Ironi Kegagalan Kim Jong-un Tangani Banjir Bandang di Korea Utara
loading...
A
A
A
Kunjungan Kim Jong-un ke daerah yang dilanda banjir merupakan sebuah show untuk menampilkan citra sebagai pemimpin yang baik hati dan mencintai rakyat, namun itu dianggap sebagai langkah yang konyol. Inspeksi yang dilakukan dengan perahu tanpa tujuan jelas dan narasi tentang kendaraannya yang terendam banjir justru memicu reaksi negatif dari warga.
Rodong Sinmun, media Korea Utara, menyatakan bahwa kerusakan akibat banjir disebabkan oleh hujan lebat dari China, secara halus mengalihkan kesalahan kepada China, bukan kepada otoritas Korea Utara. Kim Jong-un juga berusaha mengatasi situasi ini dengan memecat pejabat tinggi, seperti gubernur dan kepala polisi di wilayah banjir, untuk menutupi kegagalan manajemennya sendiri.
Namun, fakta yang jelas adalah bahwa Kim Jong-un harus mengambil tanggung jawab terbesar. Faktanya, semua bencana alam di Korea Utara merupakan bencana buatan manusia. ‘’Lebih tepatnya, ini adalah bencana buatan manusia yang disebabkan oleh Kim Jong-un,’’ ungkap Chung Eui-sung.
‘’Tidakkah dia merasa malu hanya dengan menyalahkan para eksekutif karena gagal mengambil langkah pencegahan yang tepat terhadap kerusakan akibat banjir? Fakta bahwa kerusakan akibat banjir besar terus berulang setiap tahun membuktikan bahwa banjir tersebut tidak dicegah secara sengaja,’’ jelasnya. Menurut Chung Eui-sung, jika saja setengah dari anggaran militer untuk senjata nuklir dan rudal dialokasikan untuk perekonomian, kerusakan akibat banjir tidak akan begitu signifikan, atau bahkan dapat dicegah.
Chung Eui-sung kemudian menceritakan bagaimana buruknya buruknya penanganan banjir di Korea Utara. Ketika warga Korea Utara mendengar ramalan cuaca tentang hujan lebat atau angin topan, mereka tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena khawatir.
Akibat konstruksi yang buruk di mana-mana, bahkan apartemen- apartemen modern pun mengalami kebocoran air dari langit-langit. Selain itu, karena fasilitas drainase yang buruk, air sering meluap ke pintu masuk gedung. Kecelakaan sengatan listrik, baik pada manusia maupun ternak, sering terjadi akibat robohnya tiang listrik.
Karena tidak ada pepohonan di pegunungan, ketika hujan deras turun, sungai meluap dengan cepat dan menghantam desa-desa. Banjir di Sinuiju juga dilaporkan terjadi ketika Sungai Yalu yang meluap tidak bisa mengalir ke laut dan meluap melewati tanggul.
Chung Eui-sung mengungkapkan investasi besar seharusnya diprioritaskan untuk mencegah kerusakan akibat banjir. Namun, kenyataannya meskipun Korea Utara memiliki dana untuk membangun senjata nuklir dan meluncurkan rudal, tapi mereka tidak memiliki anggaran untuk pencegahan bencana alam.
‘’Wajah asli Kim Jong-un terlihat ketika dia menghabiskan anggaran untuk fasilitas propaganda pemujaan keluarga Kim, sementara bersikap acuh tak acuh terhadap pemulihan dan kompensasi atas kerusakan akibat banjir. Ia malah berkonsentrasi pada pemulihan dampak banjir dengan mengambil sumber daya dari daerah lain yang tidak terlalu terdampak,’’ papar pembelot dari Korea Utara ini.
Rodong Sinmun, media Korea Utara, menyatakan bahwa kerusakan akibat banjir disebabkan oleh hujan lebat dari China, secara halus mengalihkan kesalahan kepada China, bukan kepada otoritas Korea Utara. Kim Jong-un juga berusaha mengatasi situasi ini dengan memecat pejabat tinggi, seperti gubernur dan kepala polisi di wilayah banjir, untuk menutupi kegagalan manajemennya sendiri.
Namun, fakta yang jelas adalah bahwa Kim Jong-un harus mengambil tanggung jawab terbesar. Faktanya, semua bencana alam di Korea Utara merupakan bencana buatan manusia. ‘’Lebih tepatnya, ini adalah bencana buatan manusia yang disebabkan oleh Kim Jong-un,’’ ungkap Chung Eui-sung.
‘’Tidakkah dia merasa malu hanya dengan menyalahkan para eksekutif karena gagal mengambil langkah pencegahan yang tepat terhadap kerusakan akibat banjir? Fakta bahwa kerusakan akibat banjir besar terus berulang setiap tahun membuktikan bahwa banjir tersebut tidak dicegah secara sengaja,’’ jelasnya. Menurut Chung Eui-sung, jika saja setengah dari anggaran militer untuk senjata nuklir dan rudal dialokasikan untuk perekonomian, kerusakan akibat banjir tidak akan begitu signifikan, atau bahkan dapat dicegah.
Chung Eui-sung kemudian menceritakan bagaimana buruknya buruknya penanganan banjir di Korea Utara. Ketika warga Korea Utara mendengar ramalan cuaca tentang hujan lebat atau angin topan, mereka tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena khawatir.
Akibat konstruksi yang buruk di mana-mana, bahkan apartemen- apartemen modern pun mengalami kebocoran air dari langit-langit. Selain itu, karena fasilitas drainase yang buruk, air sering meluap ke pintu masuk gedung. Kecelakaan sengatan listrik, baik pada manusia maupun ternak, sering terjadi akibat robohnya tiang listrik.
Karena tidak ada pepohonan di pegunungan, ketika hujan deras turun, sungai meluap dengan cepat dan menghantam desa-desa. Banjir di Sinuiju juga dilaporkan terjadi ketika Sungai Yalu yang meluap tidak bisa mengalir ke laut dan meluap melewati tanggul.
Chung Eui-sung mengungkapkan investasi besar seharusnya diprioritaskan untuk mencegah kerusakan akibat banjir. Namun, kenyataannya meskipun Korea Utara memiliki dana untuk membangun senjata nuklir dan meluncurkan rudal, tapi mereka tidak memiliki anggaran untuk pencegahan bencana alam.
‘’Wajah asli Kim Jong-un terlihat ketika dia menghabiskan anggaran untuk fasilitas propaganda pemujaan keluarga Kim, sementara bersikap acuh tak acuh terhadap pemulihan dan kompensasi atas kerusakan akibat banjir. Ia malah berkonsentrasi pada pemulihan dampak banjir dengan mengambil sumber daya dari daerah lain yang tidak terlalu terdampak,’’ papar pembelot dari Korea Utara ini.
(ahm)