Kisah Perjuangan Kakek Jepang yang Lolos dari Terjangan 3 Badai

Selasa, 31 Desember 2019 - 07:58 WIB
Kisah Perjuangan Kakek Jepang yang Lolos dari Terjangan 3 Badai
Kisah Perjuangan Kakek Jepang yang Lolos dari Terjangan 3 Badai
A A A
TATEYAMA - Akhir Desember biasanya menjadi waktu yang menggembirakan bagi Hirokazu Hashimoto. Dia sangat rajin mendekorasi rumahnya yang sudah dia singgahi selama 30 tahun. Namun, kali ini, dia tak memiliki semangat untuk merayakan Tahun Baru setelah rumahnya rusak berat akibat diterjang tiga badai.

“Saya sedang tidak mood untuk merayakan Tahun Baru sejak tiga kali mengalami musibah besar dalam waktu serempak,” kata nelayan berusia 61 tahun itu di Tateyama, Prefektur Chiba, Jepang, dikutip Asahi Shimbun. Tiga topan telah melintasi kawasan Kanto pada September dan Oktober dan merusak ribuan rumah.

Kerugian properti tidak hanya dirasakan warga Tateyama, melainkan juga Minami-Boso dan Kyonan. Sekitar 5.500 warga dari ketiga kota tersebut telah mengajukan dana subsidi kepada pemerintah lokal untuk merenovasi rumah. Namun, karena subsidi cair setelah renovasi selesai, hanya 32 orang yang terbantu.

Permasalahan itu muncul karena perusahaan konstruksi di Jepang kekurangan tenaga pekerja untuk melakukan renovasi dalam skala besar. Gelombang badai yang silih berganti juga menyebabkan perusahaan kewalahan. Akibatnya, sebagian warga seperti Hashimoto menjadi gelandangan di kota sendiri.

Hashimoto berada di rumahnya saat Topan No. 15 menghantam Tateyama. Angin bertiup kencang hingga membuat struktur bangunan goyah. Atap rumahnya juga beterbangan dan kaca jendela bergetar. Langit-langit tiba-tiba ambruk hingga memaksa Hashimoto melarikan diri ke lantai satu yang tergenang banjir.

“Dari tujuh ruangan, hanya dapur dan kamar yang tidak rusak,” kata Hashimoto. Sekitar 10 hari kemudian, listrik kembali menyala. Para sukarelawan membantunya memperbaiki atap rumahnya dengan plastik biru yang selalu terbang saat angin bertiup. Dia selalu siaga menggantinya tiga kali dalam sebulan.

Selain mengalami kerusakan rumah, Hashimoto juga bergantung kepada heater listrik kecil mengingat air conditioner (AC) dan selimut listriknya rusak. Dengan kondisi yang tidak kondusif, Hashimoto mengaku frustasi. Apalagi setelah melihat para tetangganya yang sudah menyerah dan meninggalkan Tateyama.

“Saya merasa kedinginan ketika angin menerpa. Saya tidak dapat tidur dan sebenarnya sudah tidak tahan berada di sini. Tapi, saya juga sangat mencintai lautan dan wilayah ini tidak dapat saya tinggalkan begitu saja,” kata Hashimoto. Hashimoto tak memiliki tempat untuk pulang sehingga dia tetap bertahan di sana.

Hashimoto rencananya akan pindah sementara menuju hunian gratis yang disediakan pemerintah selama dua tahun sambil memperbaiki rumahnya. Pemerintah Chiba menyatakan pihaknya telah menyediakan 13.409 bantuan hunian gratis terhadap korban bencana alam di Tateyama, Minami-Baso, dan Kyonan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4037 seconds (0.1#10.140)