Delapan Juta Anak Putus Sekolah di Yaman Akibat Perang dan Covid-19
loading...
A
A
A
TAEZ - Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyatakan sekitar delapan juta anak putus sekolah di Yaman akibat perang dan pandemi virus corona.
UNICEF memberikan rincian dalam tweet dengan video awal pekan ini untuk memperingati Hari Literasi Internasional 2020.
“Sebelum Covid-19 memukul Yaman , lebih dari dua juta anak putus sekolah. Sekarang karena penutupan sekolah di penjuru negeri, ada lagi 5,8 juta anak yang putus pendidikan,” papar pernyataan UNICEF.
Lembaga PBB itu menambahkan, “Semakin lama anak jauh dari sekolah, semakin besar risiko yang mereka hadapi dan sedikit kemungkinannya mereka kembali.”
Laporan UNICEF pada Juni menjelaskan sebagian besar guru sekolah publik tidak dibayar lebih dari tiga tahun. “Sekitar 2.000 sekolah, satu dari delapan, tidak layak digunakan karena konflik, baik hancur, digunakan untuk tujuan militer atau diubah menjadi tempat penampungan orang yang mengungsi,” papar UNICEF.
Sejak wabah Covid-19, UNICEF menjelaskan, 55 sekolah digunakan sebagai pusat isolasi orang yang dicurigai terjangkit virus corona.
UNICEF mengkhawatirkan saat wabah corona dapat ditangani di Yaman dan anak putus sekolah serta keluarga menghadapi kesulitan ekonomi, ada kemungkinan peningkatan jumlah anak yang dibujuk atau dipaksa terlibat perang. (Baca Juga: Trump: AS Punya Senjata Nuklir yang Belum Pernah Dilihat Rusia dan China)
“Tak terhitung anak yang hilang dalam lima tahun perang dan kami khawatir kita akan kehilangan lebih banyak lagi saat Covid-19 menyebar,” kata Perwakilan UNICEF di Yaman, Sara Beysolow Nyanti. (Baca Infografis: Akibat 'Perang Melawan Teror' AS, 37 Juta Orang Telah Terlantar)
Dia menambahkan, “Sekarang saat fokus perhatian dunia pada pandemi Covid-19, saya khawatir anak-anak Yaman akan dilupakan sepenuhnya. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk bertindak dan membantu anak-anak Yaman. Mereka memiliki hak yang sama dengan anak mana pun, di mana pun.” (Lihat Video: Pemprov DKI Jakarta Tarik Rem Darurat, Ibu Kota Kembali PSBB)
UNICEF memberikan rincian dalam tweet dengan video awal pekan ini untuk memperingati Hari Literasi Internasional 2020.
“Sebelum Covid-19 memukul Yaman , lebih dari dua juta anak putus sekolah. Sekarang karena penutupan sekolah di penjuru negeri, ada lagi 5,8 juta anak yang putus pendidikan,” papar pernyataan UNICEF.
Lembaga PBB itu menambahkan, “Semakin lama anak jauh dari sekolah, semakin besar risiko yang mereka hadapi dan sedikit kemungkinannya mereka kembali.”
Laporan UNICEF pada Juni menjelaskan sebagian besar guru sekolah publik tidak dibayar lebih dari tiga tahun. “Sekitar 2.000 sekolah, satu dari delapan, tidak layak digunakan karena konflik, baik hancur, digunakan untuk tujuan militer atau diubah menjadi tempat penampungan orang yang mengungsi,” papar UNICEF.
Sejak wabah Covid-19, UNICEF menjelaskan, 55 sekolah digunakan sebagai pusat isolasi orang yang dicurigai terjangkit virus corona.
UNICEF mengkhawatirkan saat wabah corona dapat ditangani di Yaman dan anak putus sekolah serta keluarga menghadapi kesulitan ekonomi, ada kemungkinan peningkatan jumlah anak yang dibujuk atau dipaksa terlibat perang. (Baca Juga: Trump: AS Punya Senjata Nuklir yang Belum Pernah Dilihat Rusia dan China)
“Tak terhitung anak yang hilang dalam lima tahun perang dan kami khawatir kita akan kehilangan lebih banyak lagi saat Covid-19 menyebar,” kata Perwakilan UNICEF di Yaman, Sara Beysolow Nyanti. (Baca Infografis: Akibat 'Perang Melawan Teror' AS, 37 Juta Orang Telah Terlantar)
Dia menambahkan, “Sekarang saat fokus perhatian dunia pada pandemi Covid-19, saya khawatir anak-anak Yaman akan dilupakan sepenuhnya. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk bertindak dan membantu anak-anak Yaman. Mereka memiliki hak yang sama dengan anak mana pun, di mana pun.” (Lihat Video: Pemprov DKI Jakarta Tarik Rem Darurat, Ibu Kota Kembali PSBB)
(sya)