6 Fakta Senjata Nuklir Prancis, Kekuatan yang Akan Payungi Eropa dari Invasi Rusia
loading...

Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terbuka menawarkan perlindungan untuk sekutu-sekutu Eropa dengan senjata nuklir Paris. Foto/National Interest
A
A
A
JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pidato di televisi pekan lalu secara terbuka menawarkan perlindungan untuk sekutu-sekutu Eropa dengan senjata nuklir Paris.
Tawaran disampaikan setelah negara-negara Eropa, khususnya wilayah Timur, semakin khawatir menjadi target invasi Rusia seperti nasib Ukraina sekarang ini. Kekhawatiran meningkat setelah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump semakin bersimpati kepada Moskow.
AS sebelumnya sebagai pimpinan NATO berkomitmen melindungi sekutu-sekutu aliansi, namun sekarang menolak memberikan perlindungan bagi anggota yang anggaran pertahanannya minim.
"Saya telah memutuskan untuk memulai diskusi strategis tentang pertahanan seluruh benua dengan senjata nuklir kami. Keputusan akan bergantung pada kepala dan panglima tertinggi negara-negara Eropa," kata Macron.
Niat Macron untuk melindungi Eropa dengan senjata nuklir Prancis juga dengan alasan adanya ancaman Rusia.
"Ancaman dari Rusia meluas ke seluruh Eropa," kata Macron, seperti dikutip Kyiv Independent.
"Agresivitas ini tampaknya jauh, tetapi sebenarnya sangat dekat. Rusia mencampuri Pemilu kami, menyebarkan propaganda ke mana-mana," ujarnya.
Prancis dan Inggris Raya adalah dua negara Eropa yang memiliki persenjataan nuklir.
Namun, operasional senjata nuklir Inggris butuh kerja sama dengan AS. Sedangkan persenjataan nuklir Prancis dioperasikan secara independen, sehingga lebih bisa diandalkan sekutu-sekutu NATO Eropa dan mitra.
6Fakta tentang Senjata Nuklir Prancis
Prancis pertama kali menguji senjata nuklirnya pada 13 Februari 1960 dengan ledakan yang dikenal sebagai "Gerboise Bleue" di Aljazair.
Dengan uji coba ini, Prancis menjadi salah satu negara yang memiliki senjata nuklir setelah Amerika Serikat, Uni Soviet (sekarang bernama Rusia), Inggris, China, India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel.
Prancis menegaskan dirinya sebagai kekuatan nuklir independen, tidak bergantung pada aliansi dengan negara besar lainnya.
Kebijakan nuklir Prancis dikenal dengan sebutan "Force de Frappe" yang berarti "Kekuatan Serang".
Ini merujuk pada kemampuan Prancis untuk meluncurkan serangan nuklir sebagai alat pencegah terhadap ancaman eksternal.
Force de Frappe tetap menjadi bagian integral dari kebijakan pertahanan nasional Prancis dan bertujuan untuk menjaga kedaulatan negara.
Prancis diperkirakan memiliki sekitar 290 warhead (hulu ledak) nuklir yang disebar di berbagai sistem peluncuran.
Ini menjadikan Prancis sebagai salah satu negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat atau Rusia—yang sama-sama memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir.
Sebagai negara yang memiliki senjata nuklir, Prancis merupakan salah satu negara yang menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada 1968.
Meski demikian, Prancis telah mengklarifikasi bahwa mereka berhak untuk mempertahankan kekuatan nuklir demi keperluan pertahanan nasional.
Negara ini juga berkomitmen untuk mengurangi jumlah senjata nuklirnya dalam kerangka pengendalian senjata internasional.
Prancis juga memiliki kemampuan nuklir laut melalui kapal selam nuklir yang dilengkapi dengan misil balistik (SSBN).
Kapal selam nuklir seperti kelas Triomphant merupakan bagian penting dari Force de Frappe Prancis, yang memungkinkan serangan nuklir dilakukan dari bawah permukaan laut, menjadikannya lebih sulit dilacak dan dihancurkan.
Sebagai anggota utama NATO, Prancis juga terlibat dalam penguatan pertahanan nuklir Eropa.
Meski begitu, Prancis memiliki kebijakan nuklir yang independen dari NATO, berusaha untuk menjaga otoritas dan kendali penuh atas senjata nuklirnya.
Namun, Prancis mendukung kerjasama pertahanan nuklir di Eropa, serta memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nuklir di wilayah tersebut.
