Inggris Teken Kesepakatan dengan Huawei, AS Bakal Tarik Aset Intelijen

Selasa, 05 Mei 2020 - 20:42 WIB
loading...
Inggris Teken Kesepakatan...
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
LONDON - Gedung Putih dilaporkan tengah melakukan peninjauan terkait hubungan keamanan dengan Inggris. Hal itu didasari pada kekhawatiran atas keputusan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, untuk membiarkan perusahaan China Huawei mengembangkan jaringan 5G Inggris.

Peninjauan itu termasuk semua aset keamanan dan intelijen AS yang berbasis di Inggris, serta dapat menyebabkan pesawat dan agen mata-mata ditarik dari Inggris. Demikian laporan media Inggris, The Telegraph, mengutip sejumlah sumber AS dan Inggris.

Peninjauan itu melihat semua aset keamanan dan intelijen AS yang berbasis di Inggris, dan dapat menyebabkan pesawat AS dan mata-mata ditarik dari Inggris, setengah lusin sumber AS dan Inggris mengatakan kepada surat kabar The Telegraph.

Johnson membuat marah pemerintahan Trump pada Januari dengan memberikan perusahaan telekomunikasi China, Huawei, peran terbatas dalam mengembangkan jaringan 5G di Inggris. Keputusan itu diambil setelah ada peringatan dari AS tentang potensi risiko keamanan.

Ketidaksepakatan antara Washington dan London memuncak pada awal Februari, dengan Presiden Trump menutup telepon pada Perdana Menteri Johnson selama panggilan telepon "apoplectic".

Sekarang AS dilaporkan mengadakan tinjauan besar apakah harus mengurangi kehadiran keamanan dan intelijennya di Inggris, dengan potensi konsekuensi besar untuk "hubungan khusus" AS-Inggris.

Seorang mantan pejabat AS yang sampai saat ini berada di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan kepada The Telegraph bahwa "kemungkinan" aset-aset intelijen akan ditarik.

"Ini bukan gertakan. Anda tidak dapat mengurangi bahaya Boris Johnson mengekspos Inggris dengan membiarkan Huawei masuk ke jaringan," kata sumber itu.

“Ulasan ini bukan hukuman. Ini adalah Gedung Putih yang mengatakan 'baik-baik saja jika mereka akan menempuh jalan ini dan menempatkan diri mereka dalam risiko maka bagaimana kita melindungi diri kita sendiri.'," imbuhnya seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (5/5/2020).

Peninjauan itu termasuk keberadaan pesawat US RC-135 yang saat ini berbasis di sebuah pangkalan di Suffolk, Inggris tenggara. Hal itu dikarenakan teknologi pengumpulan data intelijen yang dimiliki pesawat tersebut. Status lebih dari 10.000 personel AS yang berbasis di Inggris dan barak yang digunakan untuk menyimpan kendaraan militer, juga sedang ditinjau oleh para pejabat AS.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2607 seconds (0.1#10.140)