu pada jumpa pers reguler di Seoul, juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel) mengatakan tidak pantas untuk berkomentar.
Negosiasi yang bertujuan membongkar program nuklir dan rudal Korut terhenti setelah pertemuan tingkat kerja dengan Amerika Serikat (AS) runtuh pada tahun lalu.
Pada tahun 2018, Korut mengatakan telah menutup situs uji coba nuklir Punggye-ri, dan tahun lalu pihaknya menawarkan untuk membongkar kompleks nuklirnya di Yongbyon dengan imbalan pencabutan lima resolusi utama PBB selama pertemuan puncak yang gagal antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dengan Presiden AS Donald Trump di Vietnam.
Tetapi para ahli dan pejabat AS mengatakan dengan tidak adanya kesepakatan denuklirisasi, Korut terus memperluas gudang senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korut juga memperingatkan akan memikirkan kembali moratorium uji coba senjata nuklir dan peluncuran ICBM yang diberlakukan secara sepihak.
Pada akhir pekan lalu Korut dan Korsel terlibat baku tembak di sekitar pos penjaga. Ini meningkatkan ketegangan sehari setelah media pemerintah Korut menunjukkan Kim Jong-un mengunjungi sebuah pabrik, kemunculan pertamanya di depan umum sejak menghilang pada 11 April lalu.
(ber)