1 Tahun Serangan 7 Oktober, Bagaimana Invasi Hamas Memicu Perang Berdarah di Timur Tengah?

Sabtu, 05 Oktober 2024 - 19:35 WIB
loading...
A A A
Respons lambat terhadap perang Gaza di masa lalu pada tahun 2008-09, 2012, 2014, dan 2021 memberikan sedikit alasan untuk percaya diri bahwa pemulihan dari krisis saat ini akan lebih lancar, kata Omar Shaban, pendiri lembaga pemikir PalThink for Strategic Studies yang berbasis di Gaza.

Pemerintah daerah di masa lalu telah menjanjikan sejumlah besar dana, tetapi kemudian gagal mencairkannya.

Blokade Israel terhadap Gaza, yang diberlakukan setelah Hamas menguasai wilayah tersebut pada tahun 2007, masih berlaku dengan tegas, yang secara tajam membatasi akses ke bahan bangunan.

“Orang-orang sudah muak,” kata Shaban. “Mereka telah kehilangan kepercayaan bahkan sebelum perang dimulai.”

Namun pada hari Jumat, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan kepada Al Arabiya English bahwa mereka akan terus melakukan tindakan apa pun untuk membawa kembali sandera dan mencari keadilan atas serangan 7 Oktober.

“Setahun yang lalu, pada tanggal 7 Oktober, tanpa provokasi apa pun, teroris Hamas menyerang Israel….seluruh keluarga 101 sandera – termasuk wanita, anak-anak yang masih sangat kecil, dan orang tua – ditawan secara brutal.”

“Keesokan harinya, pada tanggal 8 Oktober, juga tanpa alasan yang jelas, Hizbullah menyerang Israel dari utara. Organisasi teroris ini telah menembakkan ribuan roket, menewaskan puluhan warga Israel, termasuk anak-anak, dan memaksa evakuasi lebih dari 60.000 warga Israel dari rumah mereka.”

Hizbullah telah berulang kali mengatakan bahwa serangan lintas perbatasannya adalah untuk mendukung warga Palestina di Gaza. Kementerian tersebut juga mengatakan bahwa Israel telah melihat serangan oleh Houthi Yaman juga. Serangan yang menurut Houthi juga mendukung warga Palestina tetapi dibalas oleh Israel dengan menyerang kota pelabuhan Hodeidah. Baru-baru ini, Serangan Udara dilancarkan di beberapa bagian Yaman termasuk ibu kotanya Sanaa dan bandara Hodeidah.

Namun, kementerian tersebut mengatakan, “Israel tidak meminta perang ini. Perang ini dipaksakan kepada Israel. Perjuangan Israel bukan untuk melawan penduduk sipil Gaza atau Beirut, tetapi hanya untuk melawan teroris yang menyerang warganya.”

Pernyataan itu berlanjut, “Israel tidak tertarik pada perang habis-habisan, tetapi seperti negara lain, Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi warganya, membawa para sandera kembali ke rumah, dan mengembalikan penduduk utara ke rumah mereka.”
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0694 seconds (0.1#10.140)