Kunjungi Turki dan Temui Erdogan, Organisasi HAM Eropa Dikecam

Rabu, 09 September 2020 - 10:23 WIB
loading...
Kunjungi Turki dan Temui...
Presiden Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) Robert Spano (kiri) menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 3 September 2020. Foto/ECHR
A A A
ISTANBUL - Para jurnalis dan atlet Turki yang diasingkan mengecam organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional yang berbasis di Eropa karena mengunjungi Turki dan bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan .

Presiden Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) Robert Spano diketahui memulai kunjungan resmi empat hari ke Turki pada hari Kamis (3/9/2020). Selama kunjungan tersebut, dia bertemu Erdogan dan pejabat Turki lainnya, sebelum akhirnya menerima gelar kehormatan dari Universitas Istanbul. (Baca: Erdogan Minta Uni Eropa Tak Memihak dalam Konflik Turki-Yunani )

Para korban pelanggaran HAM oleh pemerintah Turki mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa kunjungan itu adalah "tamparan di wajah" lembaga HAM dan munafik.

ECHR telah menempatkan Turki sebagai negara dengan jumlah pelanggaran HAM tertinggi kedua dalam daftar negara-negara Eropa tahun lalu, di belakang Rusia.

Bintang NBA terkemuka asal Turki, Enes Kanter, yang dicari di negara asalnya karena berbicara menentang apa yang dia sebut "kediktatoran" Erdogan, mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa ECHR harus menjadi tempat di mana orang-orang yang "menderita pelanggaran hukum dan HAM" di Turki mencari hak-hak mereka. (Baca: Erdogan Sebut Pemimpin Prancis dan Yunani Rakus dan Tak Kompeten )

"Tetapi sebaliknya, kunjungan oleh presiden ECHR seakan-akan melegitimasi tindakan pemerintah Turki yang melanggar hukum pada tingkat tertinggi dan melemparkan bayangan besar pada ketidakberpihakan lembaga yang dipimpinnya," kata Kanter dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya English.

Kanter, melalui Twitter, juga meminta Spano untuk mengundurkan diri. "Kunjungan ini menunjukkan sikap munafik ECHR...sejernih kristal," imbuh jurnalis Turki yang diasingkan, Bulent Kenes.

Kenes, yang didakwa dengan tiga hukuman seumur hidup ditambah 15 tahun penjara di Turki setelah menulis kolom yang mengkritik Erdogan, dengan mengatakan selalu ada "kecurigaan besar" bahwa ECHR adalah kaki tangan "kejahatan rezim Erdogan". (Baca: Turki Tolak Kritik AS soal Pertemuan Erdogan dan Pentolan Hamas )

"Sekarang kunjungan itu adalah bukti bahwa ECHR telah kehilangan kredibilitasnya sebagai tempat perlindungan bagi mereka yang mencari keadilan," katanya.

"Ini adalah rasa malu besar bagi para hakim di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa dan terutama untuk Spano," kata Kenes.

Selama kunjungannya, Spano bertemu Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul dan menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Istanbul.

Direktur Human Rights Watch Turki Emma Sinclair-Webb mengatakan itu "menakjubkan" bahwa Spano menerima gelar kehormatan dari sebuah universitas yang "secara ringkas menolak skor akademisi...dengan cara yang melanggar hukum."

Pemerintah Turki memulai kampanye penindasan terhadap para kritikusnya dalam jurnalisme, akademisi, dan militer setelah upaya kudeta pada 15 Juli 2016.

Lebih dari 6.000 akademisi telah kehilangan pekerjaan mereka karena tindakan keras pemerintah Turki sejak 2016. Itu merupakan data Turkey Purge, sebuah kelompok jurnalis Turki yang independen.

Menurut ECHR, dalam pertemuan 45 menit, Spano berbicara kepada Erdogan tentang pentingnya aturan hukum dan demokrasi dan khususnya. Rincian lengkap hasil pertemuan tidak dirilis.

