Taipan China Pengkritik Xi Jinping Dipenjara 18 Tahun
loading...
A
A
A
BEIJING - Seorang taipan China yang menyebut Presiden Xi Jinping sebagai badut dan mengkritik penanganannya terhadap wabah virus Corona dipenjara selama 18 tahun karena korupsi, penyuapan dan penggelapan dana publik.
Ren Zhiqiang - yang pernah berada di lingkaran dalam Partai Komunis China yang berkuasa - menghilang dari mata publik pada Maret, tak lama setelah menulis esai yang mengecam respon Xi Jinping terhadap pandemi.(Baca juga: Xi Jinping: China Lulus Ujian Virus Corona yang Luar Biasa dan Bersejarah )
Keterusterangannya membuat mantan ketua pengembang properti milik negara Huayuan Group mendapat julukan "Meriam Besar".
Menurut pernyataan dari Pengadilan Rakyat Menengah Nomor Dua Beijing putusan pengadilan mengatakan Ren menggelapkan hampir USD7,4 juta dana publik dan menerima suap senilai USD184.254, .
Dikatakan pria 69 tahun itu secara sukarela dan jujur mengakui semua kejahatannya, dan tidak akan mengajukan banding atas keputusan pengadilan.
Dia juga didenda USD620.000 seperti dikutip dari AFP, Selasa (22/9/2020).
Putusan hari Selasa itu juga menyatakan bahwa Ren telah menyalahgunakan kekuasaannya dalam perannya di Huayuan Group, yang menyebabkan kerugian lebih dari USD17 juta bagi perusahaan induk milik negara dan kerugian properti senilai lebih dari USD7,8 juta.
Para aktivis hak asasi manusia (HAM) menuduh Xi Jinping dan Partai Komunis China menggunakan tuduhan korupsi untuk membungkam perbedaan pendapat.
Beijing telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap masyarakat sipil sejak Xi Jinping mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, memperketat pembatasan kebebasan berbicara dan menahan ratusan aktivis serta pengacara.
Pengawas disiplin Partai Komunis China meluncurkan penyelidikan terhadap Ren pada bulan April, dan persidangan dibuka di pengadilan Beijing pada 11 September dengan segelintir pendukung di luar pengadilan dan banyak polisi.
Seorang pendukung mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendukung Ren karena dia berani mengatakan kebenaran.
Esai Ren, dari awal tahun ini, telah dihapus dari internet China - yang secara teratur menyensor konten yang menantang pihak berwenang - tetapi dibagikan secara online di luar China.
"Epidemi ini telah mengungkapkan fakta bahwa Partai dan pejabat pemerintah hanya peduli tentang melindungi kepentingan mereka sendiri, dan raja hanya peduli tentang melindungi kepentingan dan posisi inti mereka," tulis Ren, tanpa menyebut nama Xi Jinping.
"Berdiri di sana bukan seorang kaisar yang memamerkan pakaian barunya, tetapi seorang badut yang telanjang dan berkeras menjadi seorang kaisar," tulisnya.
Blog berpengaruh Ren di platform Weibo, mirip Twitter, menarik jutaan pengikut sebelum akunnya ditutup oleh pihak berwenang pada 2016 setelah dia berulang kali menyerukan kebebasan pers yang lebih besar.
Reaksi online terhadap hukuman Ren juga dengan cepat dihapus pada hari Selasa.(Baca juga: Kuwait Setujui Penggunaan Obat Herbal China untuk Pengobatan Covid-19 )
"Satu-satunya taipan real estate yang berani mengatakan kebenaran di China telah disensor," bunyi satu komentar di Weibo.
"Dia lahir tahun 1951 dan berusia 69 tahun tahun ini .... mungkin dia tidak akan hidup untuk melihat hari dia keluar dari penjara," kata yang lain.
Putra mantan wakil menteri perdagangan dan anggota Partai Komunis China selama beberapa dekade sebelum ia diusir pada bulan Juli, Ren memiliki hubungan baik dengan elit partai.
Dia menulis dalam memoarnya bahwa dia telah berteman dengan wakil presiden dan mantan kepala antikorupsi Wang Qishan sejak mereka remaja, ketika Wang ditugaskan oleh sekolah mereka untuk membimbing Ren yang lebih muda.
Dia juga seorang tokoh kontroversial, terutama karena pembelaannya terhadap harga rumah yang melonjak di China. Ia pernah mengatakan kepada media China bahwa orang-orang yang tadinya tidak mau berinvestasi di real estate sebelum meledak "sekarang pantas menjadi miskin".
