5 Dosa Israel terhadap PBB yang Mengejutkan, Terbaru Serang Pasukan Perdamaian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Riwayat “dosa” Israel terhadap PBB bisa ditelusuri sejak beberapa tahun lalu. Terbaru, tentara Zionis kedapatan menyerang UNIFIL, pasukan perdamaian yang dibentuk guna membantu memulihkan situasi konflik di wilayah perbatasan Israel dan Lebanon.
Sejak didirikan sebagai negara, Israel telah banyak membuat masalah di dunia. Bukan hanya soal mencaplok wilayah Palestina dan melakukan genosida di sana, rezim Zionis juga sering berkonflik dengan negara-negara lain di sekitarnya.
Berbagai masalah yang ditimbulkan Israel ini sebenarnya berusaha ditangani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akan tetapi, Tel Aviv seakan tidak tahu diri dan berulang kali menodai usaha-usaha yang dilakukan PBB.
“Dosa” Israel Terhadap PBB
United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) merupakan pasukan penjaga perdamaian yang didirikan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada Maret 1978. Tujuan utama pendiriannya adalah membantu memulihkan situasi konflik di wilayah perbatasan Israel dan Lebanon.
Menyusul langkah invasi yang dilakukan Israel ke Lebanon, tentara Zionis dilaporkan ikut menyerang UNIFIL. Mereka menembaki pasukan penjaga perdamaian PBB tersebut yang tengah berjaga di posisinya.
PBB melaporkan bahwa markas besar UNIFIL di Naqoura dan posisi-posisi di dekatnya telah berulang kali diserang tentara Israel. Padahal, setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian itu termasuk pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan resolusi Dewan Keamanan 1701.
Meski Palestina juga menolaknya, posisi Israel dalam hal ini bisa dibilang lebih “tidak tahu diri”. Tak puas mencaplok wilayah milik Palestina dan melakukan genosida, rezim Zionis ingin lebih dari itu.
Penolakan solusi dua negara ditegaskan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia menentang gagasan Negara Palestina dan masa depan pascaperang bagi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang didukung oleh Amerika Serikat.
Aksi Israel itu sebenarnya sudah membuat PBB marah. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sebelumnya menyebut penolakan Israel terhadap solusi dua negara “tidak dapat diterima” karena akan memperpanjang konflik tanpa batas dan menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan global.
Sejak didirikan sebagai negara, Israel telah banyak membuat masalah di dunia. Bukan hanya soal mencaplok wilayah Palestina dan melakukan genosida di sana, rezim Zionis juga sering berkonflik dengan negara-negara lain di sekitarnya.
Berbagai masalah yang ditimbulkan Israel ini sebenarnya berusaha ditangani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akan tetapi, Tel Aviv seakan tidak tahu diri dan berulang kali menodai usaha-usaha yang dilakukan PBB.
“Dosa” Israel Terhadap PBB
1. Israel Menyerang UNIFIL
United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) merupakan pasukan penjaga perdamaian yang didirikan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada Maret 1978. Tujuan utama pendiriannya adalah membantu memulihkan situasi konflik di wilayah perbatasan Israel dan Lebanon.
Menyusul langkah invasi yang dilakukan Israel ke Lebanon, tentara Zionis dilaporkan ikut menyerang UNIFIL. Mereka menembaki pasukan penjaga perdamaian PBB tersebut yang tengah berjaga di posisinya.
PBB melaporkan bahwa markas besar UNIFIL di Naqoura dan posisi-posisi di dekatnya telah berulang kali diserang tentara Israel. Padahal, setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian itu termasuk pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan resolusi Dewan Keamanan 1701.
2. Menolak Solusi Dua Negara
Meski Palestina juga menolaknya, posisi Israel dalam hal ini bisa dibilang lebih “tidak tahu diri”. Tak puas mencaplok wilayah milik Palestina dan melakukan genosida, rezim Zionis ingin lebih dari itu.
Penolakan solusi dua negara ditegaskan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia menentang gagasan Negara Palestina dan masa depan pascaperang bagi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang didukung oleh Amerika Serikat.
Aksi Israel itu sebenarnya sudah membuat PBB marah. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sebelumnya menyebut penolakan Israel terhadap solusi dua negara “tidak dapat diterima” karena akan memperpanjang konflik tanpa batas dan menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan global.