Erdogan Sebut Pemimpin Prancis dan Yunani Rakus dan Tidak Kompeten

Senin, 31 Agustus 2020 - 18:49 WIB
loading...
Erdogan Sebut Pemimpin...
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut pemimpin Prancis dan Yunani rakus, dan tidak kompeten karena menantang eksplorasi energi Turki di Mediterania timur. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Presiden Turki , Recep Tayyip Erdogan mengecam para pemimpin Prancis dan Yunani. Erdogan menyebut mereka rakus dan tidak kompeten karena menantang eksplorasi energi Turki di Mediterania timur.

Ankara dan Athena memperdebatkan ladang gas lepas pantai utama, dan dukungan Prancis untuk Yunani telah membawanya ke dalam krisis serius bagi aliansi militer NATO. ( Lihat grafis: Bayraktar Akinci Prototipe Drone Tercanggih milik Turki )

Krisis antara sekutu NATO yang diduga dimulai pada 10 Agustus, ketika kapal penelitian Turki Oruc Reis memasuki perairan Yunani, setelah itu kedua belah pihak mulai melakukan latihan Angkatan Laut.

Fregat dan jet tempur Prancis bergabung dengan pihak Yunani dan telah membayangi kapal-kapal Turki, sementara Paris memperingatkan Erdogan untuk tidak bermain-main dengan tangannya. ( Baca juga: Turki Tegas Tolak Bangkitkan Khilafah Islam, AKP: Propaganda Itu Sabotase Politik )

“Apakah orang Yunani menerima apa yang bisa terjadi pada mereka, karena pemimpin mereka yang serakah dan tidak kompeten? Apakah orang Prancis tahu harga yang akan mereka bayar karena pemimpin mereka yang serakah dan tidak kompeten?” tanya Erdogan saat perayaan 92 tahun kemenangan atas pasukan Yunani selama perang kemerdekaan Turk, seperti dilansir Al Arabiya pada Senin (31/8/2020).

"Ketika tiba saatnya untuk berperang, kami tidak akan ragu untuk berkorban. Pertanyaannya adalah, ketika mereka melawan kita di Mediterania, apakah mereka siap untuk melakukan pengorbanan yang sama? Kepada musuh kita, kita berkata: Ayo!" tegasnya.

Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay juga memperingatkan Yunani untuk tidak memperluas zona pesisirnya ke Laut Ionia sejauh enam mil laut di bawah hukum maritim internasional, dengan mengatakan itu akan menjadi "casus belli" yang dapat menyebabkan konflik bersenjata.

(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1575 seconds (0.1#10.140)