AS Sekarang Memihak Rusia, Tolak Dukung Ukraina di PBB
loading...
A
A
A
Perubahan tersebut juga menegaskan kembali komitmen terhadap integritas teritorial Ukraina—yang telah dihilangkan dari teks rancangan AS.
Usulan AS tersebut diamandemen sedemikian rupa sehingga Washington akhirnya abstain pada teksnya sendiri saat majelis meloloskannya.
"Secara keseluruhan, taktik defensif Eropa melemahkan tuduhan diplomatik AS yang cukup kasar selama beberapa hari terakhir," kata Richard Gowan, pakar dari International Crisis Group, yang dilansir AFP, Selasa (25/2/2025).
"Saya pikir AS kemungkinan salah menghitung berapa banyak suara yang dapat mereka peroleh dalam waktu yang sangat singkat,” ujarnya.
Kekekalan integritas teritorial Ukraina merupakan landasan resolusi sebelumnya yang disahkan oleh Majelis Umum PBB, dengan Amerika Serikat di bawah mantan presiden Joe Biden sebagai salah satu pendukung terkuatnya.
"Baik amandemen ini, maupun resolusi yang ditawarkan Ukraina tidak akan menghentikan pembunuhan. PBB harus menghentikan pembunuhan. Kami mendesak semua negara anggota untuk bergabung dengan kami dalam mengembalikan PBB ke misi utamanya yaitu perdamaian dan keamanan internasional," kata utusan Washington untuk PBB, Dorothy Shea, menjelang pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara, Mariana Betsa, wakil menteri luar negeri Ukraina, menegaskan, "Kami memiliki hubungan kerja yang sangat baik dengan Washington” setelah dia ditanya apakah manuver Washington telah menyebabkan putusnya hubungan AS-Ukraina.
Setelah pemungutan suara Majelis Umum PBB, Washington diharapkan akan membawa teks rancangannya –yang pada dasarnya asli, yang tidak diamandemen—ke pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada hari Senin waktu New York.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika memperingatkan bahwa AS akan memveto setiap amandemen oleh Rusia atau pun Eropa.
Aturan di PBB menyatakan bahwa Washington dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya tidak dapat memveto amandemen yang diajukan di Majelis Umum.
Usulan AS tersebut diamandemen sedemikian rupa sehingga Washington akhirnya abstain pada teksnya sendiri saat majelis meloloskannya.
"Secara keseluruhan, taktik defensif Eropa melemahkan tuduhan diplomatik AS yang cukup kasar selama beberapa hari terakhir," kata Richard Gowan, pakar dari International Crisis Group, yang dilansir AFP, Selasa (25/2/2025).
"Saya pikir AS kemungkinan salah menghitung berapa banyak suara yang dapat mereka peroleh dalam waktu yang sangat singkat,” ujarnya.
Kekekalan integritas teritorial Ukraina merupakan landasan resolusi sebelumnya yang disahkan oleh Majelis Umum PBB, dengan Amerika Serikat di bawah mantan presiden Joe Biden sebagai salah satu pendukung terkuatnya.
"Baik amandemen ini, maupun resolusi yang ditawarkan Ukraina tidak akan menghentikan pembunuhan. PBB harus menghentikan pembunuhan. Kami mendesak semua negara anggota untuk bergabung dengan kami dalam mengembalikan PBB ke misi utamanya yaitu perdamaian dan keamanan internasional," kata utusan Washington untuk PBB, Dorothy Shea, menjelang pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara, Mariana Betsa, wakil menteri luar negeri Ukraina, menegaskan, "Kami memiliki hubungan kerja yang sangat baik dengan Washington” setelah dia ditanya apakah manuver Washington telah menyebabkan putusnya hubungan AS-Ukraina.
Dewan Keamanan PBB Jadi Sorotan
Setelah pemungutan suara Majelis Umum PBB, Washington diharapkan akan membawa teks rancangannya –yang pada dasarnya asli, yang tidak diamandemen—ke pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada hari Senin waktu New York.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika memperingatkan bahwa AS akan memveto setiap amandemen oleh Rusia atau pun Eropa.
Aturan di PBB menyatakan bahwa Washington dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya tidak dapat memveto amandemen yang diajukan di Majelis Umum.
Lihat Juga :