Entengkan Wabah Tapi Kena Getah
loading...
A
A
A
Ribuan warga Brasil turun ke jalan menuntut penutupan Mahkamah Agung dan Kongres. Bolsonaro yang sedang menjalani isolasi melarikan diri untuk menemui pengunjuk rasa. Di luar pendukungnya, Bolsonaro dikritik habis. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Brasil, Rodrigo Maia, mengatakan aksi itu membahayakan masyarakat.
Berdasarkan hasil swab terbaru pada akhir pekan lalu, Bolsonaro negatif Covid-19. Namun, dia dilaporkan kembali positif. Alhasil, Bolsonaro menyatakan akan melakukan isolasi mandiri selama 7 hari dan kembali melalui tes swab pekan ini. Dengan usia 64 tahun dan pernah menjalani operasi dalam 18 bulan terakhir, dia masuk dalam kelompok rentan.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Inggris juga tampak setengah hati menanggapi kedaruratan Covid-19 . Saat ini, selain meniru gaya simpel Swedia, Johnson juga menolak larangan jabat tangan saat bertegur sapa. Dia mengaku telah berjabat tangan dengan semua orang di rumah sakit rujukan Covid-19.
Menurut Johnson, ketakutan seperti itu tidak diperlukan. “Saya kira tidak ada salahnya menjaga budaya dan sosialisasi seperti itu selama kita dapat menjaga kebersihan diri,” ujar Johnson yang pada 27 Maret lalu diketahui positif Covid. (Baca juga: Canggih, Kecerdasan Buat Mampu Deteksi Bakal Penyakit)
Kepala negara lainnya, Alexander Lukashenko dari Belarusia juga merasa sejauh ini negaranya aman dan dijauhkan dari Covid-19 . Dia menjalani aktivitas seperti biasa tanpa masker ataupun kewajiban menjaga jarak. “Tidak ada wabah virus Covid-19 di sini. Saya lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut,” kata Lukashenko.
Kehidupan masyarakat di Belarusia juga normal. Pabrik, toko, dan restoran beroperasi seperti biasanya. Aula-aula olahraga juga ramai dipadati penonton. Selain itu, sangat jarang warga Belarusia yang mengenakan masker.
Sukses Tangani Pandemi
Sementara itu, pemimpin yang dinilai sukses mengatasi pandemi corona adalah Taiwan, Jerman dan Selandia Baru. Tiga negara itu juga menjadi representasi penanganan Covid-19 , satu di jantung Eropa, satu di Asia, dan satunya di Pasifik Selatan.
Kesamaannya, ketiga negara itu dipimpin oleh pemimpin perempuan. Kesuksesn perempuan memimpin pemerintahan dalam menghadapi pandemi global itu menjadi catatan penting, pasalnya hanya 7% pemimpin dunia adalah perempuan. (Baca juga: RUU Cipta Kerja Sah Jadi UU, Ini Deretan Dampak Buruknya Bagi Rakyat)
Di Taiwan, kebijakan intervensi dini dikontrol sehingga pandemi korona tidak menyebar luas. Mereka juga mengekspor jutaan masker ke Eropa dan negara lain. Jerman melaksanakan pengujian Covid-19 secara massal sebanyak 350.000 sampel setiap pekan. Itu mampu mendeteksi pasien yang terinfeksi virus dan bisa mengisolasi diri serta memberikan pelayanan bagi pasien. Di Selandia Baru, pemerintahan bergerak cepat dengan menutup pariwisata dan memberlakukan isolasi wilayah di negara selama sebulan.
Berdasarkan hasil swab terbaru pada akhir pekan lalu, Bolsonaro negatif Covid-19. Namun, dia dilaporkan kembali positif. Alhasil, Bolsonaro menyatakan akan melakukan isolasi mandiri selama 7 hari dan kembali melalui tes swab pekan ini. Dengan usia 64 tahun dan pernah menjalani operasi dalam 18 bulan terakhir, dia masuk dalam kelompok rentan.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Inggris juga tampak setengah hati menanggapi kedaruratan Covid-19 . Saat ini, selain meniru gaya simpel Swedia, Johnson juga menolak larangan jabat tangan saat bertegur sapa. Dia mengaku telah berjabat tangan dengan semua orang di rumah sakit rujukan Covid-19.
Menurut Johnson, ketakutan seperti itu tidak diperlukan. “Saya kira tidak ada salahnya menjaga budaya dan sosialisasi seperti itu selama kita dapat menjaga kebersihan diri,” ujar Johnson yang pada 27 Maret lalu diketahui positif Covid. (Baca juga: Canggih, Kecerdasan Buat Mampu Deteksi Bakal Penyakit)
Kepala negara lainnya, Alexander Lukashenko dari Belarusia juga merasa sejauh ini negaranya aman dan dijauhkan dari Covid-19 . Dia menjalani aktivitas seperti biasa tanpa masker ataupun kewajiban menjaga jarak. “Tidak ada wabah virus Covid-19 di sini. Saya lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut,” kata Lukashenko.
Kehidupan masyarakat di Belarusia juga normal. Pabrik, toko, dan restoran beroperasi seperti biasanya. Aula-aula olahraga juga ramai dipadati penonton. Selain itu, sangat jarang warga Belarusia yang mengenakan masker.
Sukses Tangani Pandemi
Sementara itu, pemimpin yang dinilai sukses mengatasi pandemi corona adalah Taiwan, Jerman dan Selandia Baru. Tiga negara itu juga menjadi representasi penanganan Covid-19 , satu di jantung Eropa, satu di Asia, dan satunya di Pasifik Selatan.
Kesamaannya, ketiga negara itu dipimpin oleh pemimpin perempuan. Kesuksesn perempuan memimpin pemerintahan dalam menghadapi pandemi global itu menjadi catatan penting, pasalnya hanya 7% pemimpin dunia adalah perempuan. (Baca juga: RUU Cipta Kerja Sah Jadi UU, Ini Deretan Dampak Buruknya Bagi Rakyat)
Di Taiwan, kebijakan intervensi dini dikontrol sehingga pandemi korona tidak menyebar luas. Mereka juga mengekspor jutaan masker ke Eropa dan negara lain. Jerman melaksanakan pengujian Covid-19 secara massal sebanyak 350.000 sampel setiap pekan. Itu mampu mendeteksi pasien yang terinfeksi virus dan bisa mengisolasi diri serta memberikan pelayanan bagi pasien. Di Selandia Baru, pemerintahan bergerak cepat dengan menutup pariwisata dan memberlakukan isolasi wilayah di negara selama sebulan.