NATO Tahu Ukraina Kalah Perang Melawan Rusia, AS Bakal Kehilangan Muka
loading...
A
A
A
BRUSSELS - NATO sepenuhnya menyadari bahwa Ukraina perlahan-lahan kalah dalam perangnya melawan Rusia, dengan musim dingin yang sangat sulit diprediksi akan memperburuk situasi.
Situasi itu dilaporkan media berpengaruh Amerika Serikat (AS), Foreign Policy, mengutip para pejabat dan pakar Barat.
Para pejabat Barat memperingatkan bahwa kemenangan bagi Moskow akan memperkuat pengaruhnya di Eropa dan mengarah pada peningkatan kehadiran militer di dekat perbatasan NATO.
Sumber-sumber Foreign Policy meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan ketidakpastian di Washington.
Michael Bociurkiw, seorang pelobi di Atlantic Council yang berbicara dari Ukraina, menyatakan bahwa Kremlin telah memperhatikan adanya “kekosongan” kepemimpinan di Kyiv yang “menguji jaringan lunak” di Barat.
Menurut Bociurkiw, strategi tersebut dilaporkan efektif karena serangan rudal di kota-kota Ukraina telah meningkatkan kemungkinan kekurangan listrik dan pemanas di musim dingin.
Serangan Moskow terhadap pelabuhan Ukraina, menurut para pejabat Barat, juga telah merugikan logistik Kyiv.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa kerugian Ukraina membentuk kembali prospek strategis di AS dan Eropa Barat. Laporan itu juga menyoroti bahwa kemenangan Rusia akan menjadi kemunduran besar bagi Washington dan NATO.
Moskow menyoroti aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan NATO sebagai salah satu alasan utama untuk meluncurkan perang—yang oleh Rusia dinamai sebagai operasi militer khusus—terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Ruth Deyermond, pakar dari King's College London, mengatakan kepada media AS tersebut bahwa gencatan senjata akan menyebabkan Amerika kehilangan muka.
"Kekalahan Ukraina akan terlihat di seluruh dunia seolah-olah AS kalah dari Rusia. Setiap pengurangan dukungan AS juga akan terlihat seolah-olah AS telah dipaksa mundur oleh Rusia," katanya.
Pergeseran politik di AS dapat berarti penilaian ulang atas bantuan Washington untuk Ukraina, imbuh laporan Foreign Policy, yang dilansir Jumat (8/11/2024).
Para pakar memperingatkan bahwa hal ini dapat menandakan melemahnya jejak Amerika di panggung global.
Rusia telah mengintensifkan serangannya terhadap fasilitas militer dan energi Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan April, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap upaya Kyiv untuk menargetkan infrastruktur minyak Rusia, dengan menekankan bahwa fasilitas yang ditargetkan mendukung industri pertahanan Ukraina, dan bahwa serangan tersebut tidak menargetkan warga sipil.
Situasi itu dilaporkan media berpengaruh Amerika Serikat (AS), Foreign Policy, mengutip para pejabat dan pakar Barat.
Para pejabat Barat memperingatkan bahwa kemenangan bagi Moskow akan memperkuat pengaruhnya di Eropa dan mengarah pada peningkatan kehadiran militer di dekat perbatasan NATO.
Sumber-sumber Foreign Policy meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan ketidakpastian di Washington.
Michael Bociurkiw, seorang pelobi di Atlantic Council yang berbicara dari Ukraina, menyatakan bahwa Kremlin telah memperhatikan adanya “kekosongan” kepemimpinan di Kyiv yang “menguji jaringan lunak” di Barat.
Menurut Bociurkiw, strategi tersebut dilaporkan efektif karena serangan rudal di kota-kota Ukraina telah meningkatkan kemungkinan kekurangan listrik dan pemanas di musim dingin.
Serangan Moskow terhadap pelabuhan Ukraina, menurut para pejabat Barat, juga telah merugikan logistik Kyiv.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa kerugian Ukraina membentuk kembali prospek strategis di AS dan Eropa Barat. Laporan itu juga menyoroti bahwa kemenangan Rusia akan menjadi kemunduran besar bagi Washington dan NATO.
Moskow menyoroti aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan NATO sebagai salah satu alasan utama untuk meluncurkan perang—yang oleh Rusia dinamai sebagai operasi militer khusus—terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Ruth Deyermond, pakar dari King's College London, mengatakan kepada media AS tersebut bahwa gencatan senjata akan menyebabkan Amerika kehilangan muka.
"Kekalahan Ukraina akan terlihat di seluruh dunia seolah-olah AS kalah dari Rusia. Setiap pengurangan dukungan AS juga akan terlihat seolah-olah AS telah dipaksa mundur oleh Rusia," katanya.
Pergeseran politik di AS dapat berarti penilaian ulang atas bantuan Washington untuk Ukraina, imbuh laporan Foreign Policy, yang dilansir Jumat (8/11/2024).
Para pakar memperingatkan bahwa hal ini dapat menandakan melemahnya jejak Amerika di panggung global.
Rusia telah mengintensifkan serangannya terhadap fasilitas militer dan energi Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan April, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap upaya Kyiv untuk menargetkan infrastruktur minyak Rusia, dengan menekankan bahwa fasilitas yang ditargetkan mendukung industri pertahanan Ukraina, dan bahwa serangan tersebut tidak menargetkan warga sipil.
(mas)