Entengkan Wabah Tapi Kena Getah
loading...
A
A
A
Kanselir Jerman Angela Merkel juga mendapatkan pujian karena tingkat kematian akibat Covid-19 di negara itu yang cukup rendah dibandingkan negara Eropa lain. Doktor bidang kimia kuantum itu langsung meningkatkan jumlah tempat tidur di unit intensif di rumah sakit dan melaksanakan pengujian virus corona secara massal.
“Mungkin kekuatan terbesar di Jerman adalah membuat keputusan secara rasional pada tataran tertinggi pemerintahan dan dikombinasikan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi,” kata Hans-Georg Kräusslich, kepala divisi virologi di Universitas Rumah Sakit di Heiderlberg, kepada New York Times.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern langsung menutup perbatasan Selandia Baru bagi wisatawan asing sejak 19 Maret dan mengumumkan isolasi wilayah selama empat pekan pada 23 Maret. Dia meminta warga tetap bertahan di rumah kecuali pekerja medis dan keamanan. (Baca juga: Cek Disini! Aturan Jam Kerja Baru dalam Omnibus Law)
Pengujian Covid-19 juga dilaksanakan secara massal. Selandia hanya mencatat 1.300 kasus dan sembilan kematian. “Menghadapi ancaman terbesar bagi kesehatan manusia, kita melihat negara Kiwi benar-benar tenang dan mengimplementasi tembok perbatasan negara,” katanya.
Selain tiga negara tersebut, lima negara Skandinavia lainnya juga dipimpin perempuan. Negara tersebut memiliki tingkat kematian yang rendah karena virus korona. Misalnya, PM Finlandia Sanna Martin, 34, pemimpin termuda di dunia dengan tingkat popularitas hingga 85%, mampu menyiapkan negaranya menghadapi pandemi dengan korban 59 orang meninggal.
PM Islandia KatrĂn JakobsdĂłttir yang mengatur 360.000 juga dipuji karena mampu mengatasi penyebaran virus korona. Dia melakukan pengujian massal dan pelacakan pasien serta karantina.
Di Indonesia, meski pemerintah berjuang keras menangani virus ini, masih banyak masyarakat yang terlalu percaya diri tak akan tertular Covid. Ini dikuatkan dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu yang mengungkapkan bahwa sekitar 17 dari 100 orang meyakini bahwa dirinya tidak akan tertular Covid.
Menanggapi hal ini, Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 , Turro Wongkaren mengatakan bahwa masyarakat Indonesia beragam dari Sabang sampai Merauke. Sehingga pemahaman mereka tentang Covid juga berbeda-beda. (Lihat videonya: Menegangkan, Unjuk rasa Mahasiswa Menolak UU Cipta Kerja Berakhir Rusuh di Bandung)
Bahkan, kata Turro ada kemungkinan beberapa masyarakat tersebut mendapatkan informasi yang salah. Oleh karena itu, Turro mengatakan ini yang menjadi tugas Satgas untuk memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat bahwa Covid-19 bisa menyerang siapapun tidak pandang bulu.
Selain soal kesadaran, keteladanan dari para pemimpin atau tokoh menjadi role model juga penting. “Di Indonesia salah satu yang memang penting adalah role model. Itu bisa dari tokoh agama, tokoh masyarakat, bisa bisa selebritas,” ungkap Turro. (Muh Shamil/Binti Mufarida)
“Mungkin kekuatan terbesar di Jerman adalah membuat keputusan secara rasional pada tataran tertinggi pemerintahan dan dikombinasikan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi,” kata Hans-Georg Kräusslich, kepala divisi virologi di Universitas Rumah Sakit di Heiderlberg, kepada New York Times.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern langsung menutup perbatasan Selandia Baru bagi wisatawan asing sejak 19 Maret dan mengumumkan isolasi wilayah selama empat pekan pada 23 Maret. Dia meminta warga tetap bertahan di rumah kecuali pekerja medis dan keamanan. (Baca juga: Cek Disini! Aturan Jam Kerja Baru dalam Omnibus Law)
Pengujian Covid-19 juga dilaksanakan secara massal. Selandia hanya mencatat 1.300 kasus dan sembilan kematian. “Menghadapi ancaman terbesar bagi kesehatan manusia, kita melihat negara Kiwi benar-benar tenang dan mengimplementasi tembok perbatasan negara,” katanya.
Selain tiga negara tersebut, lima negara Skandinavia lainnya juga dipimpin perempuan. Negara tersebut memiliki tingkat kematian yang rendah karena virus korona. Misalnya, PM Finlandia Sanna Martin, 34, pemimpin termuda di dunia dengan tingkat popularitas hingga 85%, mampu menyiapkan negaranya menghadapi pandemi dengan korban 59 orang meninggal.
PM Islandia KatrĂn JakobsdĂłttir yang mengatur 360.000 juga dipuji karena mampu mengatasi penyebaran virus korona. Dia melakukan pengujian massal dan pelacakan pasien serta karantina.
Di Indonesia, meski pemerintah berjuang keras menangani virus ini, masih banyak masyarakat yang terlalu percaya diri tak akan tertular Covid. Ini dikuatkan dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu yang mengungkapkan bahwa sekitar 17 dari 100 orang meyakini bahwa dirinya tidak akan tertular Covid.
Menanggapi hal ini, Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 , Turro Wongkaren mengatakan bahwa masyarakat Indonesia beragam dari Sabang sampai Merauke. Sehingga pemahaman mereka tentang Covid juga berbeda-beda. (Lihat videonya: Menegangkan, Unjuk rasa Mahasiswa Menolak UU Cipta Kerja Berakhir Rusuh di Bandung)
Bahkan, kata Turro ada kemungkinan beberapa masyarakat tersebut mendapatkan informasi yang salah. Oleh karena itu, Turro mengatakan ini yang menjadi tugas Satgas untuk memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat bahwa Covid-19 bisa menyerang siapapun tidak pandang bulu.
Selain soal kesadaran, keteladanan dari para pemimpin atau tokoh menjadi role model juga penting. “Di Indonesia salah satu yang memang penting adalah role model. Itu bisa dari tokoh agama, tokoh masyarakat, bisa bisa selebritas,” ungkap Turro. (Muh Shamil/Binti Mufarida)