UEA-Israel Mesra, Palestina Protes
loading...
A
A
A
DUBAI - Uni Emirat Arab (UEA) kembali menghidupkan hubungan diplomatik dengan Israel. Momen tersebut diikuti dengan penerbangan komersial perdana yang membawa delegasi pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS).
Penerbangan tersebut diizinkan melintasi wilayah udara Arab Saudi, yang biasanya diblokir untuk lalu lintas udara Israel. Namun, kembalinya hubungan diplomatik kedua negara tersebut justru memantik kekecewaan dari rakyat Palestina. (Baca: Indonesia Panaskan Perang Drone Militer Masa Depan)
Pesawat Israel, El Al, yang membawa delegasi dari Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersama dengan kalangan jurnalis mendarat di Abu Dhabi untuk pembicaraan mengenai sentuhan akhir pembentukan pakta hubungan terbuka antara UEA dan Israel.
Para analis menilai, secara garis besar kesepakatan Israel-UEA tidak memberikan keuntungan bagi Palestina. Hubungan diplomatik itu bahkan dinilai membuat Palestina semakin terpinggirkan dalam upaya penyelesaian masalah Timur Tengah.
Sebelum dicapai kesepakatan pada 13 Agustus lalu, Israel tidak punya hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk. Hal ini sesuai dengan pemberlakuan undang-undang yang memboikot Israel yang dibuat UEA pada 1972 silam.
Sejak kesepakatan diplomatik itu, Israel dan negara-negara Teluk sama-sama mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan, yang mendorong kontak-kontak tidak resmi antara Israel dan negara-negara Teluk.
"Untuk rakyat Palestina, tidak ada keuntungan dari kesepakatan ini," ujar Emile Hokayem, ahli dari Institut Internasional untuk Studi di London, kemarin.
Tetapi bagi putra mahkota sekaligus penguasa de facto UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ), kesepakatan ini bisa menjadi pertaruhan kendati ada peluang yang sangat menguntungkan. "Dalam jangka pendek, rintangan bagi UEA sangat sedikit," kata Hokayem. (Baca juga: Gubernur Anies Bikin Bank DKI Borong Penghargaan)
Menurut dia, kesepakatan Israel dengan negara kaya minyak itu tidak akan memengaruhi stabilitas rezim UEA, tetapi mencerminkan perubahan geopolitik di kawasan yang citranya telah ternoda oleh keterlibatannya dalam perang Yaman.
Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kesepakatan itu sama dengan "pengkhianatan". Merespons kesepakatan tersebut, Duta Besar Palestina untuk UEA pun ditarik pulang. Pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, mengatakan bahwa kesepakatan ini membuka kontak-kontak rahasia antara UEA dan Israel.
Ashrawi mengungkapkan, Jared Kushner, menantu Presiden Donald Trump dan penasihat Gedung Putih, berusaha untuk meyakinkan banyak pemimpin muslim dan negara Arab sehingga bisa menyukseskan Trump pada pemilu.
“Mereka hanya menjadi properti di latar belakang tanpa makna untuk kesepakatan menjijikkan yang tidak menghadirkan perdamaian di kawasan,” katanya dilansir Reuters.
Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menolak kesepakatan Israel-UEA dan menyebutnya sebagai hadiah bagi pendudukan dan kejahatan yang dilakukan Israel. “Kesepakatan itu menikam punggung rakyat kami,” demikian keterangan Hamas. (Lihat videonya: Seorang Pemuda Jadi Korban Penembakan di Jakarta Utara)
Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mengklaim para pejabatnya sedang melakukan serangkaian perundingan dengan negara-negara Arab untuk meningkatkan hubungan dengan Israel. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
Penerbangan tersebut diizinkan melintasi wilayah udara Arab Saudi, yang biasanya diblokir untuk lalu lintas udara Israel. Namun, kembalinya hubungan diplomatik kedua negara tersebut justru memantik kekecewaan dari rakyat Palestina. (Baca: Indonesia Panaskan Perang Drone Militer Masa Depan)
Pesawat Israel, El Al, yang membawa delegasi dari Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersama dengan kalangan jurnalis mendarat di Abu Dhabi untuk pembicaraan mengenai sentuhan akhir pembentukan pakta hubungan terbuka antara UEA dan Israel.
Para analis menilai, secara garis besar kesepakatan Israel-UEA tidak memberikan keuntungan bagi Palestina. Hubungan diplomatik itu bahkan dinilai membuat Palestina semakin terpinggirkan dalam upaya penyelesaian masalah Timur Tengah.
Sebelum dicapai kesepakatan pada 13 Agustus lalu, Israel tidak punya hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk. Hal ini sesuai dengan pemberlakuan undang-undang yang memboikot Israel yang dibuat UEA pada 1972 silam.
Sejak kesepakatan diplomatik itu, Israel dan negara-negara Teluk sama-sama mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan, yang mendorong kontak-kontak tidak resmi antara Israel dan negara-negara Teluk.
"Untuk rakyat Palestina, tidak ada keuntungan dari kesepakatan ini," ujar Emile Hokayem, ahli dari Institut Internasional untuk Studi di London, kemarin.
Tetapi bagi putra mahkota sekaligus penguasa de facto UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ), kesepakatan ini bisa menjadi pertaruhan kendati ada peluang yang sangat menguntungkan. "Dalam jangka pendek, rintangan bagi UEA sangat sedikit," kata Hokayem. (Baca juga: Gubernur Anies Bikin Bank DKI Borong Penghargaan)
Menurut dia, kesepakatan Israel dengan negara kaya minyak itu tidak akan memengaruhi stabilitas rezim UEA, tetapi mencerminkan perubahan geopolitik di kawasan yang citranya telah ternoda oleh keterlibatannya dalam perang Yaman.
Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kesepakatan itu sama dengan "pengkhianatan". Merespons kesepakatan tersebut, Duta Besar Palestina untuk UEA pun ditarik pulang. Pejabat senior Palestina, Hanan Ashrawi, mengatakan bahwa kesepakatan ini membuka kontak-kontak rahasia antara UEA dan Israel.
Ashrawi mengungkapkan, Jared Kushner, menantu Presiden Donald Trump dan penasihat Gedung Putih, berusaha untuk meyakinkan banyak pemimpin muslim dan negara Arab sehingga bisa menyukseskan Trump pada pemilu.
“Mereka hanya menjadi properti di latar belakang tanpa makna untuk kesepakatan menjijikkan yang tidak menghadirkan perdamaian di kawasan,” katanya dilansir Reuters.
Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menolak kesepakatan Israel-UEA dan menyebutnya sebagai hadiah bagi pendudukan dan kejahatan yang dilakukan Israel. “Kesepakatan itu menikam punggung rakyat kami,” demikian keterangan Hamas. (Lihat videonya: Seorang Pemuda Jadi Korban Penembakan di Jakarta Utara)
Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mengklaim para pejabatnya sedang melakukan serangkaian perundingan dengan negara-negara Arab untuk meningkatkan hubungan dengan Israel. (Muh Shamil)
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
(ysw)