Krisis Litium di China Picu Kekhawatiran Global
loading...
A
A
A
Pada tahun 2023, konsentrasi litium rata-rata pada ibu hamil di Beijing melonjak menjadi 27,31 mikrogram per liter, lebih dari dua kali lipat dari level tahun 2019 (13,05) dan 2021 (11,23), sementara Changsha tetap hanya 0,61 mikrogram per liter.
Satu hal yang menambah kekhawatiran adalah misteri seputar asal usul litium. Di Changsha, litium yang terdeteksi dalam darah tali pusat bayi berasal dari biji-bijian, sayuran, dan air minum.
Baca Juga: China Upgrade Besar-besaran Pangkalan di Laut China Selatan, Terlihat Pesawat Pengebom H-6K
Namun, di Beijing, 96 persen litium yang dikonsumsi ibu hamil tidak dapat dikaitkan dengan makanan, air, udara, atau sumber yang diketahui.
Para ahli berpendapat hal ini menunjukkan bentuk polusi yang tidak terdeteksi dan meluas, yang mungkin terkait industri baterai litium-ion yang sedang berkembang pesat di ibu kota China.
Beijing adalah rumah bagi banyak fasilitas penelitian dan produksi baterai, termasuk pabrik baterai solid-state baru yang diluncurkan pada tahun 2024. Sebagai pusat kendaraan listrik dan perangkat elektronik, kota ini sangat bergantung pada baterai litium, yang mungkin mencemari lingkungan melalui pembuangan yang tidak tepat.
Spekulasi daring telah menunjuk praktik daur ulang baterai China yang buruk sebagai penyebab potensial. Tidak seperti Uni Eropa, yang mengamanatkan tingkat daur ulang baterai sebesar 70 persen pada tahun 2030, tingkat daur ulang China masih di bawah 20 persen.
Pembuangan yang tidak tepat—di mana baterai litium yang dibuang dari ponsel, sepeda listrik, dan kendaraan listrik dikubur bersama sampah biasa—dapat mencemari air tanah Beijing, masalah yang diperparah krisis akumulasi sampah yang sudah berlangsung lama di kota tersebut.
Tanggapan pemerintah China menuai kritik setelah temuan penelitian tersebut dilaporkan kantor berita South China Morning Post (SCMP) pada 5 Maret 2025. Dalam beberapa pekan, berita tentang penelitian tersebut disensor di China, dengan pencarian di Baidu tidak membuahkan hasil, dan website Akademi Ilmu Pengetahuan China menghapus laporan.
Ketika media-media di daratan China sempat meliput isu itu, banyak halaman yang dengan cepat ditutup, membuat masyarakat tidak menyadari ancaman kesehatan tersebut.
Asal Usul Litium
Satu hal yang menambah kekhawatiran adalah misteri seputar asal usul litium. Di Changsha, litium yang terdeteksi dalam darah tali pusat bayi berasal dari biji-bijian, sayuran, dan air minum.
Baca Juga: China Upgrade Besar-besaran Pangkalan di Laut China Selatan, Terlihat Pesawat Pengebom H-6K
Namun, di Beijing, 96 persen litium yang dikonsumsi ibu hamil tidak dapat dikaitkan dengan makanan, air, udara, atau sumber yang diketahui.
Para ahli berpendapat hal ini menunjukkan bentuk polusi yang tidak terdeteksi dan meluas, yang mungkin terkait industri baterai litium-ion yang sedang berkembang pesat di ibu kota China.
Beijing adalah rumah bagi banyak fasilitas penelitian dan produksi baterai, termasuk pabrik baterai solid-state baru yang diluncurkan pada tahun 2024. Sebagai pusat kendaraan listrik dan perangkat elektronik, kota ini sangat bergantung pada baterai litium, yang mungkin mencemari lingkungan melalui pembuangan yang tidak tepat.
Spekulasi daring telah menunjuk praktik daur ulang baterai China yang buruk sebagai penyebab potensial. Tidak seperti Uni Eropa, yang mengamanatkan tingkat daur ulang baterai sebesar 70 persen pada tahun 2030, tingkat daur ulang China masih di bawah 20 persen.
Pembuangan yang tidak tepat—di mana baterai litium yang dibuang dari ponsel, sepeda listrik, dan kendaraan listrik dikubur bersama sampah biasa—dapat mencemari air tanah Beijing, masalah yang diperparah krisis akumulasi sampah yang sudah berlangsung lama di kota tersebut.
Tanggapan pemerintah China menuai kritik setelah temuan penelitian tersebut dilaporkan kantor berita South China Morning Post (SCMP) pada 5 Maret 2025. Dalam beberapa pekan, berita tentang penelitian tersebut disensor di China, dengan pencarian di Baidu tidak membuahkan hasil, dan website Akademi Ilmu Pengetahuan China menghapus laporan.
Ketika media-media di daratan China sempat meliput isu itu, banyak halaman yang dengan cepat ditutup, membuat masyarakat tidak menyadari ancaman kesehatan tersebut.
Lihat Juga :