Kesepakatan Brexit Tuntas, Inggris Keluar Uni Eropa Jumat Esok
A
A
A
BRUSSELS - Parlemen Eropa menyetujui perjanjian keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit pada Rabu (29/1/2020). Ini membuka jalan bagi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa pada Jumat (31/1/2020) setelah hampir setengah abad menjadi anggota.
Setelah melewati debat emosional, anggota parlemen Uni Eropa memberikan suara 621 melawan 49 untuk menyegel perjanjian Brexit antara Inggris dan 27 negara anggota lainnya yang disepakati pada Oktober lalu.
Setelah pemungutan suara, anggota parlemen menandai keluarnya Inggris dengan menyanyikan Auld Lang Syne, lagu perpisahan tradisional dari Skotlandia.
"Kami akan selalu mencintaimu dan kami tidak akan pernah berjauhan," kata Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen seperti dikutip dari AP, Kamis (30/1/2020).
Inggris akan meninggalkan Uni Eropa setelah 47 tahun menjadi anggota. Inggris adalah negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa dan akan meninggalkan blok itu pada Jumat pukul 11 malam waktu setempat.
Meskipun kesepakatan mengenai persyaratan keluarnya Inggris telah selesai, masih ada ketidakpastian terkait hubungan di masa depan. Setelah resmi keluar pada Jumat esok, periode transisi akan dimulai di mana Inggris akan tetap berada dalam pengaturan ekonomi Uni Eropa sampai akhir tahun meskipun tidak akan memiliki suara dalam kebijakan karena sudah tidak menjadi anggota lagi.
Negara-negara Uni Eropa tengah bersiap untuk kemungkinan pembicaraan mengenai kesepakatan baru dengan Inggris dapat runtuh pada akhir tahun, dan rencana darurat untuk kemungkinan munculnya skenario no deal di akhir periode transisi sangat dibutuhkan.
Inggris berusaha untuk merundingkan kesepakatan perdagangan yang komprehensif dalam waktu 11 bulan, jadwal yang dipandang ambisius oleh banyak pengamat.
"Kami tidak akan menyerah pada tekanan atau tergesa-gesa," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris.
"Prioritasnya adalah untuk menentukan, dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang kepentingan Uni Eropa dan untuk mempertahankannya," imbuhnya.
Uni Eropa mengatakan jangka waktu seperti itu terlalu pendek dan kekhawatiran akan terjadinya kekacauan pada Brexit, yang dihindari minggu ini, mungkin masih terjadi pada akhir tahun jika transisi berakhir tanpa kesepakatan.
Von der Leyen mengatakan prasyarat untuk memberikan keuntungan bagi Inggris untuk masuk dalam pasar tunggal hampir setengah miliar konsumen adalah urusan Eropa dan Inggris untuk terus bersaing di bidang yang setara.
“Kami tentu tidak akan memaparkan perusahaan kami pada persaingan tidak sehat. Dan sangat jelas pertukarannya sederhana. Semakin Inggris berkomitmen untuk menegakkan standar kami untuk perlindungan sosial dan hak-hak pekerja, jaminan kami untuk lingkungan dan standar lainnya dan aturan memastikan persaingan yang adil, semakin dekat dan semakin baik akses ke pasar tunggal," tegasnya.
Setelah melewati debat emosional, anggota parlemen Uni Eropa memberikan suara 621 melawan 49 untuk menyegel perjanjian Brexit antara Inggris dan 27 negara anggota lainnya yang disepakati pada Oktober lalu.
Setelah pemungutan suara, anggota parlemen menandai keluarnya Inggris dengan menyanyikan Auld Lang Syne, lagu perpisahan tradisional dari Skotlandia.
"Kami akan selalu mencintaimu dan kami tidak akan pernah berjauhan," kata Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen seperti dikutip dari AP, Kamis (30/1/2020).
Inggris akan meninggalkan Uni Eropa setelah 47 tahun menjadi anggota. Inggris adalah negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa dan akan meninggalkan blok itu pada Jumat pukul 11 malam waktu setempat.
Meskipun kesepakatan mengenai persyaratan keluarnya Inggris telah selesai, masih ada ketidakpastian terkait hubungan di masa depan. Setelah resmi keluar pada Jumat esok, periode transisi akan dimulai di mana Inggris akan tetap berada dalam pengaturan ekonomi Uni Eropa sampai akhir tahun meskipun tidak akan memiliki suara dalam kebijakan karena sudah tidak menjadi anggota lagi.
Negara-negara Uni Eropa tengah bersiap untuk kemungkinan pembicaraan mengenai kesepakatan baru dengan Inggris dapat runtuh pada akhir tahun, dan rencana darurat untuk kemungkinan munculnya skenario no deal di akhir periode transisi sangat dibutuhkan.
Inggris berusaha untuk merundingkan kesepakatan perdagangan yang komprehensif dalam waktu 11 bulan, jadwal yang dipandang ambisius oleh banyak pengamat.
"Kami tidak akan menyerah pada tekanan atau tergesa-gesa," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris.
"Prioritasnya adalah untuk menentukan, dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang kepentingan Uni Eropa dan untuk mempertahankannya," imbuhnya.
Uni Eropa mengatakan jangka waktu seperti itu terlalu pendek dan kekhawatiran akan terjadinya kekacauan pada Brexit, yang dihindari minggu ini, mungkin masih terjadi pada akhir tahun jika transisi berakhir tanpa kesepakatan.
Von der Leyen mengatakan prasyarat untuk memberikan keuntungan bagi Inggris untuk masuk dalam pasar tunggal hampir setengah miliar konsumen adalah urusan Eropa dan Inggris untuk terus bersaing di bidang yang setara.
“Kami tentu tidak akan memaparkan perusahaan kami pada persaingan tidak sehat. Dan sangat jelas pertukarannya sederhana. Semakin Inggris berkomitmen untuk menegakkan standar kami untuk perlindungan sosial dan hak-hak pekerja, jaminan kami untuk lingkungan dan standar lainnya dan aturan memastikan persaingan yang adil, semakin dekat dan semakin baik akses ke pasar tunggal," tegasnya.
(ian)