Pilpres AS, CIA: Putin Berupaya Diskreditkan Biden
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Badan intelijen Amerika Serikat (AS) , CIA, menilai bahwa Presiden Vladimir Putin dan pejabat tinggi Rusia lainnya pada akhir Agustus "mungkin" telah mengarahkan operasi campur tangan dalam pemilu presiden dengan mendiskreditkan Joe Biden . Joe Biden adalah penantang presiden incumbent Donald Trump dari Partai Demokrat.
Penilain tersebut pertama kali dilaporkan oleh kolumnis Washington Post, Josh Rogin.(Baca juga: Upaya Trump Damaikan Arab-Israel Tidak Terlalu Berdampak pada Pilpres AS )Dua pejabat mengatakan penilaian CIA menganalisis aktivitas Andreii Derkach, seorang anggota parlemen Ukraina yang telah memberikan informasi kepada pengacara presiden Trump, Rudy Giuliani. Giuliani mengatakan dia "mewawancarai" Derkach tiga kali.
Menurut laporan Rogin, baris pertama dari dokumen rahasia tersebut adalah: "Kami menilai bahwa Presiden Vladimir Putin dan para pejabat paling senior Rusia mengetahui dan mungkin mengarahkan operasi pengaruh Rusia yang bertujuan untuk merendahkan mantan Wakil Presiden AS, mendukung presiden AS dan memicu perselisihan publik menjelang pemilihan umum AS pada November."
Seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut tidak membantah laporan itu. Dua pejabat mengatakan penilaian itu terkandung dalam dokumen CIA yang didistribusikan secara luas dalam berbagai versi di sekitar pemerintah.
Beberapa versi penilaian mencerminkan apa yang telah dikatakan pejabat pemerintah AS secara terbuka, dengan pengecualian temuan bahwa Putin mengarahkan operasi tersebut, yang menurut para ahli intelijen swasta sudah lama mungkin terjadi. CIA menilai bahwa Putin mengarahkan operasi 2016 untuk menyakiti Hillary Clinton dan membantu Donald Trump seperti dilansir dari NBC, Rabu (23/9/2020).(Baca juga: Jelang Pilpres AS, Trump Digoyang Tuduhan Serangan Seks Baru )Dalam wawancara 12 September dengan Jonathan Capehart di MSNBC, Giuliani membela interaksinya dengan Derkach tetapi tidak mengatakan apakah dia membahas percakapan itu dengan Presiden Trump.
Penilaian intelijen terperinci tentang Derkach meningkatkan kemungkinan bahwa interaksi Giuliani dengan agen Rusia dipantau oleh badan-badan intelijen AS.
"Fokus utamanya adalah Biden," kata pejabat kontraintelijen Bill Evanina dalam pernyataan 7 Agustus.
Departemen Keuangan AS pada 10 September lalu menjatuhkan sanksi pada Derkach, mencapnya sebagai agen aktif Rusia selama lebih dari satu dekade, memelihara hubungan dekat dengan Badan Intelijen Rusia. Namun Derkach membantah tuduhan tersebut.
Departemen Keuangan AS mengatakan Derkach melancarkan kampanye pengaruh rahasia yang berpusat pada menumbuhkan narasi palsu dan tidak berdasar tentang pejabat AS dalam Pemilihan Presiden 2020 mendatang. Ia melakukan hal itu dengan merilis rekaman audio yang diedit dan informasi lain dengan maksud untuk mendiskreditkan pejabat AS.(Baca juga: Trump Sesumbar Bakal Teken Perintah Eksekutif Cegah Biden Ikut Pilpres )
Penilain tersebut pertama kali dilaporkan oleh kolumnis Washington Post, Josh Rogin.(Baca juga: Upaya Trump Damaikan Arab-Israel Tidak Terlalu Berdampak pada Pilpres AS )Dua pejabat mengatakan penilaian CIA menganalisis aktivitas Andreii Derkach, seorang anggota parlemen Ukraina yang telah memberikan informasi kepada pengacara presiden Trump, Rudy Giuliani. Giuliani mengatakan dia "mewawancarai" Derkach tiga kali.
Menurut laporan Rogin, baris pertama dari dokumen rahasia tersebut adalah: "Kami menilai bahwa Presiden Vladimir Putin dan para pejabat paling senior Rusia mengetahui dan mungkin mengarahkan operasi pengaruh Rusia yang bertujuan untuk merendahkan mantan Wakil Presiden AS, mendukung presiden AS dan memicu perselisihan publik menjelang pemilihan umum AS pada November."
Seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut tidak membantah laporan itu. Dua pejabat mengatakan penilaian itu terkandung dalam dokumen CIA yang didistribusikan secara luas dalam berbagai versi di sekitar pemerintah.
Beberapa versi penilaian mencerminkan apa yang telah dikatakan pejabat pemerintah AS secara terbuka, dengan pengecualian temuan bahwa Putin mengarahkan operasi tersebut, yang menurut para ahli intelijen swasta sudah lama mungkin terjadi. CIA menilai bahwa Putin mengarahkan operasi 2016 untuk menyakiti Hillary Clinton dan membantu Donald Trump seperti dilansir dari NBC, Rabu (23/9/2020).(Baca juga: Jelang Pilpres AS, Trump Digoyang Tuduhan Serangan Seks Baru )Dalam wawancara 12 September dengan Jonathan Capehart di MSNBC, Giuliani membela interaksinya dengan Derkach tetapi tidak mengatakan apakah dia membahas percakapan itu dengan Presiden Trump.
Penilaian intelijen terperinci tentang Derkach meningkatkan kemungkinan bahwa interaksi Giuliani dengan agen Rusia dipantau oleh badan-badan intelijen AS.
"Fokus utamanya adalah Biden," kata pejabat kontraintelijen Bill Evanina dalam pernyataan 7 Agustus.
Departemen Keuangan AS pada 10 September lalu menjatuhkan sanksi pada Derkach, mencapnya sebagai agen aktif Rusia selama lebih dari satu dekade, memelihara hubungan dekat dengan Badan Intelijen Rusia. Namun Derkach membantah tuduhan tersebut.
Departemen Keuangan AS mengatakan Derkach melancarkan kampanye pengaruh rahasia yang berpusat pada menumbuhkan narasi palsu dan tidak berdasar tentang pejabat AS dalam Pemilihan Presiden 2020 mendatang. Ia melakukan hal itu dengan merilis rekaman audio yang diedit dan informasi lain dengan maksud untuk mendiskreditkan pejabat AS.(Baca juga: Trump Sesumbar Bakal Teken Perintah Eksekutif Cegah Biden Ikut Pilpres )
(ber)