Eropa Perkeras Tekanan pada Iran Tapi Tanpa Ancaman Sanksi

PARIS - Negara-negara Eropa yang terlibat kesepakatan nuklir Iran akan memulai proses resolusi perselisihan pada Januari untuk memaksa Teheran menghentikan pelanggarannya. Meski demikian, Eropa tidak terburu-buru menerapkan kembali sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan mengakhiri kesepakatan nuklir itu.

Iran mengkritik Inggris, Prancis dan Jerman karena gagal menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 dengan melindungi ekonomi Iran dari sanksi Amerika Serikat (AS) yang kembali diterapkan sejak tahun lalu setelah Washington keluar dari kesepakatan itu.

Tujuan kesepakatan itu untuk memperpanjang waktu Iran mengumpulkan material fisil untuk satu bom atom menjadi satu tahun dari 2-3 bulan. Eropa khawatir langkah terbaru Iran akan mempercepat waktu tersebut.

Enam diplomat Eropa dan Barat menyatakan, Inggris, Prancis, dan Jerman sepakat memulai proses resolusi perselisihan. "Meluncurkan proses itu bertujuan menyelesaikan isu problematik dan menyelamatkan kesepakatan. Ini tidak otomatis sanksi PBB akan mengikuti. Jika kami putuskan melakukan itu (menerapkan lagi sanksi PBB) itu berarti kami memutuskan memasang paku terakhir di peti jenazah," ungkap seorang sumber diplomat Eropa pada Reuters.

Sesuai kesepakatan 2015, jika ada salah satu pihak yakin pihak lain tidak melaksanakan komitmen, mereka dapat mengajukan masalah itu ke Komisi Gabungan yang terdiri atas Iran, Rusia, China, tiga negara Eropa dan Uni Eropa (UE).

Mereka kemudian memiliki waktu 15 hari untuk menyelesaikan perbedaan mereka, tapi dapat memilih memperpanjang periodenya dengan konsensus semua pihak. Jika belum juga tercapai kesepakatan maka berbagai sanksi dapat kembali diterapkan sesuai resolusi PBB, kecuali Dewan Keamanan PBB mengambil keputusan lain.