Zelensky Senang AS Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh Amerika
loading...
A
A
A
KYIV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky senang setelah Presiden Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengizinkan Kyiv menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh pasokan Amerika.
Respons Zelensky muncul setelah New York Times melaporkan bahwa Biden yang akan lengser telah membalikkan kebijakan lamanya untuk tidak mengizinkan Kyiv menggunakan rudal ATACMS guna menyerang target di wilayah Rusia yang diakui secara internasional.
Setelah laporan itu muncul, pemimpin Ukraina tersebut langsung mengumbar ancaman terselubung.
“Rencana untuk memperkuat Ukraina adalah 'Rencana Kemenangan', yang saya sampaikan kepada mitra kami. Salah satu poin utamanya adalah kemampuan jarak jauh untuk tentara kami. Hari ini, banyak pembicaraan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan masing-masing,” kata Zelensky pada akhir pidato videonya yang dirilis pada Minggu (17/11/2024) malam.
“Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Mereka pasti akan melakukannya,” imbuh dia.
Ukraina telah menggunakan rudal ATACMS pasokan Amerika dan SCALP-EG/Storm Shadow pasokan Inggris dan Prancis untuk menyerang target di Crimea dan empat bekas wilayah Ukraina lainnya yang bergabung dengan Rusia setelah 2014.
Pemerintahan Biden sebelumnya telah menolak permintaan Ukraina untuk perluasan serangan, dengan alasan kekhawatiran tentang kemungkinan eskalasi. Gedung Putih dan Pentagon menolak mengomentari laporan terbaru tentang pencabutan pembatasan.
Beberapa media Barat mengatakan bahwa Kyiv diperkirakan akan menggunakan kemampuan baru tersebut di dalam dan sekitar Wilayah Kursk Rusia, yang diserbu oleh Ukraina pada awal Agustus.
Pertempuran hebat telah dilaporkan terjadi di daerah tersebut saat pasukan Rusia melancarkan serangan yang bertujuan untuk mendorong pasukan Ukraina kembali melintasi perbatasan.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pada bulan September bahwa perluasan serangan jauh di dalam Rusia dengan menggunakan senjata Barat akan secara signifikan mengubah sifat konflik.
Dia berpendapat bahwa serangan semacam itu tidak mungkin dilakukan tanpa partisipasi personel asing. "Itu berarti bahwa negara-negara NATO terlibat langsung dalam konflik militer dengan Rusia," katanya pada saat itu.
Respons Zelensky muncul setelah New York Times melaporkan bahwa Biden yang akan lengser telah membalikkan kebijakan lamanya untuk tidak mengizinkan Kyiv menggunakan rudal ATACMS guna menyerang target di wilayah Rusia yang diakui secara internasional.
Setelah laporan itu muncul, pemimpin Ukraina tersebut langsung mengumbar ancaman terselubung.
“Rencana untuk memperkuat Ukraina adalah 'Rencana Kemenangan', yang saya sampaikan kepada mitra kami. Salah satu poin utamanya adalah kemampuan jarak jauh untuk tentara kami. Hari ini, banyak pembicaraan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan masing-masing,” kata Zelensky pada akhir pidato videonya yang dirilis pada Minggu (17/11/2024) malam.
“Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Mereka pasti akan melakukannya,” imbuh dia.
Ukraina telah menggunakan rudal ATACMS pasokan Amerika dan SCALP-EG/Storm Shadow pasokan Inggris dan Prancis untuk menyerang target di Crimea dan empat bekas wilayah Ukraina lainnya yang bergabung dengan Rusia setelah 2014.
Pemerintahan Biden sebelumnya telah menolak permintaan Ukraina untuk perluasan serangan, dengan alasan kekhawatiran tentang kemungkinan eskalasi. Gedung Putih dan Pentagon menolak mengomentari laporan terbaru tentang pencabutan pembatasan.
Beberapa media Barat mengatakan bahwa Kyiv diperkirakan akan menggunakan kemampuan baru tersebut di dalam dan sekitar Wilayah Kursk Rusia, yang diserbu oleh Ukraina pada awal Agustus.
Pertempuran hebat telah dilaporkan terjadi di daerah tersebut saat pasukan Rusia melancarkan serangan yang bertujuan untuk mendorong pasukan Ukraina kembali melintasi perbatasan.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan pada bulan September bahwa perluasan serangan jauh di dalam Rusia dengan menggunakan senjata Barat akan secara signifikan mengubah sifat konflik.
Dia berpendapat bahwa serangan semacam itu tidak mungkin dilakukan tanpa partisipasi personel asing. "Itu berarti bahwa negara-negara NATO terlibat langsung dalam konflik militer dengan Rusia," katanya pada saat itu.
(mas)