Analisis Bagaimana Militer Rezim Assad Runtuh Sekejap di Suriah

Jum'at, 13 Desember 2024 - 11:39 WIB
loading...
A A A
Dia dibayar 500.000 pound Suriah (USD40) per bulan. Jatah tentara sering dijarah sebelum tiba. Kadang-kadang seluruh gajinya digunakan untuk membeli lebih banyak makanan, katanya.

Kawan-kawan yang punya uang akan membayar perwira USD100, yang tidak dimilikinya, untuk keluar dari dinas, kata Khouli. Brigade Khouli seharusnya memiliki 80 prajurit, tetapi kenyataannya hanya ada 60.

Dia menggambarkan perlakuan buruk dari para perwira, termasuk diberi tugas berat menggali tanggul tanah baik dalam cuaca yang sangat panas maupun sangat dingin dan pada malam hari.

Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen rincian pengalamannya.

Seorang mantan mayor menggambarkan penggunaan wajib militer paksa sebagai "kesalahan fatal".

Seorang mantan petugas logistik angkatan darat, Zuhair (28), mengatakan dalam sebuah wawancara di Damaskus pada hari Selasa bahwa dia telah melihat para perwira mencuri dan menjual generator listrik dan bahan bakar. "Yang mereka pedulikan hanyalah menggunakan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri," katanya.

Dia telah berjuang untuk Assad selama bertahun-tahun tetapi dia memiliki sepupu di antara para pemberontak dan ketika mereka maju, dia bersorak, katanya. "Saya tidak tahu bagaimana menggambarkan betapa bahagianya saya," katanya.

Ketergantungan pada Sekutu


Untuk melawan pemberontakan oposisi sebelumnya, yang dimulai dengan protes pada tahun 2011, Assad mengandalkan sekutu.

Rusia mengirim jet tempur yang mengebom posisi pemberontak, Iran mengirim penasihat militer dan pejuang dari Hizbullah. Milisi yang didukung Iran dari Irak dan kelompok lain yang dibentuknya dari milisi Syiah Afghanistan juga datang.

Keterampilan bertarung dan kesejahteraan mereka kontras dengan tentara Suriah sendiri. Seorang komandan milisi Irak yang bertugas di dekat Aleppo mengatakan dia tahu tentang satu peleton Suriah yang seharusnya terdiri dari 30 tentara yang hanya memiliki delapan orang.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1001 seconds (0.1#10.140)