Lihat Juga: Viral, Istri Pergoki Suami Selingkuh saat Jalan-jalan dengan Ibunya yang Akhirnya Meninggal
Ren Zhiqiang - yang pernah berada di lingkaran dalam Partai Komunis China yang berkuasa - menghilang dari mata publik pada Maret, tak lama setelah menulis esai yang mengecam respon Xi Jinping terhadap pandemi.(Baca juga: Xi Jinping: China Lulus Ujian Virus Corona yang Luar Biasa dan Bersejarah )
Keterusterangannya membuat mantan ketua pengembang properti milik negara Huayuan Group mendapat julukan "Meriam Besar".
Menurut pernyataan dari Pengadilan Rakyat Menengah Nomor Dua Beijing putusan pengadilan mengatakan Ren menggelapkan hampir USD7,4 juta dana publik dan menerima suap senilai USD184.254, .
Dikatakan pria 69 tahun itu secara sukarela dan jujur mengakui semua kejahatannya, dan tidak akan mengajukan banding atas keputusan pengadilan.
Dia juga didenda USD620.000 seperti dikutip dari AFP, Selasa (22/9/2020).
Putusan hari Selasa itu juga menyatakan bahwa Ren telah menyalahgunakan kekuasaannya dalam perannya di Huayuan Group, yang menyebabkan kerugian lebih dari USD17 juta bagi perusahaan induk milik negara dan kerugian properti senilai lebih dari USD7,8 juta.
Para aktivis hak asasi manusia (HAM) menuduh Xi Jinping dan Partai Komunis China menggunakan tuduhan korupsi untuk membungkam perbedaan pendapat.
Beijing telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap masyarakat sipil sejak Xi Jinping mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, memperketat pembatasan kebebasan berbicara dan menahan ratusan aktivis serta pengacara.
Pengawas disiplin Partai Komunis China meluncurkan penyelidikan terhadap Ren pada bulan April, dan persidangan dibuka di pengadilan Beijing pada 11 September dengan segelintir pendukung di luar pengadilan dan banyak polisi.
Seorang pendukung mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendukung Ren karena dia berani mengatakan kebenaran.
Esai Ren, dari awal tahun ini, telah dihapus dari internet China - yang secara teratur menyensor konten yang menantang pihak berwenang - tetapi dibagikan secara online di luar China.
"Epidemi ini telah mengungkapkan fakta bahwa Partai dan pejabat pemerintah hanya peduli tentang melindungi kepentingan mereka sendiri, dan raja hanya peduli tentang melindungi kepentingan dan posisi inti mereka," tulis Ren, tanpa menyebut nama Xi Jinping.
"Berdiri di sana bukan seorang kaisar yang memamerkan pakaian barunya, tetapi seorang badut yang telanjang dan berkeras menjadi seorang kaisar," tulisnya.
Blog berpengaruh Ren di platform Weibo, mirip Twitter, menarik jutaan pengikut sebelum akunnya ditutup oleh pihak berwenang pada 2016 setelah dia berulang kali menyerukan kebebasan pers yang lebih besar.
Reaksi online terhadap hukuman Ren juga dengan cepat dihapus pada hari Selasa.(Baca juga: Kuwait Setujui Penggunaan Obat Herbal China untuk Pengobatan Covid-19 )
"Satu-satunya taipan real estate yang berani mengatakan kebenaran di China telah disensor," bunyi satu komentar di Weibo.
"Dia lahir tahun 1951 dan berusia 69 tahun tahun ini .... mungkin dia tidak akan hidup untuk melihat hari dia keluar dari penjara," kata yang lain.
Putra mantan wakil menteri perdagangan dan anggota Partai Komunis China selama beberapa dekade sebelum ia diusir pada bulan Juli, Ren memiliki hubungan baik dengan elit partai.
Dia menulis dalam memoarnya bahwa dia telah berteman dengan wakil presiden dan mantan kepala antikorupsi Wang Qishan sejak mereka remaja, ketika Wang ditugaskan oleh sekolah mereka untuk membimbing Ren yang lebih muda.
Dia juga seorang tokoh kontroversial, terutama karena pembelaannya terhadap harga rumah yang melonjak di China. Ia pernah mengatakan kepada media China bahwa orang-orang yang tadinya tidak mau berinvestasi di real estate sebelum meledak "sekarang pantas menjadi miskin".
Lihat Juga: Viral, Istri Pergoki Suami Selingkuh saat Jalan-jalan dengan Ibunya yang Akhirnya Meninggal
(ber)