Akademisi: Pelacakan Kontak Pasien Penting Dalam Upaya Perangi Covid-19

Minggu, 03 Mei 2020 - 05:40 WIB
loading...
Akademisi: Pelacakan Kontak Pasien Penting Dalam Upaya Perangi Covid-19
Ilustrasi
A A A
WELLINGTON - Negara-negara yang secara signifikan merespon Covid-19 dengan menutup perbatasan untuk kedatangan orang asing, seperti Singapura dan Selandia Baru, berpotensi untuk mengalami gelombang kedua infeksi. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh sebuah kondisi yang disebut para ilmuwan sebagai "cluster".

Cluster adalah area khusus di suatu negara, di mana mereka yang terinfeksi bergerak dan berpotensi berkembang jika langkah-langkah seperti pembukaan kembali sekolah diberlakukan terlalu cepat, seiring dengan kebebasan bergerak yang meningkat di dalam negeri.

Salah satu solusi potensial untuk ini adalah pelacakan kontak, di mana pergerakan mereka yang dites positif Covid-19 dilacak dengan menggunakan aplikasi.

"Pelacakan kontak mungkin adalah hal yang paling penting dalam tindakan kesehatan masyarakat dan kegiatan kesehatan masyarakat untuk mempertahankan respons dan untuk mengurangi wabah di semua tahap," ucap Arindam Basu, seorang profesor di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Canterbury di Wellington, Selandia Baru.

"Ketika wabah mulai, ketika wabah sedang berkurang, melacak kontak adalah kegiatan yang sangat, sangat penting," sambungnya, dalam sebuah wawancara dengan Sputnik.

Ketika ditanya bisakah cluster Covid-19 berkembang jika sekolah dibuka kembali, Basu mengatakan, itu tergantung pada bagaimana wabah itu dikendalikan sedari awal.

"Katakanlah, misalnya, jika orang hanya melakukan jarak sosial dan tidak banyak yang lain, dan tiba-tiba mereka memutuskan untuk membuka sekolah dengan cepat, maka risiko wabah baru akan muncul cukup tinggi," ucapnya.

"Di sisi lain, jika sekolah ditutup dan negara melakukan apa yang disebut "penindasan epidemi", di mana mereka akan mencoba untuk sepenuhnya mengurangi epidemi dan benar-benar mengurangi jumlah kasus, sekali lagi, jika Anda membuka sekolah, masih ada risiko, risiko rendah, tetapi risiko infeksi pada anak-anak cukup rendah, sehingga risiko infeksi dan keluar dari tangan sangat rendah," ujarnya.

Secara teori, jelas Basu, pasti selalu ada risiko. Tetapi, menurutnya, seberapa besar risiko itu akan terjadi dalam praktik di lapangan cukup dipertanyakan.

Mengenai apakah kemungkinan ada penolakan dari masyarakat mengenai pelacakan kontak tersebut, Basu mengatakan pasti akan ada penolakan, karena pada dasarnya seorang manusia tidak nyaman untuk terus dipantau.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1985 seconds (0.1#10.140)