China Dituduh Copot Gambar Yesus di Gereja, Diganti dengan Xi Jinping

Minggu, 06 Oktober 2024 - 11:44 WIB
loading...
China Dituduh Copot...
Otoritas berwenang China dituduh mencopot gambar Yesus dan Perawan Maria di beberapa gereja, menggantinya dengan gambar Presiden Xi Jinping da Mao Zedong. Foto/Bitter Winter
A A A
BEIJING - Pada bulan Maret lalu, pihak berwenang di Provinsi Anhui, China, memerintahkan pencopotan salib dari sebuah gereja di Yongqing, dengan alasan “bahaya keselamatan" yang tidak disebutkan. Padahal, salib tersebut telah terpasang dengan aman selama bertahun-tahun.

Menurut sebuah laporan di surat kabar Inggris; The Telegraph, Minggu (6/10/2024), kelompok ChinaAid yang berbasis di Amerika Serikat (AS) mengeklaim perintah tersebut tidak berdasar secara hukum dan mungkin berasal dari otoritas yang lebih tinggi.

Insiden ini jadi sorotan dalam laporan Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), yang menuduh China memperketat kontrol atas agama, khususnya Kristen Katolik dan Protestan, dengan menyingkirkan salib, mengganti gambar keagamaan dengan gambar politik, dan menyensor teks-teks keagamaan.



Laporan tersebut mencatat contoh-contoh gereja yang mengganti gambar Yesus dan Perawan Maria dengan gambar Presiden Xi Jinping da Mao Zedong.

Beberapa gereja bahkan dipaksa untuk memajang slogan-slogan Partai Komunis China (CCP) dan mengajarkan ideologi partai selama kebaktian, menggantikan ajaran agama tradisional.

Di bawah kepemimpinan Xi, China telah mengintensifkan upaya untuk “mensinisasikan” agama, mendorong organisasi-organisasi keagamaan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai CCP.

Tindakan keras ini telah memengaruhi umat Buddha, Katolik, Protestan, Muslim, dan Tao, dengan banyak elemen agama yang disingkirkan karena tidak sejalan dengan agenda negara.

Pembatasan praktik keagamaan telah memburuk sejak 2018, karena peraturan yang direvisi tentang urusan keagamaan memberlakukan kontrol pemerintah yang lebih ketat. Hal ini khususnya berdampak pada "gereja rumah" informal yang tidak disetujui oleh negara, yang menyebabkan peningkatan pengawasan, penutupan, dan penangkapan para pemimpin agama.

Umat Kristen di China telah melaporkan peningkatan pengawasan, dengan tuan tanah komersial menolak untuk menyewakan tempat kepada gereja-gereja yang tidak disetujui karena tekanan dari pihak berwenang. Anak-anak juga dilarang keras untuk mengikuti pendidikan agama, dengan negara secara agresif menegakkan aturan-aturan tersebut.

Beberapa umat Kristen, seperti pemilik pabrik Wu Lixin, telah meninggalkan China karena pelecehan dari pihak berwenang. Wu menceritakan bahwa dia dipanggil untuk diinterogasi oleh polisi dan menghadapi penggerebekan yang sering terjadi pada pertemuan keagamaan. Putranya bahkan menghadapi diskriminasi di tempat kerja karena keyakinan mereka.

Polisi telah mengganggu banyak kegiatan gereja, dari upacara pembaptisan hingga pertemuan rutin, dan memaksa umat Kristen untuk mengadopsi praktik-praktik rahasia seperti bertemu di hotel atau kedai teh. Meskipun ada upaya-upaya ini, banyak umat Kristen terpaksa berhenti beraktvitas atau meninggalkan negara itu.

Para pemimpin dan anggota gereja secara teratur dipantau dan dilecehkan, dengan polisi memutus aliran listrik untuk pertemuan dan mengakhiri kontrak sewa. Orang tua khususnya menghadapi kesulitan karena mereka dilarang mengajarkan agama mereka kepada anak-anak mereka.

Pemerintah China membantah tuduhan tersebut, dengan mengeklaim laporan USCIRF mendistorsi fakta dan bahwa negara tersebut melindungi kebebasan beragama.

China bersikeras bahwa kebijakan keagamaannya sah dan menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negara.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
DPR AS Kenalkan RUU...
DPR AS Kenalkan RUU untuk Bongkar 'Polisi Rahasia' China di Tanah Amerika
Tentara China Ikut Perang...
Tentara China Ikut Perang Sokong Rusia Melawan Ukraina, AS Cemas
Memanas, Beijing Sebut...
Memanas, Beijing Sebut Wapres AS JD Vance Bodoh Gara-gara Komentar tentang Petani China
Elon Musk ingin Trump...
Elon Musk ingin Trump Batalkan Tarif, Apa Alasannya?
Pria Ini Hendak Ziarah...
Pria Ini Hendak Ziarah Makam Leluhur, tapi Kuburan Lenyap Jadi Ladang Tebu
Balas Tarif Trump, Cara...
Balas Tarif Trump, Cara China Ini Bisa Buyarkan Proyek Jet Tempur Siluman F-47 AS
Wanita Ini Tidur di...
Wanita Ini Tidur di Toilet Kantornya karena Tak Mampu Sewa Rumah, Itu Pun Bayar Rp116.000 Per Bulan
Misi Pencarian Baru...
Misi Pencarian Baru MH370 Ditangguhkan Hanya Beberapa Hari Setelah Dimulai
Korban Tewas Kelab Malam...
Korban Tewas Kelab Malam Ambruk Nyaris 100 Orang, Ada Teriakan Minta Tolong dari Reruntuhan
Rekomendasi
Miliarder Amerika Ramai-ramai...
Miliarder Amerika Ramai-ramai Kecam Tarif Trump, Siapa Saja?
Fitur Barang Gratis...
Fitur Barang Gratis OLX Diminati Pengguna, Selebgram Awkarin Turut Berbagi
4 Fakta Pertemuan Prabowo...
4 Fakta Pertemuan Prabowo dan Megawati: Silaturahmi, Strategi, serta Masa Depan Bangsa
Berita Terkini
Penembakan Guncang AS,...
Penembakan Guncang AS, 3 Tewas, 3 Luka, Pelaku Kabur
2 jam yang lalu
Politisi Filipina Ini...
Politisi Filipina Ini Tawarkan Diri Tiduri Ibu-ibu Kesepian dalam Pidato Kampanye
2 jam yang lalu
Daftar 6 Komandan Terkenal...
Daftar 6 Komandan Terkenal Hamas yang Dibunuh Zionis Israel sejak Perang Gaza Pecah
3 jam yang lalu
DPR AS Kenalkan RUU...
DPR AS Kenalkan RUU untuk Bongkar 'Polisi Rahasia' China di Tanah Amerika
5 jam yang lalu
Adik Kim Jong-un: Tak...
Adik Kim Jong-un: Tak Peduli dengan AS, Status Korut Negara Bersenjata Nuklir Tak Bisa Dibatalkan
5 jam yang lalu
Kelab Malam Dominika...
Kelab Malam Dominika Runtuh saat Penyanyi Rubby Perez Manggung, 79 Orang Tewas
6 jam yang lalu
Infografis
3 Kapal Perusak Tipe...
3 Kapal Perusak Tipe 055 China Berlatih di Berbagai Wilayah Laut
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved