5 Fakta Rudal Balistik Antarbenua yang dikembangkan Korea Utara
loading...
A
A
A
Hwasong-15, yang pertama kali diuji pada tahun 2017, dilaporkan lebih kecil tetapi lebih mudah bergerak.
Setelah berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953, Seoul dan Pyongyang menandatangani perjanjian gencatan senjata, tetapi mereka tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian resmi dan Pyongyang melihat hubungan militer AS yang erat dengan Korea Selatan sebagai ancaman eksistensial.
Dalam beberapa dekade sejak gencatan senjata yang mengakhiri perang, Korea Utara semakin terisolasi di bawah kepemimpinan keluarga Kim – pertama Kim Il Sung, kemudian putranya Kim Jong Il, dan akhirnya cucunya, Kim Jong Un.
Korea Utara telah mengembangkan program nuklirnya sejak tahun 1980-an, yang dipandang sebagai cara untuk mencegah serangan oleh musuh yang lebih kuat, seperti AS, sekaligus membantu keluarga Kim mempertahankan cengkeraman kuat mereka atas negara tersebut.
Meskipun runtuhnya Uni Soviet merupakan bencana bagi Korea Utara, negara itu telah memperbarui hubungannya dengan Rusia baru-baru ini.
Korea Utara juga memiliki gudang senjata yang terdiri dari sedikitnya puluhan hulu ledak nuklir, tetapi kemungkinan besar memiliki bahan untuk membangun lebih banyak lagi. Uji coba nuklir terakhirnya dilakukan pada tahun 2017, dan dilaporkan 10 kali lebih kuat daripada bom yang dijatuhkan di Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Beberapa rudalnya yang diketahui termasuk rudal berbasis Scud, yang didasarkan pada teknologi era Soviet, dan rudal balistik jarak menengah No-Dong, yang telah beroperasi sejak 1990-an.
Baru-baru ini, Korea Utara telah melakukan uji coba rudal balistik jarak pendek KN-23 dan KN-25, tetapi masih belum diketahui apakah rudal tersebut berfungsi penuh.
Lihat Juga: Intelijen Kyiv: Pasukan Khusus Korut Habisi 8 Tentara Rusia karena Dikira Prajurit Ukraina
4. Menjaga Keamanan Nasional
Mengapa Korea Utara menginginkan begitu banyak senjata? Korea Utara memandang gudang persenjataannya sebagai cara untuk menjaga keamanan nasionalnya sejak pemerintahannya didirikan pada tahun 1948 dengan bantuan Uni Soviet.Setelah berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953, Seoul dan Pyongyang menandatangani perjanjian gencatan senjata, tetapi mereka tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian resmi dan Pyongyang melihat hubungan militer AS yang erat dengan Korea Selatan sebagai ancaman eksistensial.
Dalam beberapa dekade sejak gencatan senjata yang mengakhiri perang, Korea Utara semakin terisolasi di bawah kepemimpinan keluarga Kim – pertama Kim Il Sung, kemudian putranya Kim Jong Il, dan akhirnya cucunya, Kim Jong Un.
Korea Utara telah mengembangkan program nuklirnya sejak tahun 1980-an, yang dipandang sebagai cara untuk mencegah serangan oleh musuh yang lebih kuat, seperti AS, sekaligus membantu keluarga Kim mempertahankan cengkeraman kuat mereka atas negara tersebut.
Meskipun runtuhnya Uni Soviet merupakan bencana bagi Korea Utara, negara itu telah memperbarui hubungannya dengan Rusia baru-baru ini.
5. Mengembangkan Teknologi Warisan Soviet
Korea Utara telah melakukan berbagai peluncuran rudal dan uji coba nuklir sejak 1984, termasuk rudal jarak pendek dan menengah, rudal jelajah terbang rendah, dan rudal yang diluncurkan dari kapal selam, menurut Proyek Pertahanan Rudal CSIS.Korea Utara juga memiliki gudang senjata yang terdiri dari sedikitnya puluhan hulu ledak nuklir, tetapi kemungkinan besar memiliki bahan untuk membangun lebih banyak lagi. Uji coba nuklir terakhirnya dilakukan pada tahun 2017, dan dilaporkan 10 kali lebih kuat daripada bom yang dijatuhkan di Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Beberapa rudalnya yang diketahui termasuk rudal berbasis Scud, yang didasarkan pada teknologi era Soviet, dan rudal balistik jarak menengah No-Dong, yang telah beroperasi sejak 1990-an.
Baru-baru ini, Korea Utara telah melakukan uji coba rudal balistik jarak pendek KN-23 dan KN-25, tetapi masih belum diketahui apakah rudal tersebut berfungsi penuh.
Lihat Juga: Intelijen Kyiv: Pasukan Khusus Korut Habisi 8 Tentara Rusia karena Dikira Prajurit Ukraina
(ahm)