Arab Saudi Menyumbang Rp149,2 Miliar untuk Perangi Terorisme Nuklir
loading...
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi telah menyumbang USD10 juta (Rp149,2 miliar) kepada Badan Energi Atom Internasional(IAEA) untuk mendirikan pusat khusus untuk memerangi terorisme nuklir . Demikian disampaikan Duta Besar Saudi untuk Austria Pangeran Abdullah bin Khalid bin Sultan tanpa menyebut Iran atau negara manapun.
Pangeran Abdullah mengatakan Arab Saudi telah mentransfer dana untuk memulai pekerjaan di pusat Seibersdorf di Austria. Arab Saudi juga telah mendonasikan 500.000 euro untuk proyek modernisasi laboratorium IAEA di Seibersdorf. (Baca: Rusia Rilis Video Ledakan Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad )
Pangeran Abdullah, seperti dikutip Gulf News, Kamis (24/9/2020), menegaskan bahwa pemerintah Kerajaan Arab Saudi sedang mencarikeuntungan dari keahlian IAEA dalam memperkenalkan energi nuklir untuk berkontribusi pada bauran energi nasional, dan apa yang dibutuhkan dari pengembangan kapasitas manusia untuk membangun sistem energi nasional yang terintegrasi dan sektor berkelanjutan,mengikuti standar agensi.
Dia telah berbicara pada sesi ke-64 Konferensi Umum IAEA, yang diadakan di Ibu Kota Austria, Wina, dari 21-25 September.
Pangeran Abdullah menunjukkan bahwa posisi pemerintah Kerajaan Arab Saudi didasarkan pada prinsip hak negara untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan energi nuklir secara damai di semua bidangnya, tanpa mengurangi kewajiban mereka di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. (Baca: Iran Dituding Memiliki Bom Nuklir Akhir Tahun Ini dan Berkomplot dengan Korut )
Saudi juga mendukung inisiatif positif yang menyerukan penciptaan wilayah geografis yang bebas dari senjata nuklir, dan memperbarui seruannya untuk bekerja dengan komunitas internasional untuk menjadikan zona Timur Tengah yang bebas dari senjata nuklir.
Meski tak menyebut negara manapun dalam perang melawan terorisme nuklir, Pangeran Abdullah memperbarui kekhawatiran Kerajaan Saudi atas eksploitasi perjanjian nuklir Iran, pelanggaran berkelanjutan terhadap perjanjian bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). (Baca juga: Pakar Atom Sebut Iran Mampu Membuat Bom Nuklir dalam 3 Bulan )
Selain itu, dia juga khawatir dengan kegagalan Iran untuk menerapkan perjanjian perlindungan yang disepakati dengan IAEA sesuai dengan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT), dan kebutuhan komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap Iran, dan menangani secara serius ekses-eksesnya terkait dengan program nuklirnya.
Lihat Juga: Profil Mohammad Reza Zahedi, Jenderal Iran yang Tewas Dirudal Israel di Konsulat Iran Damaskus
Pangeran Abdullah mengatakan Arab Saudi telah mentransfer dana untuk memulai pekerjaan di pusat Seibersdorf di Austria. Arab Saudi juga telah mendonasikan 500.000 euro untuk proyek modernisasi laboratorium IAEA di Seibersdorf. (Baca: Rusia Rilis Video Ledakan Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad )
Pangeran Abdullah, seperti dikutip Gulf News, Kamis (24/9/2020), menegaskan bahwa pemerintah Kerajaan Arab Saudi sedang mencarikeuntungan dari keahlian IAEA dalam memperkenalkan energi nuklir untuk berkontribusi pada bauran energi nasional, dan apa yang dibutuhkan dari pengembangan kapasitas manusia untuk membangun sistem energi nasional yang terintegrasi dan sektor berkelanjutan,mengikuti standar agensi.
Dia telah berbicara pada sesi ke-64 Konferensi Umum IAEA, yang diadakan di Ibu Kota Austria, Wina, dari 21-25 September.
Pangeran Abdullah menunjukkan bahwa posisi pemerintah Kerajaan Arab Saudi didasarkan pada prinsip hak negara untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan energi nuklir secara damai di semua bidangnya, tanpa mengurangi kewajiban mereka di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. (Baca: Iran Dituding Memiliki Bom Nuklir Akhir Tahun Ini dan Berkomplot dengan Korut )
Saudi juga mendukung inisiatif positif yang menyerukan penciptaan wilayah geografis yang bebas dari senjata nuklir, dan memperbarui seruannya untuk bekerja dengan komunitas internasional untuk menjadikan zona Timur Tengah yang bebas dari senjata nuklir.
Meski tak menyebut negara manapun dalam perang melawan terorisme nuklir, Pangeran Abdullah memperbarui kekhawatiran Kerajaan Saudi atas eksploitasi perjanjian nuklir Iran, pelanggaran berkelanjutan terhadap perjanjian bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). (Baca juga: Pakar Atom Sebut Iran Mampu Membuat Bom Nuklir dalam 3 Bulan )
Selain itu, dia juga khawatir dengan kegagalan Iran untuk menerapkan perjanjian perlindungan yang disepakati dengan IAEA sesuai dengan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT), dan kebutuhan komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap Iran, dan menangani secara serius ekses-eksesnya terkait dengan program nuklirnya.
Lihat Juga: Profil Mohammad Reza Zahedi, Jenderal Iran yang Tewas Dirudal Israel di Konsulat Iran Damaskus
(min)