Tawaran disampaikan setelah negara-negara Eropa, khususnya wilayah Timur, semakin khawatir menjadi target invasi Rusia seperti nasib Ukraina sekarang ini. Kekhawatiran meningkat setelah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump semakin bersimpati kepada Moskow.
AS sebelumnya sebagai pimpinan NATO berkomitmen melindungi sekutu-sekutu aliansi, namun sekarang menolak memberikan perlindungan bagi anggota yang anggaran pertahanannya minim.
"Saya telah memutuskan untuk memulai diskusi strategis tentang pertahanan seluruh benua dengan senjata nuklir kami. Keputusan akan bergantung pada kepala dan panglima tertinggi negara-negara Eropa," kata Macron.
Niat Macron untuk melindungi Eropa dengan senjata nuklir Prancis juga dengan alasan adanya ancaman Rusia.
"Ancaman dari Rusia meluas ke seluruh Eropa," kata Macron, seperti dikutip Kyiv Independent.
"Agresivitas ini tampaknya jauh, tetapi sebenarnya sangat dekat. Rusia mencampuri Pemilu kami, menyebarkan propaganda ke mana-mana," ujarnya.
Prancis dan Inggris Raya adalah dua negara Eropa yang memiliki persenjataan nuklir.
Namun, operasional senjata nuklir Inggris butuh kerja sama dengan AS. Sedangkan persenjataan nuklir Prancis dioperasikan secara independen, sehingga lebih bisa diandalkan sekutu-sekutu NATO Eropa dan mitra.
6Fakta tentang Senjata Nuklir Prancis
1. Jadi Senjata Pamungkas Prancis sejak 1960
Prancis pertama kali menguji senjata nuklirnya pada 13 Februari 1960 dengan ledakan yang dikenal sebagai "Gerboise Bleue" di Aljazair.
Dengan uji coba ini, Prancis menjadi salah satu negara yang memiliki senjata nuklir setelah Amerika Serikat, Uni Soviet (sekarang bernama Rusia), Inggris, China, India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel.
Prancis menegaskan dirinya sebagai kekuatan nuklir independen, tidak bergantung pada aliansi dengan negara besar lainnya.
2. Prancis Adopsi Kebijakan Force de Frappe
Kebijakan nuklir Prancis dikenal dengan sebutan "Force de Frappe" yang berarti "Kekuatan Serang".
Ini merujuk pada kemampuan Prancis untuk meluncurkan serangan nuklir sebagai alat pencegah terhadap ancaman eksternal.
Force de Frappe tetap menjadi bagian integral dari kebijakan pertahanan nasional Prancis dan bertujuan untuk menjaga kedaulatan negara.
3. Prancis Memiliki 290 Hulu Ledak Nuklir
Prancis diperkirakan memiliki sekitar 290 warhead (hulu ledak) nuklir yang disebar di berbagai sistem peluncuran.
Ini menjadikan Prancis sebagai salah satu negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat atau Rusia—yang sama-sama memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir.
4. Terikat Perjanjian NPT, Prancis Tak Bebas Gunakan Senjata Nuklir
Sebagai negara yang memiliki senjata nuklir, Prancis merupakan salah satu negara yang menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada 1968.
Meski demikian, Prancis telah mengklarifikasi bahwa mereka berhak untuk mempertahankan kekuatan nuklir demi keperluan pertahanan nasional.
Negara ini juga berkomitmen untuk mengurangi jumlah senjata nuklirnya dalam kerangka pengendalian senjata internasional.
5. Prancis Kembangkan Kapabilitas Nuklir Laut
Prancis juga memiliki kemampuan nuklir laut melalui kapal selam nuklir yang dilengkapi dengan misil balistik (SSBN).
Kapal selam nuklir seperti kelas Triomphant merupakan bagian penting dari Force de Frappe Prancis, yang memungkinkan serangan nuklir dilakukan dari bawah permukaan laut, menjadikannya lebih sulit dilacak dan dihancurkan.
6. Prancis Adopsi Kebijakan Nuklir Terpadu Eropa
Sebagai anggota utama NATO, Prancis juga terlibat dalam penguatan pertahanan nuklir Eropa.
Meski begitu, Prancis memiliki kebijakan nuklir yang independen dari NATO, berusaha untuk menjaga otoritas dan kendali penuh atas senjata nuklirnya.
Namun, Prancis mendukung kerjasama pertahanan nuklir di Eropa, serta memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nuklir di wilayah tersebut.
(mas)
Lihat Juga :