Bertemu Pemimpin Oposisi Belarusia, Macron Janjikan Bantuan
loading...
A
A
A
VILNIUS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi pemimpin high profile Barat pertama yang mengunjungi pemimpin oposisi Belarusia yang diasingkan, Sviatlana Tsikhounskaya. Dalam pertemuan tersebut, Macron menjanjikan dukungan Eropa untuk rakyat negara yang tengah dilanda krisis politik itu.
Aksi demonstrasi massal meledak di Belarusia selama berminggu-minggu sejak pemimpin veteran Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang mutlak dalam pemilihan presiden 9 Agustus lalu yang menurut penentangnya penuh dengan kecurangan. Pihak berwenang telah menangkap ribuan orang, dan semua pemimpin oposisi utama sekarang dipenjara atau diasingkan.(Baca juga: Di PBB, Belarusia Tuduh Barat Coba Tabur Kekacauan dan Anarki )
Tsikhounskaya, kandidat presiden dari kubu oposisi, melarikan diri ke negara tetangga Lithuania setelah pemilu. Dia telah bertemu dengan perdana menteri Lithuania, Norwegia, dan Polandia, tetapi Macron adalah pemimpin pertama super power Barat pertama yang bertemu dengannya.
"Kami melakukan diskusi yang sangat baik tetapi sekarang kami harus pragmatis dan mendukung rakyat Belarusia dan kami akan melakukan yang terbaik, percayalah," kata Macron setelah pertemuan selama 45 menit dengan Tsikhounskaya di hotel tempatnya menginap di Vilnius, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (29/9/2020).
Tsikhanouskaya mengatakan Macron telah berjanji untuk melakukan segalanya untuk membantu negosiasi, (selama) krisis politik di Belarusi
"Dan dia akan melakukan segalanya untuk membantu membebaskan semua tahanan politik," ujar Tsikhounskaya.
Kenyataan bahwa Moskow telah menyatakan pihaknya terus mendukung Lukashenko sebagai pemimpin sekutu terdekat Rusia membuat Barat harus menyeimbangkan simpatinya terhadap gerakan pro-demokrasi dengan keengganannya memprovokasi Moskow.
Pada hari Senin, Macron mendesak otoritas Belarusia untuk menghentikan penangkapan yang melanggar hukum, membebaskan pengunjuk rasa yang ditahan secara sewenang-wenang, dan menghormati hasil pemilu.
Sejauh ini, Uni Eropa telah gagal memberlakukan sanksi paling ringan yang diancamnya terhadap Belarusia: daftar sekitar 40 pejabat yang akan terkena larangan perjalanan dan pembekuan aset.(Baca juga: Inggris Berencana Sanksi Belarusia atas Dugaan Pelanggaran HAM )
Pada hari yang sama, Macron diharapkan untuk mengunjungi tentara Prancis yang bertugas sebagai bagian dari kelompok pertempuran NATO di kota Rukla di Lituania.
Pemimpin Prancis telah mempromosikan dialog strategis dengan Rusia dan mengkritik NATO. Dia ingin menunjukkan kepada negara-negara Eropa timur bahwa Prancis tetap berkomitmen pada keamanan mereka.
Aksi demonstrasi massal meledak di Belarusia selama berminggu-minggu sejak pemimpin veteran Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang mutlak dalam pemilihan presiden 9 Agustus lalu yang menurut penentangnya penuh dengan kecurangan. Pihak berwenang telah menangkap ribuan orang, dan semua pemimpin oposisi utama sekarang dipenjara atau diasingkan.(Baca juga: Di PBB, Belarusia Tuduh Barat Coba Tabur Kekacauan dan Anarki )
Tsikhounskaya, kandidat presiden dari kubu oposisi, melarikan diri ke negara tetangga Lithuania setelah pemilu. Dia telah bertemu dengan perdana menteri Lithuania, Norwegia, dan Polandia, tetapi Macron adalah pemimpin pertama super power Barat pertama yang bertemu dengannya.
"Kami melakukan diskusi yang sangat baik tetapi sekarang kami harus pragmatis dan mendukung rakyat Belarusia dan kami akan melakukan yang terbaik, percayalah," kata Macron setelah pertemuan selama 45 menit dengan Tsikhounskaya di hotel tempatnya menginap di Vilnius, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (29/9/2020).
Tsikhanouskaya mengatakan Macron telah berjanji untuk melakukan segalanya untuk membantu negosiasi, (selama) krisis politik di Belarusi
"Dan dia akan melakukan segalanya untuk membantu membebaskan semua tahanan politik," ujar Tsikhounskaya.
Kenyataan bahwa Moskow telah menyatakan pihaknya terus mendukung Lukashenko sebagai pemimpin sekutu terdekat Rusia membuat Barat harus menyeimbangkan simpatinya terhadap gerakan pro-demokrasi dengan keengganannya memprovokasi Moskow.
Pada hari Senin, Macron mendesak otoritas Belarusia untuk menghentikan penangkapan yang melanggar hukum, membebaskan pengunjuk rasa yang ditahan secara sewenang-wenang, dan menghormati hasil pemilu.
Sejauh ini, Uni Eropa telah gagal memberlakukan sanksi paling ringan yang diancamnya terhadap Belarusia: daftar sekitar 40 pejabat yang akan terkena larangan perjalanan dan pembekuan aset.(Baca juga: Inggris Berencana Sanksi Belarusia atas Dugaan Pelanggaran HAM )
Pada hari yang sama, Macron diharapkan untuk mengunjungi tentara Prancis yang bertugas sebagai bagian dari kelompok pertempuran NATO di kota Rukla di Lituania.
Pemimpin Prancis telah mempromosikan dialog strategis dengan Rusia dan mengkritik NATO. Dia ingin menunjukkan kepada negara-negara Eropa timur bahwa Prancis tetap berkomitmen pada keamanan mereka.
(ber)