Rusia Ungkap Perang Gaza Terus Berlanjut karena AS dan Israel Keras Kepala
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sikap Israel dan Amerika Serikat (AS) yang tidak kenal kompromi membuat konflik di Gaza, yang telah berkecamuk selama lebih dari setahun, mustahil untuk diakhiri.
Pendapat itu diungkapkan Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia saat berbicara pada sesi Dewan Keamanan PBB yang didedikasikan untuk krisis di Timur Tengah pada Selasa (8/10/2024).
Serangan terhadap Israel oleh kelompok pejuang Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 250 orang, merupakan “tragedi” yang sekarang digunakan untuk membenarkan “hukuman kolektif massal yang kejam dan tidak manusiawi terhadap warga Palestina,” menurut utusan Rusia tersebut.
“Warga Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang belum pernah terlihat sejak Perang Dunia Kedua,” tegas dia.
Nebenzia mencatat akibat operasi darat dan udara Israel, hampir 42.000 orang, terutama wanita dan anak-anak, telah tewas di Gaza tahun lalu, dan jumlah yang terluka dan hilang mendekati 100.000 orang, sementara 2 juta warga Palestina lainnya mengungsi di dalam negeri.
"Ini adalah hasil dari keras kepala kepemimpinan Israel dan dukungan sekutu Amerika... yang tidak mengizinkan Dewan Keamanan menghentikan siklus kekerasan yang kejam ini," tegas Nebenzia.
Washington memveto beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza sebelum akhirnya mengizinkan dokumen tersebut disahkan pada akhir Maret 2024.
Menurut laporan oleh Watson Institute for International and Public Affairs awal pekan ini, AS telah memberi Israel bantuan militer senilai USD17,9 miliar selama setahun terakhir.
Sebagian besar pengiriman dari Amerika adalah amunisi, termasuk peluru artileri dan bom seberat 2.000 pon (907 kg), menurut laporan tersebut.
"Situasi bencana di Gaza seharusnya hanya diselesaikan melalui cara diplomatik dengan partisipasi semua negara di Timur Tengah dan pemain internasional utama,” papar Nebenzia.
"Tujuan bersama kita adalah untuk memastikan pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, untuk menghentikan pertumpahan darah yang berisiko melanda seluruh Timur Tengah," ungkap dia.
“Para anggota DK PBB juga harus menjamin pelaksanaan hak sah Palestina untuk menentukan nasib sendiri, yang akan memungkinkan mereka untuk mendirikan negara yang layak di dalam batas wilayah tahun 1967 dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” papar utusan Rusia itu.
Pendapat itu diungkapkan Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia saat berbicara pada sesi Dewan Keamanan PBB yang didedikasikan untuk krisis di Timur Tengah pada Selasa (8/10/2024).
Serangan terhadap Israel oleh kelompok pejuang Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 250 orang, merupakan “tragedi” yang sekarang digunakan untuk membenarkan “hukuman kolektif massal yang kejam dan tidak manusiawi terhadap warga Palestina,” menurut utusan Rusia tersebut.
“Warga Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang belum pernah terlihat sejak Perang Dunia Kedua,” tegas dia.
Nebenzia mencatat akibat operasi darat dan udara Israel, hampir 42.000 orang, terutama wanita dan anak-anak, telah tewas di Gaza tahun lalu, dan jumlah yang terluka dan hilang mendekati 100.000 orang, sementara 2 juta warga Palestina lainnya mengungsi di dalam negeri.
"Ini adalah hasil dari keras kepala kepemimpinan Israel dan dukungan sekutu Amerika... yang tidak mengizinkan Dewan Keamanan menghentikan siklus kekerasan yang kejam ini," tegas Nebenzia.
Washington memveto beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza sebelum akhirnya mengizinkan dokumen tersebut disahkan pada akhir Maret 2024.
Menurut laporan oleh Watson Institute for International and Public Affairs awal pekan ini, AS telah memberi Israel bantuan militer senilai USD17,9 miliar selama setahun terakhir.
Sebagian besar pengiriman dari Amerika adalah amunisi, termasuk peluru artileri dan bom seberat 2.000 pon (907 kg), menurut laporan tersebut.
"Situasi bencana di Gaza seharusnya hanya diselesaikan melalui cara diplomatik dengan partisipasi semua negara di Timur Tengah dan pemain internasional utama,” papar Nebenzia.
"Tujuan bersama kita adalah untuk memastikan pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, untuk menghentikan pertumpahan darah yang berisiko melanda seluruh Timur Tengah," ungkap dia.
“Para anggota DK PBB juga harus menjamin pelaksanaan hak sah Palestina untuk menentukan nasib sendiri, yang akan memungkinkan mereka untuk mendirikan negara yang layak di dalam batas wilayah tahun 1967 dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” papar utusan Rusia itu.
(sya)