7 Pelajaran Penting dari Timur Tengah selama 2024 yang Jadi Landasan pada 2025

Kamis, 02 Januari 2025 - 15:30 WIB
loading...
A A A
Namun, serangan kejutan besar-besaran dimulai dengan pasukan Israel menyerang sistem komunikasi Hizbullah, melumpuhkan ratusan pejuang yang pager dan radio operasionalnya meledak, dan menewaskan sejumlah besar komandan senior Hizbullah, yang menghancurkan struktur komando kelompok itu.

Hizbullah mengintensifkan serangan roket ke Israel utara sebagai tanggapan, tetapi, pada 1 Oktober, Israel dengan berani meningkatkan eskalasinya, meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan, dengan mengatakan pasukannya telah melintasi perbatasan untuk menargetkan posisi Hizbullah. Pada hari yang sama, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah. Sekitar 200 rudal balistik diluncurkan ke Israel sebagai akibatnya.

Kampanye militer, yang ditujukan untuk mendorong pasukan Hizbullah kembali dari perbatasan, menandai serangan terdalam Israel ke Lebanon sejak 2006.

Operasi tersebut memicu pengungsian luas di Lebanon selatan dan menimbulkan kekhawatiran akan perang regional skala penuh.

Pertempuran sengit selama hampir dua bulan mengakibatkan ribuan orang tewas di Lebanon sebelum gencatan senjata selama dua bulan ditengahi pada 27 November dengan bantuan AS dan Prancis.

Baca Juga: 25 Tahun Putin Berkuasa

3. Israel melenyapkan tokoh-tokoh penting Hamas dan Hizbullah

Ketika Israel melanjutkan perangnya di dua front, Israel menargetkan tokoh-tokoh penting di pucuk pimpinan Hamas dan Hizbullah. Israel menewaskan mantan kepala Hamas Ismail Haniyeh di sebuah wisma tamu di Teheran pada 31 Juli, yang dilaporkan oleh alat peledak yang telah ditempatkan oleh agen Israel beberapa minggu sebelumnya.

Melansir Al Arabiya, Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara itu, Masoud Pezeshkian. Israel baru mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan itu pada bulan Desember.

Sehari sebelum Haniyeh terbunuh, militer Israel "membunuh" komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Lebanon. Saat itu Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Shukr “berlumuran darah banyak orang Israel…kami telah menunjukkan bahwa darah rakyat kami harus dibayar dan tidak ada tempat yang tidak terjangkau bagi pasukan kami untuk mencapai tujuan ini.”

Pada tanggal 27 September, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, menandai momen transformatif bagi Timur Tengah, sebelum, beberapa minggu kemudian pada tanggal 17 Oktober, Yahya Sinwar, kepala militer Hamas dan dalang di balik serangan 7 Oktober, tewas oleh tentara Israel selama operasi di Rafah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan kematian Sinwar sebagai "awal dari akhir" perang di Gaza. Namun, ketika serangan udara Israel meningkat di seluruh wilayah, negosiasi gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai terhenti.

4. Serangan Iran-Israel

Melansir Al Arabiya, pada bulan April, Iran melancarkan serangan massal dengan pesawat nirawak dan rudal terhadap Israel sebagai balasan atas serangan udara Israel di kompleks kedutaan Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, termasuk dua komandan senior. Peristiwa ini menandai pertama kalinya serangan militer langsung dilancarkan oleh Teheran terhadap Israel.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1287 seconds (0.1#10.140)