Tentara Turki dan Yunani Berpotensi Bentrok di Libya

Sabtu, 18 Januari 2020 - 06:26 WIB
Tentara Turki dan Yunani Berpotensi Bentrok di Libya
Tentara Turki dan Yunani Berpotensi Bentrok di Libya
A A A
ATHENA - Yunani menawarkan untuk mengirim tentaranya ke Libya dengan misi memantau gencatan senjata dua kubu yang bertikai di negara tersebut. Namun, tawaran itu justru berpotensi menyebabkan bentrok tidak langsung antara tentara Yunani dan tentara Turki yang selama ini berseteru.

Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias, mengumumkan bahwa pemerintahnya bersedia mengerahkan pasukan ke negara Afrika Utara tersebut untuk memantau gencatan senjata antara Tentara Nasional Libya (LNA) dan pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli.

Tawaran itu diajukan setelah Dendias bertemu dengan pemimpin LNA, Jenderal Khalifa Haftar. Pasukan Haftar selama ini memerangi pasukan loyalis GNA di Tripoli. GNA merupakan pemerintah Libya yang diakui PBB.

Ankara telah memberikan dukungan penuh pada GNA dengan mengirim pasukan militernya untuk mendukung pemerintah. Ankara juga memperingatkan Haftar agar tidak melanjutkan serangan militernya.

Mantan diplomat Yunani, Leonidas Chrysanthopoulos, mengatakan situasi di Libya dapat memiliki implikasi geopolitik yang lebih luas. Menurutnya, pasukan Athena dapat terlibat konflik tidak langsung dengan pasukan Ankara karena kedua negara masih bersengketa soal pengeboran di lepas pantai Kreta.

Chrysanthopoulos mengatakan kepada Russia Today, yang dilansir Sabtu (18/1/2020), bahwa perjanjian ekonomi yang baru saja ditandatangani antara Turki dan GNA memengaruhi zona ekonomi Athena.

Dia meramalkan kehadiran tentara Yunani di Libya akan meningkatkan ketegangan, meski potensi bentrok dengan tentara Turki tidak akan rutin terjadi di wilayah Libya.

"Yunani tidak berusaha memprovokasi perselisihan dengan Turki dengan membuat pernyataan keras tentang Libya," kata Aleskey Khlebnikov, pakar Timur Tengah untuk Carnegie Moscow Centre, kepada Russia Today.

"(Yunani) ini hanya berusaha menarik lebih banyak perhatian dari negara-negara Eropa lainnya terhadap konflik dan membujuk para pemain utama Uni Eropa, seperti Jerman dan Prancis, untuk membuat beberapa langkah tegas untuk menyeimbangkan pihak-pihak yang bertikai di Libya," ujarnya.

Yunani adalah anggota Uni Eropa, dan blok Eropa itu saat ini tidak tertarik pada eskalasi apa pun di negara Afrika Utara itu. "Yunani tidak memiliki kemampuan militer yang cukup untuk melakukan operasi semacam itu. Bahkan jika itu diberikan, dukungan Yunani tidak akan cukup untuk memberikan Haftar keuntungan yang menentukan atas Perdana Menteri GNA, Fayez al-Sarraj," kata Khlebnikov.

Jurnalis senior media Arab yang berbasis di Inggris, Abdel Bari Atwan, berpikir bahwa pasukan Yunani di Libya bisa menjadi langkah pertama menuju perang proksi antara Ankara dan Athena. Alasannya, karena Turki telah mengirim pasukan untuk mendukung Tripoli.

Dia mencatat bahwa konflik di negara Afrika Utara itu berpotensi meningkat dan memecah belah NATO, serta akhirnya menyeret negara adidaya ke medan pertempuran.

Turki dan Yunani sebenarnya sama-sama anggota NATO, namun keduanya berseteru soal sengketa wilayah di Siprus yang sudah berlangsung beberapa dasawarsa. Kedua pihak sudah beberapa kali nyaris konfrontasi militer baik di laut maupun di udara.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3377 seconds (0.1#10.140)