Jurnalis Turki yang diasingkan Ahmet Donmez mengatakan dia pikir kunjungan Spano adalah upaya yang tidak tulus untuk meyakinkan Erdogan agar lebih mendukung hak asasi manusia. (Simak juga: Jenazah Malik Fadjar Akan Dimakamkan di TMP Kalibata )

"Ada metode yang jauh lebih efektif dan lebih etis untuk mencapai hal ini," kata Donmez kepada Al Arabiya English, yang dikutip Rabu (9/9/2020). "Kunjungan itu memberikan tambahan oksigen pada pemerintahan Erdogan."

"Presiden ECHR harus segera mengundurkan diri dan pengadilan harus mempercepat banyak kasus Turki yang tertunda," Kata Abdullah Tuncay Antepli, seorang profesor di Universitas Duke.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Jemaah Masjid di Prancis...
Jemaah Masjid di Prancis Ditikam Puluhan Kali, Polisi Buru Tersangka
3 Negara yang Tak Hadiri...
3 Negara yang Tak Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Mana Saja Itu?
Senator Jerman Juluki...
Senator Jerman Juluki Tesla Mobil Nazi, Elon Musk Makin Dibenci di Eropa
Kremlin: Eropa Menginginkan...
Kremlin: Eropa Menginginkan Perang, Bukan Perundingan!
Kanada Ingin Gabung...
Kanada Ingin Gabung Uni Eropa, Balas Dendam terhadap Trump?
Mengganti Senjata Nuklir...
Mengganti Senjata Nuklir AS Jadi Tantangan Rumit bagi Eropa
5 Alasan Presiden Erdogan...
5 Alasan Presiden Erdogan Sebut Masjid Al Aqsa sebagai Garis Merah bagi Turki
Informasi Intelijen:...
Informasi Intelijen: India Akan Serang Pakistan dalam 24 Sampai 36 Jam Ke Depan
5 Negara Gratiskan Pendidikan...
5 Negara Gratiskan Pendidikan termasuk Pelajar Asing, Yuk Simak!
Rekomendasi
Prabowo Ngaku Diejek...
Prabowo Ngaku Diejek dan Diancam Gara-gara Berantas Korupsi: Saya Tak Gentar, Rela Mati untuk Rakyat
China Bikin Daftar Produk...
China Bikin Daftar Produk AS yang Dibebaskan dari Tarif 125%
20 Contoh Soal Tes Potensi...
20 Contoh Soal Tes Potensi Akademik (TPA) Bappenas, Lengkap Beserta Pembahasannya!
Berita Terkini
Kebakaran Hebat di Israel...
Kebakaran Hebat di Israel Tak Terkendali, Warga Zionis Panik Berlarian
1 jam yang lalu
Publik Arab Senang Israel...
Publik Arab Senang Israel Kebakaran Hebat: 'Semoga Tuhan Bakar Mereka seperti Mereka Bakar Gaza'
2 jam yang lalu
Kim Jong-un Perintahkan...
Kim Jong-un Perintahkan Kapal Perang Korea Utara Segera Dilengkapi Senjata Nuklir
2 jam yang lalu
Rumah Eks Presiden Korsel...
Rumah Eks Presiden Korsel Digerebek untuk Penyelidikan terhadap Dukun dan Hadiah Mewah
3 jam yang lalu
Israel Dilanda Kebakaran...
Israel Dilanda Kebakaran Hebat, Zionis Umumkan Keadaan Darurat dan Minta Bantuan Dunia
4 jam yang lalu
Houthi Sebut Serangannya...
Houthi Sebut Serangannya yang Bikin Jet Tempur F/A-18 AS Jatuh dari Kapal Induk dan Tenggelam di Laut
4 jam yang lalu
Infografis
Dokumen CIA Prediksi...
Dokumen CIA Prediksi Siapa Pemenang Perang India dan Pakistan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved