30 Hari Ledakan Beirut, Pencarian Korban Selamat Masih Dilakukan

Jum'at, 04 September 2020 - 22:42 WIB
loading...
A A A
Tim pencari menyerbu ke lokasi, sebuah lingkungan di dekat episentrum ledakan bulan lalu, pada hari Kamis setelah tim penyelamat mendeteksi pergerakan jauh di dalam puing-puing.

Tim penyelamat bekerja di bawah lampu sorot dalam kondisi musim panas yang lembab untuk menghilangkan bagian-bagian dinding dengan derek saat kerumunan berdatangan, menunggu kabar terbaru.

Salah satu pendiri Live Love Beirut, Eddy Bitar, sebuah LSM yang membantu upaya penyelamatan, mengatakan pada Jumat pagi waktu setempat, pencitraan termal menunjukkan panas tubuh di reruntuhan, sementara penyelamat juga mendeteksi delapan napas per menit di tengah puing-puing.

Kemarin tim mendengar 18 napas per menit.(Baca juga: Mufti Agung Lebanon Desak Penyelidikan Internasional Atas Ledakan Beirut )

Tim penyelamat meminta sekitar 200 penonton untuk diam sehingga peralatan mereka dapat mendeteksi dengan lebih baik setiap napas atau detak jantung dari korban yang mungkin selamat. Anggota kerumunan mematikan ponsel mereka saat mereka menunggu berita.

"Pencarian itu dipicu oleh seekor anjing penyelamat yang melewati bangunan yang hancur bersama tim penyelamat Chili pada hari Kamis dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan," kata Eddy Bitar, seorang pekerja organisasi non-pemerintah setempat.

Bitar mengatakan pencitraan termal kemudian menunjukkan dua tubuh - satu tubuh kecil meringkuk di samping tubuh yang lebih besar. Perangkat pendengar juga mencatat siklus pernapasan 18 per menit.

“Kecil kemungkinan orang tersebut masih hidup,” kata Bitar.

Tim penyelamat menggali terowongan melalui puing-puing beton tebal untuk mencapai lokasi calon korban. Francisco Lermanda, seorang pekerja di LSM pencarian dan penyelamatan Chili, Topos Chile, berhati-hati tentang kemungkinan menemukan seseorang yang masih hidup setelah berhari-hari di bawah reruntuhan. Tapi dia tidak mengesampingkan itu.

"Satu orang selamat setelah 28 hari di bawah reruntuhan di Haiti," tambahnya merujuk pada peristiwa di Haiti.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1300 seconds (0.1#10.140)