AS Larang Ukraina Tembaki Rusia dengan Rudal ATACMS, Ini Alasan Bos Pentagon
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) tetap berpegang pada kebijakan lamanya untuk melarang Ukraina melancarkan serangan jarak jauh ke wilayah Rusia dengan rudal ATACMS.
Menteri Pertahanan atau Kepala Pentagon Lloyd Austin mengatakan Amerika tidak mencabut larangannya karena tidak ada lagi target militer yang valid dalam jangkauan ATACMS (MGM-140 Army Tactical Missile System).
Dalam wawancara dengan Fox News, Austin ditanya mengapa pemerintahan Presiden AS Joe Biden secara konsisten menolak permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mencabut pembatasan penembakan rudal ATACMS, yang memiliki jangkauan sekitar 300 km, ke target di tanah Rusia.
"Rusia telah memindahkan pesawat mereka ke luar jangkauan ATACMS," jawab Austin, yang dilansir Russia Today, Kamis (24/10/2024).
Dia menambahkan bahwa Ukraina sekarang mampu memproduksi pesawat nirawaknya sendiri, yang dapat menyerang target pada jarak 400 km atau lebih.
Mencabut pembatasan Barat atas penggunaan senjata jarak jauh buatan asing beserta undangan untuk segera bergabung dengan NATO adalah dua tuntutan utama dari "rencana kemenangan" Zelensky.
Moskow telah menolak usulan Kyiv sebagai “serangkaian slogan yang tidak koheren” yang dimaksudkan untuk mendorong anggota NATO menuju konflik langsung dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan negara-negara Barat agar tidak membiarkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh mereka untuk menyerang Rusia, dengan mencatat bahwa hal ini dapat menyebabkan konfrontasi langsung dan kemungkinan perang nuklir.
Putin berpendapat bahwa Kyiv tidak akan dapat melakukan serangan tersebut sendiri karena serangan itu bergantung pada data penargetan yang diberikan oleh NATO.
Dia juga telah memerintahkan doktrin nuklir negara tersebut untuk diperbarui guna memperlakukan agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir mana pun, tetapi dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir sebagai serangan bersama. Tindakan agresi semacam itu sekarang akan dianggap sebagai dasar penggunaan senjata nuklir Rusia.
The New York Times juga melaporkan pada bulan September bahwa mata-mata AS percaya bahwa jika Washington membalikkan kebijakannya mengenai serangan jarak jauh, Moskow dapat melancarkan pembalasan yang keras, termasuk sabotase yang menargetkan fasilitas di Eropa dan serangan yang berpotensi mematikan terhadap pangkalan militer AS dan Eropa.
Menteri Pertahanan atau Kepala Pentagon Lloyd Austin mengatakan Amerika tidak mencabut larangannya karena tidak ada lagi target militer yang valid dalam jangkauan ATACMS (MGM-140 Army Tactical Missile System).
Dalam wawancara dengan Fox News, Austin ditanya mengapa pemerintahan Presiden AS Joe Biden secara konsisten menolak permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mencabut pembatasan penembakan rudal ATACMS, yang memiliki jangkauan sekitar 300 km, ke target di tanah Rusia.
"Rusia telah memindahkan pesawat mereka ke luar jangkauan ATACMS," jawab Austin, yang dilansir Russia Today, Kamis (24/10/2024).
Dia menambahkan bahwa Ukraina sekarang mampu memproduksi pesawat nirawaknya sendiri, yang dapat menyerang target pada jarak 400 km atau lebih.
Mencabut pembatasan Barat atas penggunaan senjata jarak jauh buatan asing beserta undangan untuk segera bergabung dengan NATO adalah dua tuntutan utama dari "rencana kemenangan" Zelensky.
Moskow telah menolak usulan Kyiv sebagai “serangkaian slogan yang tidak koheren” yang dimaksudkan untuk mendorong anggota NATO menuju konflik langsung dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan negara-negara Barat agar tidak membiarkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh mereka untuk menyerang Rusia, dengan mencatat bahwa hal ini dapat menyebabkan konfrontasi langsung dan kemungkinan perang nuklir.
Putin berpendapat bahwa Kyiv tidak akan dapat melakukan serangan tersebut sendiri karena serangan itu bergantung pada data penargetan yang diberikan oleh NATO.
Dia juga telah memerintahkan doktrin nuklir negara tersebut untuk diperbarui guna memperlakukan agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir mana pun, tetapi dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir sebagai serangan bersama. Tindakan agresi semacam itu sekarang akan dianggap sebagai dasar penggunaan senjata nuklir Rusia.
The New York Times juga melaporkan pada bulan September bahwa mata-mata AS percaya bahwa jika Washington membalikkan kebijakannya mengenai serangan jarak jauh, Moskow dapat melancarkan pembalasan yang keras, termasuk sabotase yang menargetkan fasilitas di Eropa dan serangan yang berpotensi mematikan terhadap pangkalan militer AS dan Eropa.
(mas)