Elon Musk: Singapura dan Banyak Negara Lain Menuju Kepunahan
loading...
A
A
A
Robot untuk Menyelamatkan?
Meskipun tren kesuburan mengkhawatirkan, kemajuan teknologi Singapura dapat membantu mengurangi dampak demografis, menurut artikel Newsweek, yang dikutip Mario Nawfal.
Negara-kota ini menempati peringkat kedua secara global dalam kepadatan robot, dengan 770 robot industri per 10.000 pekerja, menurut Federasi Robotika Internasional.
Keunggulan teknologi ini memungkinkan Singapura mengimbangi kekurangan tenaga kerjanya, terutama mengingat biaya tenaga kerjanya yang tinggi dan basis manufaktur yang kecil.
Musk, yang juga CEO Tesla, perusahaan yang berinvestasi besar dalam robot humanoid yang dirancang untuk melakukan tugas berulang dan berbahaya, tampak optimis tentang peran robotika dalam mengatasi tantangan tersebut.
Netizen Bereaksi terhadap Komentar Elon Musk
Komentar Musk dan tren demografi Singapura telah memicu berbagai reaksi daring. Sementara beberapa netizen menekankan kebijakan imigrasi Singapura yang kuat sebagai penyangga terhadap penurunan populasi, yang lain menyoroti masalah sosial dan ekonomi yang lebih dalam yang mendasari rendahnya angka kelahiran.
Netizen yang lain menunjuk pada faktor sosial dan ekonomi yang berkontribusi terhadap keengganan memiliki anak.
Meningkatnya biaya hidup, gaya hidup pas-pasan, dan kekhawatiran tentang stabilitas keuangan sering disebut sebagai hambatan untuk memulai atau memperluas keluarga.
Beban untuk memastikan masa depan yang aman bagi anak-anak di dunia yang semakin kompetitif tampaknya sangat membebani banyak individu.
Perjuangan Singapura dengan angka kelahiran yang rendah mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara maju.
Penurunan angka kelahiran mengancam pertumbuhan ekonomi jangka panjang, stabilitas sosial, dan keberlanjutan tenaga kerja.