Dilarang Lakukan Pembakaran Al Quran, Politisi Anti-Islam Denmark Sebut Swedia Lemah
loading...
A
A
A
COPENHAGEN - Pemimpin Partai Stram Kurs Denmark , Rasmus Paludan mengecam upaya otoritas Swedia untuk melarang pembakaran Al Quran sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi. Dia juga mengkritik apa yang disebutkan kepasifan polisi Swedia yang memungkinkan kekerasan meningkat.
(Baca juga : Mengenal e-POWER, Teknologi Andalan All-new Nissan Kicks e-POWER di Indonesia )
Paludan, yang awalnya bermaksud membakar sendiri Al Quran pekan lalu di Malmo, tetapi dilarang memasuki Swedia selama dua tahun karena risiko serius bagi keamanan nasional, mengkritik polisi Swedia karena kurang objektif, terlalu lunak dan membiarkan kekerasan.
“Polisi Denmark tidak akan pernah menerima itu. Polisi Swedia sangat pengecut," ucap Paludan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (31/8/2020).
( Baca Juga: Gara-Gara Masalah Sepele, Kavanagh Siksa McGregor Sampai Sulit Bernapas
Dia kemudian mengecam upaya pemerintah Swedia untuk menghentikan pembakaran Al Quran sebagai tindakan berlebihan, mengkritiknya sebagai penghalang kebebasan berekspresi dan berkumpul.
"Mereka melakukannya karena mereka tidak memiliki kendali sama sekali. Kekuatan fisik di Swedia sudah dipegang oleh Islam. 20 ribu polisi Swedia yang lemah, berhati ayam, dan feminin tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, kekuatan di Swedia, kekuatan fisik, terletak pada Islam," ungkapnya.
Politisi Denmark itu kemudian meramalkan masa depan yang suram untuk Skandinavia, mengingat perselisihan yang muncul antara apa yang dilihatnya sebagai kebebasan berekspresi dan Islamisme. Dia berjanji untuk melanjutkan pembakaran Al Quran di tanah Swedia. ( Baca juga: 100 Dokter Gugur Terpapar Covid-19, PB IDI Keluarkan Empat Instruksi Ini )
“Karena banyak penduduk Rosengård belum belajar bagaimana berperilaku dalam masyarakat Barat yang beradab, kita harus membakar Alquran di Rosengård sampai mereka memahaminya,” tukasnya.
(Baca juga : Mengenal e-POWER, Teknologi Andalan All-new Nissan Kicks e-POWER di Indonesia )
Paludan, yang awalnya bermaksud membakar sendiri Al Quran pekan lalu di Malmo, tetapi dilarang memasuki Swedia selama dua tahun karena risiko serius bagi keamanan nasional, mengkritik polisi Swedia karena kurang objektif, terlalu lunak dan membiarkan kekerasan.
“Polisi Denmark tidak akan pernah menerima itu. Polisi Swedia sangat pengecut," ucap Paludan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (31/8/2020).
( Baca Juga: Gara-Gara Masalah Sepele, Kavanagh Siksa McGregor Sampai Sulit Bernapas
Dia kemudian mengecam upaya pemerintah Swedia untuk menghentikan pembakaran Al Quran sebagai tindakan berlebihan, mengkritiknya sebagai penghalang kebebasan berekspresi dan berkumpul.
"Mereka melakukannya karena mereka tidak memiliki kendali sama sekali. Kekuatan fisik di Swedia sudah dipegang oleh Islam. 20 ribu polisi Swedia yang lemah, berhati ayam, dan feminin tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, kekuatan di Swedia, kekuatan fisik, terletak pada Islam," ungkapnya.
Politisi Denmark itu kemudian meramalkan masa depan yang suram untuk Skandinavia, mengingat perselisihan yang muncul antara apa yang dilihatnya sebagai kebebasan berekspresi dan Islamisme. Dia berjanji untuk melanjutkan pembakaran Al Quran di tanah Swedia. ( Baca juga: 100 Dokter Gugur Terpapar Covid-19, PB IDI Keluarkan Empat Instruksi Ini )
“Karena banyak penduduk Rosengård belum belajar bagaimana berperilaku dalam masyarakat Barat yang beradab, kita harus membakar Alquran di Rosengård sampai mereka memahaminya,” tukasnya.
(esn)