Korea Utara Sebut Presiden Korea Selatan Picu Perang Nuklir

Minggu, 03 November 2024 - 16:05 WIB
loading...
Korea Utara Sebut Presiden...
Korea Utara sebut Presiden Korea Selatan picu perang nuklir. Foto/X/@SprinterFamily
A A A
PYONYANG - Media pemerintah Korea Utara merilis buku putih pada hari Minggu (3/11/2024) yang menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengekspos negaranya terhadap bahaya perang nuklir melalui kebijakannya terhadap Korea Utara.

Dokumen tersebut, yang disusun oleh Institut Studi Negara Musuh Korea Utara dan dirilis oleh kantor berita negara KCNA, mengkritik "pernyataan sembrono" Yoon tentang perang, mengabaikan unsur-unsur perjanjian antar-Korea, terlibat dalam perencanaan perang nuklir dengan Amerika Serikat, dan mengupayakan hubungan yang lebih erat dengan Jepang dan NATO.

"Langkah-langkah militernya yang semakin memburuk hanya menghasilkan konsekuensi paradoks karena mendorong (Korea Utara) untuk menimbun senjata nuklirnya dengan kecepatan eksponensial dan lebih jauh mengembangkan kemampuan serangan nuklirnya," kata surat kabar itu.

Yoon, seorang konservatif, telah mengambil sikap keras terhadap Korea Utara, yang telah terus maju dengan mengembangkan persenjataan senjata nuklir dan rudal balistiknya yang menentang resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pemerintahannya menyalahkan Korea Utara karena meningkatkan ketegangan dengan uji coba senjata dan menyediakan bantuan militer dan pasukan untuk membantu perang Rusia di Ukraina.



Pyongyang telah mengambil langkah-langkah untuk memutuskan hubungan antar-Korea, mendefinisikan ulang Korea Selatan sebagai negara musuh yang terpisah dan bermusuhan, sejak Kim Jong Un menyatakannya sebagai "musuh utama" awal tahun ini dan mengatakan penyatuan tidak mungkin lagi.

Korea Utara meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api antar-Korea di sisinya di perbatasan yang dijaga ketat antara kedua Korea bulan lalu, dan citra satelit menunjukkan bahwa sejak saat itu mereka telah membangun parit besar di bekas persimpangan tersebut.

Melansir CNA, kedua Korea secara teknis masih berperang setelah perang mereka tahun 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Kedua Korea juga telah berselisih mengenai balon-balon sampah yang diterbangkan sejak bulan Mei dari Korea Utara. Pyongyang mengatakan peluncuran tersebut merupakan respons terhadap balon yang dikirim oleh aktivis anti-rezim di Selatan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)